Jumat, 02 Mei 2008

REVIEW BUKU SOSIOLOGI BERPARADIGMA GANDA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari realitas sosial dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, serta mempelajari berbagai ide dan pikiran manusia yang di refleksikan ke dalam pola interaksi dan perilaku yang berulang, sehingga terjadi suatu wujud aktivitas sosial. Secara konvensional sosiologi di bedakan menjadi dua bentuk yaitu sosiologi mikro dan sosiologi makro, pembagian ini lebih di dasarkan pada tiga dimensi atau asfek yang cukup mendasar yaitu batas, ruang dan waktu.

Sosiologi mikro mempelajari pikiran dan perilaku manusia dalam skala wilayah yang relatif kecil, dalam waktu yang singkat serta melibatkan sedikit orang, dan biasanya lebih menekankan pada hubungan pribadi dan interaksi personal . Sedangkan sosiologi makro mempelajari fenomena dan perilaku sosial dalam skala yang cukup luas, dan rentang waktu yang panjang serta dengan bahasan yang lebih universal dan global (Stephen Sanderson, 2000 : 36). Penjelasan ini memberikan gambaran bahwa secara substansial perbedaan antara sosiologi mikro dan makro tidak mencakup pada perbedaan bahasan, karena yang menjadi acuan yaitu besar kecilnya suatu permasalahan dan fenomena yang dikaji.

Dalam perkembangan teori sosiologi, dari masing-masing kajian tersebut baik makro maupun mikro dan juga meso, mempunyai berbagai turunan teori-teori yang lahir sebagai manifestasi dari kajian yang dilakukan mengenai realitas sosial. Perbedaan strategi serta teori-teori dalam kajian-kajian sosiologi tidaklah memberikan jarak pemisah yang cukup signifikan, karena setiap teori akan saling melengkapi baik dalam kajian realitas sosial yang luas maupun kajian realitas sosial yang sempit. Hubungan antara persfektif mikro dan makro melahirkan suatu kajian yang netral serta menyentuh kedua sisi, yang sering di sebut dengan kajian meso (sosiologi meso)

Sosiologi dalam kerangka teoritisnya di kenal sebagai ilmu yang berparadigma ganda, seperti dalam karya George Ritzer hal ini mengindikasikan akan adanya berbagai pendekatan atau sudut pandang mengenai realitas social yang ada dalam masyarakat. Suatu pandangan subjektif dan objektif juga sangat besar berpengaruh pada perkembangan ilmu sosiologi. Dalam perkambangannya teori-toeri sosiologi dibangun dari krtikan-kritikan terhadap realitas social dan juga terhadap konsep atau teori yang sudah ada, sehingga ilmu sosiologi selalu berkembang tidak satagnan seperti ilmu eksak.

Kondisi inilah yang menarik untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai ilmu sosiologi, melalui review terhadap buku sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda karya George Ritzer.

I.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam review ini yaitu pengkajian atau ulas balik mengenai paradigma sosiologi. Secara spesifik rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana gambaran umum mengenai paradigma sosiologi ?

2. Bagaimana gambaran umum mengenai Paradigma fakta sosial ?

3. Bagaimana gambaran umum mengenai paradigama definisi sosial ?

4. Bagaimana gambaran umum mengenai paradigma perilaku sosial ?

5. Bagaimana perbedaaan antar paradigma sosiologi ?

6. Bagaimana Paradigma terpadu sosilogi ?

I.3. Tujuan

I.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam review ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan paradigama dalam ilmu sosiologi.

I.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam review ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk memberikan gambaran umum mengenai perkembangan paradigma dalam ilmu sosiologi

b) Untuk mengetahui dan mengidentifikasi perkembangan serta manifestasi dari masing-masing paradigma dalam realitas sosial

c) Untuk melihat hubungan antar masing-masing paradigma yang membentuk suatu sintesa sosiologi terpadu.

I.4. Manfaat

I.4.1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan teoritis mengenai paradigma sosiologi. Serta memperkaya khasanah bagi perkembangan ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi dalam mengkaji asfek dasar dari ilmu pengetahuan yaitu paradigma dan sosiologi.

I.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah :

a) Dapat digunakan untuk pengkajian yang lebih mendalam mengenai paradigma sosiologi

b) Sebagai bahan rujukan bagi studi lanjutan dalam mengungkapkan berbagai aspek yang berkaitan dengan paradigma sosiologi dan teori-teori sosiologis.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Gambaran Umum Paradigma Sosiologi

Paradigma merupakan suatu konsep yang di gunakan oleh sesorang dalam melihat suatu realitas sosial. Seorang sosiolog melihat permasalahan sosial dari berbagai sudut pandang (paradigma) sesuai dengan situasi dan kondisi yang di hadapi. Khun memberikan penjelasan bahwa suatu ilmu pengetahuan berkembang melalui proses revolusi tidak secara komulatif seperti yang di ungkapakan oleh para pemikir metafisik pada zamannya.

Oval: Normal SC




Ilmu pengetahuan pada mulanya mimiliki satu paradigama dominan, dimana paradigama ini berfungsi dengan ideal sehingga tercipta suatu kondisi normal sciens yaitu kecocokan anatara paradigma dengan realitas masalah yang di hadapi oleh ilmu pengetahauan, sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan tidak stagnan, maka perkembangan masyarakat telah memberikan kekacauan dalam ilmu pangetahuan, sehingga terjadi peyimpangan terhadap paradigma awal, kondisi ini berlanjut menjadi krisis, krisis membesar menjadi revolusi, sehingga pada titik akhir revolusi di temukan paradigam baru yang akan memberikan sautu keseimbangan terhadap ilmu pengetahuan. Dan begitu juga sebaliknya kondisi ini tetap berulang dalam suatu lingkaran kemajuan masyarakat dan ilmu pengetahuan.

Konsep Khun ini menjadi inspirasi dari lahirnya tipologi paradigma menurut Masterman, yang membagi paradigma menajadi tiga yaitu :

  1. Paradigma metafisik

Paradigma ini berfungsi menunjukkan sesuatu yang ada, serta menunjukkan suatu komunitas ilmuwan tertentu

  1. Paradigma sosiologi

Pardigma sosiologi terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan nyata, keputusan-keputusan hukum yang di terima, serta hasil-hasil nyata ilmu pengetahuan yang di terima secara umum.

  1. Paradigma konstruk

Pemahaman paradigma yang paling sempit karena hanya memperhatikan satu asfek saja.

Kemajuan dan perkembangan ilmu sosiologi pada dasarnya sebagai imbas dari fleksibelnya pedekatan terhadap masyarakat, sehingga dengan kondisi yang seperti apapun ilmu sosiologi tetap berkembang dalam pergolakan pemikiran yang tidak dapat di hindarkan.

II.2. Gambaran Umum Paradigma Fakta Sosial

Sebagaimana nama paradigma ini yaitu fakta social maka tentunya yang menjadi pokok perhatian dalam paradigma berupa komponen dan unsur-unsur realitas (fakta). Durkeim sebagai tokoh utama terbentuknya fakta social dalam sosiologi melalui karyanya mngenai Suicide. Menurut paradigma ini yang menjadi di pelajari oleh ilmu sosiologi yaitu barang Sesutu yang nyata (thing).

Fakta social terdiri dari dua komponen utama yaitu :

  1. Dalam bentuk material

Sesuatu yang dapat dilihat, disimak dan di observasi atau dunia nyata

  1. Dalam bentuk non material

Sesuatu yang dianggap nyata missal opini, egoisme dan lian sebagainya

Dalam perkembangannya fakta social merambah berbagai asfek kihidupan dari kelompok-kelompok, pranata-pranata dan system yang ada dalam masyarakat (struktur social).

Paradigma fakta sosial memiliki beberapa turunan teori beserta asumsi dasarnya yaitu :

1. Teori Fungsional Struktural

Teori fungsional structural, merupakan bagian dari teori sosiologi makro, sebagaimana kita ketahui bahwa, yang manjadi ciri utama dari kajian sosiologi makro yaitu pengkajian dalam batas, ruang, waktu yang lebih luas dan lama. Fungsionalisme structural merupakan sebua teori yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan sosiologi. Teori ini masuk kedalam paradigma fakta sosial, kajian teori ini melihat masyarakat dalam kondisi keteraturan dan mengabaikan konflik hal ini menjadi acuan utama dalam pengkajian lebih mendalam mengenai masyarakat.

Secara esensial frinsip-frinsip pokok teori fungsional struktural yaitu :

1. Masyarakat merupakan system kompleks yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling ketergantungan, dan berpengaruh signifikan terhadap bagian lain.

2. Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena setiap bagian mempunyai fungsi penting dan seimbang saling memberikan pengaruh. Dan sebagai panjaga stabilitas dan eksistensi masyarakat secara keseluruhan.

3. Setiap masyarakat memiliki mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya, atau dengan kata lain adanya consensus dalam masyarakat untuk membangun kestabilan dan keteratururan dalam masyarakat.

4. Masyarakat cenderung mengarah pada kepada suatu keadaan equilibrium atau keadaan homestatis, dimana gangguan pada salah satu elemen, cenderung akan menimbulkan penyesuaian dari elemen lain untuk mencapai suatu keseimbangan.

5. Perubahan sosial merupakan sautu yang tidak biasa terjadi dalam masyarakat, kalaupun ada mempunyai konsekuensi terhadap keseimbangan dan keuntungan bagi masyarakat secara keseluruhan.

Æ Teori Fungsionalisme Struktural (Talcott Person)

Person merupakan seorang sosiolog terkemuka dan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan teori sosiologi. Pandangan Person terhadap actor dalam struktur sosial yaitu :

a) Actor yaitu seorang individu atau kelompok, masyarakat, atau Negara, disebut sebagai orang yang mempunyai suatu untuk mencapai tujuan. Serta memiliki alternative untuk mencapai tujuan tersebut.

b) Aktor di hadapkan pada beranekaragam kondisi situasional baik warisan biologis maupun berbagai kendala ekologis yang bersifat eksternal

c) Actor dilihat sebagai unsur yang dipengaruhi oleh nilai, norma dan aturan.

d) Tindakan actor mencakup pengambilan keputusan secara subjektif terhadap sarana untuk mencapai tujuan dari semua situasi dan kondisi situasional.

e) Actor selalu mencapai tujuan dalam setiap tindakan tetapi tindakan itu dilandaskan pada sarana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

f) Pilihan actor di tentukan oleh fungsionalisme dari masing-masing bagian setiap unsur.

Masyarakat menurut Person sebagai system sosial memiliki minimal dua tujuan utama yaitu pertama, mempunyai dukungan proposional pada tiap-tiap bagian, dan kedua system sosial harus memiliki kekuatan budaya untuk mencegah sedini mungkin unsur-unsur yang gagal dalam mendeteksi penyimpangan dan konflik.

Teori utama Person dalam analisis terhadap struktur sosial yaitu, empat fungsi penting yang dimiliki semua system, tindakan dikenal dengan skema “AGIL” setiap system harus memiliki empat fungsi yaitu :

1) Adaptation (adaptasi)

Sebuah system harus mampu mengatasi situai eksternal yang gawat, system harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikanlingkan terhadap kebutuhannya.

2) Goal Attainment (tujuan)

Setiap system harus mempunyai tujuan utama dan mencapainya

3) Integration (Integrasi)

Sebuah system harus mengatur hubungan yang harmonis antar elemen. System juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsinya

4) Latency (Pemeliharaan pola)

Sebuah system harus melengkapi dan memelihara baik motivasi individu maupun pola-pola cultural.

Menurut Person organisme perilaku menjalankan fungsi adaptasi serta mengubah lingkungan eksternalnya. System kepribadian melaksanakan fungsi untuk pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan serta memobilisasi kekuatan untuk mencapai tujuan, system sosial berfungsi untuk mengintegrasikan bagian-bagian dalam satu kesatuan, system cultural menyediakan seperangkat nilai, aturan untuk bertindak.

Kajian mengenai masyarakat menurut Person tidak dapat dipisahkan dari kerangka analisis “AGIL”, keterarutan dan keseimbangan menjadi tujuan utama setip system dalam masyarakat, dan perubahan hanya sebagai suatu siklus dimana terjadi sebagai akibat dari penyesuaian atau adaptasi sehingga perbahan yang terjadipun tidak akan menggoyakan system tetapi akan tetap menguatkan system masyarakat.

Æ Teori Fungsionalisme Struktural (Robert K Merton)

Merton dalam berbagai kajiannya mengecam beberapa asumsi dasar fungsional structural yang menurutnya sudah tidak relevan dan tidak dapat di pertahankan lagi.

Merton mengkritik tiga model dasar fungional structural :

1. Kritik terhadap fostulat tentang kesatuan fungsional masyarakat

Pandangan ini melihat bahwa suatu praktek dan kenyataan sosial cultural yang sudah baku dan mengikat seluruh bagian masyarakat, pandangan ini menurut Merton tidak dapat di generalisasikan untuk semua tipe masyarakat, tetapi integrasi tingkat tinggi ini dapat berlaku dalam masyarakat primitive

2. Kritik terhadap fungsionalisme universal

Melihat bahwa setiap struktur sosial budaya yang telah baku mempunyai fungsi yang positif, asumsi ini menurut Merton bertentangan dengan realitas yang ada dalam masyarakat, karena struktur yang baku tersebut juga memberikan nilai yang tidak relevan dalam perkembangan masyarakat

3. Kritik tentang indispensability

. Pandangan ini mengasumsikan bahwa struktur masyarakat yang telah baku memiliki fungsi yang positif dan sangat di perlukan oleh setiap elemen masyarakat, hal ini berarti mengecilkan peran dari unsur lain yang bias juga memberikan fungsi dan alternative dalam menyatukan masyarakat.

Dalam menjelaskan mengenai analisis fungsional merton berpendapat bahwa analisis fungsional tidak harus menyangkut masyarakat secara luas tetapi bias juga pada lingkungan system yang lebih kecil, organisasi, dan lain sebagainya. Dalam analisis fungsional struktural Merton menyatakan adany fungsional dan disfungsinal dalam setiap elemen serta fungsi manifest dan fungsi latent. Dalam suatu masyarakat suatu tindakan bias dikatakan sebagai hal ynag positif atau manifest dan juga sebaliknya bisa sebagai fungsi laten dalam masyarakat lainnya, sehingga suatu fungsi tidak dapat di generalisasikan secara umum dan lebih luas.

2. Teori Konflik

Teori konflik merupakan teori yang masuk dalam paradigma fakta sosial, sekaligus mempunyai kajian makro dan jangkauan yang hampir sama dengan teori-teori dalam fakta sosial. Teori ini merupakan suatu respon dari teori fungsional structural yang ternyata banyak mendapat kritikan terutama para sosiolog yang mempunyai pandangan revolusioner. Tokoh utama teori ini yaitu Ralf Dahrendorf dan Randoll Collins, teori ini mempunyai proposisi yang berseberangan dan bertentangan dari teori fungsional struktual, teori lahir sebagai hasil dari pertentangan kritis terhadap pengkajian terhadap masyarakat secara makro.

Teori konflik sangat erat kaitannya dengan perubahan sosial hal ini di kerenakan dalam masyarakat potensi-potensi konflik menjadi symbol dan syarat utama terjadinya perubahan, kerena masyarakat selalu dalam keadaan berkembang tidak stagnan dan stabil.

Munculnya teori konflik tidak dapat di lepaskan dari pemikiran dasar Karl Mark dan Weber mengenai masyarakat, yaitu penolakan terhadap gagasan bahwa masyarakat selalu dalam consensus dan harmoni, serta keseimbangan menjadi suatu ciri utama masyarakat. dalam perkembangannya teori konflik terbagi menajdi dua aliran yaitu neo-marxian dan neo bewerian, tetapi dalam perkembanganya tipe neo-marxian lebih mandominasi, berikut dijelaskan mengenai asumsi dasar teori konflik secara umum, yaitu :

1. Kehidupan sosial pada dasarnya merupakan arena konflik dan pertentangan antara dan didalam kelompok-kelompok yang bertentangan.

2. Kekuasaan ekonomi dan politik merupakan sumber yang penting dan banyak di perebutkan

3. Akibat pertentangan ini masyarakat terbagi ke dalam determinan secara ekonomi dan politik sehingga ada individu atau kelomok yang tersubordinasi

4. Pola-pola sosial sangat besar di pengaruhi oleh determinan ekonomi

5. Konflik dan pertentangan sosial menjadi kekuatan utama terjadinya perubahan sosial

6. Konflik dan pertentangan menjadi ciri dasar kehidupan sehingga perubahan menjadi sesuatu yang sering terjadi dalam masyarakat.

Gagasan ini lebih kental bermuatan materialis dalam kerangka dasar pandangan Mark, berikut akan di ketengahkan beberapa pemikiran dari tokoh-tokoh utama teori konflik.

Æ Teori Konflik (Ralf Dahrendorf)

Hampir sama seperti fungsionalis Ralf Dahrendorf juga berorientsi pada struktur dan institusi sosial. Ia juga mengatakan bahwa consensus dan konflik merupakan suatu yang pasti ada dalam masyarakat, dan konflik muncul sebagai respon terhadap consensus.

Menurut Dahrendorf masyarakat tunduk pada perubahan, sehingga ada suatu kecenderungan perubahan terjadi dengan cepat dalam masyarakat menggantikan situasi dan kondisi yang satu ke kondisi lainnya. Pertikaian dan konflik menjadi ciri utama system sosial, dan elemen yang ada dalam masyarakat memberikan sumbangan utama terhadap perubahan dan disintegrasi.

Menurut Dahrendorf distribusi kekuasaan ynag tidak seimbang sebagai penyebab utama teradinya konflik sosial secara sistematis. Otoritas menjadi suatu fenomena yang mendasar dalam analisis mengenai masyarakat, ia mengatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai otoritas yang berbeda secara individu serta keinginan untuk mendominasi dan menundukkan otoritas lain merupakan suatu kewajaran dalam proses perubahan masyarakat. kepentingan menjadi sumber utama pertentangan.dalam analisisnya Dahrendorf membedakan kelompok menjadi dua yaitu kelompok semu (quasi group) merupakan sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan yang sama, dan kelompok kedua yaitu kelompok kepentingan, kelompok ini merupakan kelompok yang telah terorganisir dan memiliki fungsi dan keanggotaan yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi basis utama timbulnya kelompok konflik. Hubungan kelompok konflik dengan perubahan menjadi hal utama dan sangat penting kerana munculnya kelompok tersebut menyebabkan terjadinya perubahan secara signifikan dalam masyarakat.

Æ Teori Konflik (Randall Collins)

Dalam analisisnya mengenai mengenai masyarakat Collins, lebih menekankan pada skala mikro, dengan asumsi bahwa suatu tingkat makro tidak dapat melepaskan dari analisis mikro. Ia mambangun teori konflik yang sintesis dan itegratif. Pandangan teori konlflik Collin tidak bermuatan ideologis sehingga lebih netral dari kerangka dan tekanan ideologis tertentu seperti dalam karya Marx yang sangat kental bermuatan ideologis.

Collin memusatkan perhatiannya pada stratifikasi sosial, kerena menurutnya kajian ini akan menyentuh semua lapisan masyarakat. Collin mendekati konflik dari sudut pandang individu, dia mengatakan bahwa dia memilih konflik sebagai fokus berdasarkan landasan yang realistis, yakni bahwa konflik proses sentral dalam kehidupan sosial.

Teori stratifikasi konflik, asumsi Collin yaitu orang di pandang memiliki sifat sosial, tetapi juga mudah berkonflik dalam hubungan sosial mereka, ia melihat orang mempunyai kepentingan-kepentingan yang pada dasarnya saling bertentangan, pendekatan konflik diturunkan menjadi tiga prinsip. Collin yakin bahwa orang hidup dalam dunia subjektif yang ia ciptakan sendiri, kedua orang lain mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengontrol, pengalaman subjektif seseorang, ketiga orang lain mencoba mengontrol orang yang menentang mereka, memungkinkan terjadinya konflik antar individu.

Paradigma fakta sosial dalam mengimplementasikan pendekatannya cenderung mengegunakan metode quesioner dan interviu

II.3. Gambaran Umum Paradigma Definisi Sosial

Paradigma ini berdasarkan eksemplar Max Weber yaitu analisanya mengenai tindakan sosial (sosial action). Menurut weber sepanjang tindakan manusia baik secara kolektif maupun secara pribadi merupakan fakta sosial karena hal tersebut akan memberikan pengaruh pada suatu struktur masyarakat atau juga pada pranata sosial.

Weber sebagai tokoh utama paradigma ini memberikan beberapa ciri pokok yang menjadi penelitian soaiologi yaitu :

  1. Tindakan manusia secara subjektif merupakan tindakan nyata
  2. Tindakan nyata bersifat mambatin bersifat subjektif
  3. Tindakan positif selalu memiliki pengaruh serta dilakukan berulang-ulang
  4. Tindakan ini diarahkan pada seseorang atau beberapa individu
  5. Tindakan itu memperhatikan orang lain.

Paradigma ini memiliki tiga turunan teori besar yaitu teori asksi (action theory), interaksinis simbolik, serta teori fenomenologi.

1. Teori Aksi

Teori sebagai hasil dari pengembangan karya Wiber, teori ini pada tahap perkembangan ilmu sosilogi kurang berpengaruh sebagaimana pada zaman Weber. Tetapi yang patutu diperhatikan bahwa teori ini seabagai proses dari lahirnya teori-teori berikutnya yaitu interkasionis simbolik dan, fenomenologi.

