Selasa, 14 April 2009

“Idealis Yang tersisa”

Moralityas menjadi pembicaraan dan bahasan tanpa batas akhir, dari Durkeim sampai dengan perkembangan mutakhir sosiologi dewasa ini. Ketika pengkambnghitaman masalah social menjadi sebuah kontradiksi-kontradiksi yang tidak pernah habis dan takkan habis-habisnya. Masyarakat menjadi sebuah reduksi mesin-mesin raksasa kapitalisme.

Aku terperangkap dalam lingkaran dan arus social yang anomie. Peran integrasi dan regulative telah menjadi symbol kebiadaban masyarakat kapitalis. Proletar dan kaum yang termajinalkan harus menelan pahit realitas ini. Sebuah cinta dan penghambaan dikesampingkan karena beda kelas, demi menjaga image dan prestise. Aku adalah bagian dari ,ereka yang termarjinalkan untuk mengenal cinta.

Menanti dan menunggu kutemukan sosok ideal yang selam ini kucari, ia hadir bagai bidadari malam yang membawa obor cahaya ditengah kegelapan. Utopia menjadi realitas, ide dan konsep ideal telah berlabuh menyatu menjadi sosok mahadewi yang dalam realitas tanpa batas.

Arus social telah mangantarku, kedalam pelukan mesra bidadari malam. Ia hadir dan memenuhi rongga dada dan hati yang terdalam, menghilangkan akal sehatku. Aku bertanya ini mimpi atau realitas…

Pertanyaan yang ambigu, mungkin karena terlalu lama dan dalamnya aku masuk dalam dunia ide, sampai aku tidak bias membedakan dimana ide dan dimana realitas. Inilah aku berdiri dalam hayalan tingkat tinggi, kunikmati dan kutelan semuanya….

Ketika semua semakin terbuai oleh situasi tanpa pertimbangan rasional. Aku terjerambab dan semakin dalam masuk kezona ini. Revolusi jalanan mulai mati dan kubunuh dalam sendi-sendi yang terasa hamper retak…..

Tidak ada komentar: