Selasa, 03 Februari 2009


"REALITAS JALANAN"


 Aku diajak merasakan sendiri apa itu pemahaman, jangan hanya berhenti pada pengertian dan definisi, karena kau takkan kemana-mana kalau hanya selesai pada katanya, katanya, dan katanya.. (Irawan, 04).

 Realiatas semu telah membunuh karakter sejati manusia. Manusia yang katanya mampu untuk mengenali lingkungan sosial budaya mereka, ternyata telah kehilangan semua kekuatannya. Inilah efek yang muncul dari budaya baru dalam lingkup dunia semu. Peradaban kini telah di jungkir balikkan dan bahkan digilas oleh realitas yang diciptakan oleh para revolusioner eksklusif (Olek ’04).

 "Tidaklah sulit untuk memahami bahwa yang kami miliki adalah waktu kelahiran dan masa transisi menuju era baru...kesembronoan dan kebosanan yang merusak tatanan yang ada, firasat aneh akan sesuatu yang tidak di ketahui, hal-hal ini merupakan tanda-tanda perubahan yang mendekat (G.W.F.Hegel).

 "Berusaha memberikan kekuatan-kekuatan baru, sejauh dan selebar mungkin, dalam karya kebebasan yang tidak ditentukan" (Foucault 1994 : 46).

 "Sebuah teori tidak mentotalitaskan; teori merupakan sebuah instrumen dalam pengembangan dan teori juga mengembangkan dirinya...totalitas adalah sifat kekuasaan dan...teori pada hakikatnya menentang kekuasaan"

 "Dimanapun tidak ada yang abadi, baik di luar atau di liar diriku, yang terjadi hanyalah perubahan terus-menerus. Dimanapun aku tidak tahu apapun, bahkan diriku sendiri. Tidak ada sesuatu yang ada. Diriku sendiripun tidak tahu apapun dan aku bukanlah apa-apa. Yang ada hanya bayang-bayang; mereka hanyalah sesuatu yang muncul, dan mereka tahu dirinya sendiri dalam bayang-bayang...aku sendiri hanyalah salah satu dari bayang-bayang ini

 "Negara dan Agama, hukum dan adat, telah hancur berkeping-berkeping kesenangan terpisah dari kerja berat, sarana dari tujuan, usaha dari penghargaan. Yang selamanya di hubungkan hanya pada satu pemecahan tunggal dari suatu keutuhan. Manusia sendiri berkembang hanya sebagai sebuah fragmen, dengan kebisingan monoton dari kendaraan yang ia kemudikan terus menerus di telinganya (Freidrich Schiller).

 "Tidak ada perusahaan yang berdiri dibawah kaki masyarakat. Tidak ada lagi yang masih tabah...Sehingga keributan muncul dalam demokrasi-demokrasi tertentu, yang menjadi perubahan konstan dan ketidak stabilannya. Di sana kita dapati keberadaan subyek yang berteriak, terpecah, tertegun dan yang sangat letih (Emile Durkheim).