Ada beberapa asumsi teori aksi menurut Hinklie berdasarkan karya Max Iver serta Person :

  1. Tindakan manusia muncul karaena kesadaran
  2. Manusia sebagai objek bertindak dengan tujuaa-tujuan tertentu
  3. Dalam betindak manusia menggunakan cara tahnik dan prosedur
  4. keberlangsungan tindakan manusia tergantung pada kondisi internal maupun kondisi eksternal
  5. Manusia memilih menilai dan mengevaluasi terhadap sautu tindakan
  6. Adanya peranan prinsip mpral dalam pengambilan keputusan
  7. Metode verstehen atau imajinasi dalam melihat hubungan sosial

2. Teori Interaksionis Simbolik

Herbert Blumer merupakan seorang tokoh modern teori interaksionisme simbolik, menurut Blumer interaksionisme simbolik menunjuk pada sifat khas dari interaksi antar manusia, dimana manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung, tetapi didasarkan pada makna yang di berikan terhadap tindakan seseorang. Interaksi individu didasarkan pada penggunaan symbol-simbol, serta interpretasi. Teori interaksionisme simbolik dalam memahami kehidupan sosial menggunakan tiga terminology yaitu individual, interkasi dan interprestasi.

Secara umum prinsip dasar interaksionisme simbolik, dapat di simpulkan sebagai berikut :

- Manusia memiliki kemampuan berpikir yang membedakannya dengan binatang

- Manusia dalam berinteraksi mempelajari makna dan symbol dengan pemikiran logis

- Makna dan symbol memungkinkan manusia bertindak secara khusus dalam berinteraksi

- Manusia mampu merubah arti dan symbol

- Manusia mampu mengubah dan memodifikasi sebagian karena manusai dapat menguji serangkai peluang tindakan.

- Pola aksi dan interaksi akan membentuk kelompok atau masyarakat.

3. Teori Fenomenologi

Al fred Schutz sebagai tokoh utama teori ini, ia menyatakan bahwa tindakan manusia menjadi hubuangan sosial pada saat adanya makna dan arti dalam sautu tindakan manusia.

Asumsi dasar teori ini yaitu

1. Perhatian terhadap aktor

2. Memusatkan perhatian pada kenyataan yang penting

3. Memusatkan perhatian pada masalah mikro

4. Serta memperhatikan pertumbuhan

Metode yang paling dominan digunakan dalam pendekaran ini yaitu observasi, untuk melihat perbuatan manusia yang spontan dan tidak wajar.

II.4. Gambaran Umum Paradigma Perilaku Sosial

Tokoh utama pendekatan ini yaitu Skinner, dalam eksemplarnya melihat kedua paradigma yang telah di sebutkan dalam bagian terdahulu, ia melihat bahwa objek dalam pardigma tersebut bersifat mistik dan tikda dapat di jealskan secara rasional, karenanya ia mengetengahkan sebuah alterntif bahwa kajian dan objekyang realistis dan rasional yaitu perilaku manusia.

Dalam paradigma perilaku sosial ada dua teori utama yaitu :

1. Teori Behavioral Sociology

Teori ini memusatkan pada suatu tindakan aktor dipengaruhi oleh situasi eksternal aktor. Selain itu perhatian utama teori ini yaitu hubungan historis antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku yang terjadi sekarang.

2. Teori Exchange

Teori pertukaran merupakan suatu reaksi terhadap fakta sosial, tokoh utama teori ini yaitu George Homan. Menurut Homan ada dua proposisi yang mendasari teori pertukaran yaitu, pertama proposisi ini biasanya di teliti oleh seorang fsikolog, kedua proposisi ini bersifat fsikologis karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat.

Dalam analisisnya Homan mengembangkan beberapa proposisi dalam menganalisis masyarakat :

- Makin tinggi ganjaran yang di peroleh semakin besar suatu tingkah laku untuk diulang

- Makin tinggi biaya dan ancaman hukuman maka semakin kecil kemungkinan tingkah laku tersebut diulang.

- Adanya hubungan berantai antara berbagai stimulus dan berbagai tanggapan.

Dan secara luas proposisi teori pertukaran human yaitu sebagai berikut :

1. Jika tingkah laku sudah lewat dalam kontek stimulus dan situasi tertentu mendapat ganjaran maka kemungkinan tingkah laku itu akan berulang.

2. Frekuensi ganjaran yang di terima atas tanggapan atau tingkah laku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama

3. Memberikan arti dan nilai terhadap tingkah laku yang diarahkan oleh actor.

4. Makin sering orang menerima ganjaran terhadap tindakannya maka semakin berkurang nilai dari tindakan yang dilakukannya

5. makin dirugikan seseorang dari hubungan dengan orang lain maka semakin tinggi terjadinya emosi.

Homans yakin bahwa tingkah laku sosial dasar dapat dijelaskan dengan masalah-masalah dasar pertukaran, masalah itu menyangkut fsikologi dan motivasi individual, sebagian besar teori pertukaran di dasarkan pada asumsi bahwa seseorang juga menghargai kelangsungan hidup, persetujuan, dan kekuasaan yang sama-sama maduk akal dan logis.

Metode yang di gunakan dalam paradigma ini yaitu quesioner, interviu, dan observasi.

II.5. Perbedaan Paradigma Sosiologi

Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam bagian awal mengenai paradigma sosiologi dapat di lihat adanya perbedaan-perbedaan baik secara isensial maupun substansial. Indikator paling utama pebedaan ketiga paradigma ini yaitu bahwa dalam perkembangan soaiologi terbagi menjadi sosilogi makro dan mikro (lihat bab 1), dimana paradigma fakta sosial yang mendasarkan objek pada struktur dan pranata sosial masuk dalam sosiologi makro karena objek kajiannya yang cukup luas, berbeda halnya dengan paradigma defenisi sosial dan perilku soasial yang lebih menekankan objek mikro, sehingga kedua paradigma ini msuk kedalam kajian sosiologi mikro.

Berdasarkan variabel ada perbedaan antara paradigma tersebut yaitu fakta soasial variabel berupa Group, definisi sosial variabelnya individual dan group sedangkan perilaku sosial berupa individual.

II.6. Paradigma Terpadu Sosiologi

Seperti yang telah di jelaskan pada pendahuluan bahwa perkembangan paradigma dalam sosiologi di lalui melalui proses dan dalam titik akhir yaitu revolusi, sebagaimana kita ketahui bahwa dalam perkembangan ilmu sosiologi diawali dangan perang berupak kritik-kritik terhadap setiap paradigma dalam teori posmodern sering di sebut kritik ideologi, kritikan ini telah membentuk karater ilmu sasiologi sebagai ilmu yang penuh dengan pertentangan karena tidak selamanya teori-teori yang ada sesaui dengan realitas dalam kehidupan sosial.

Kondisi ini mengakibatkan tidak adanya paradigma yang mutlak dalam sosiologi karena semua paradigma akan tergeser ketika tidak mampu menjelaskan realitas, dan akan tergantikan oleh paradigma baru yang lebih realistis dan dapat digunakan untuk menganalisis masalah yang kontemporer.

Dalam kenyataannya perkembanan paradigma terpadu ini belum begitu mencolok mungkin karea ktidak seimbangan kemajuan ilmu pengetahuan masing-masing kawasan dunia global.

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Perkembangan ilmu sosiologi tidak bisa dipisahkan dari pemikir-pemikir awal berkembangnya ilmu sosilogi, seperi Emile Durkeim, Max Weber, Karl Max dan para sosiologi beikutnya sampai pada sosiolog di era posmodern. Suatu paradigma merupakan suatu keniscayaan yang harus tetap ada dalam ilmu pengetahuan begitu juga sosilogi.

Paradigma menajdi landasan dasar dari pengkajian lebih mendalam terhadap objek dalam ilmu pengetahuan, revolusi merupakan sesuatu yang tidak dapat di pisahkan dalam perkemabangan paradigma sosiologi karena tidak adanya keadaan yang stagnan dalam perkembangan ilmu pengatahuan.

Sosiologi berparadigma ganda sebagai suatu simbol dari luasnya ilmu sosiologi, pardigma akan terus berkembang sesuai dengan perkengangan kehidupan sosial manusia era modern maka soaisologi akan melahirkan paradigama baru yang labih terpadu begitu juga seterusnya.

III.2. Saran

Pentingnya pemahaman yang mendalam dan komprehensif di miliki oleh mahasiswa sosilogi sebagai calon-calon sosiolog, sudah seharusnya dan sudah semestinya banyaknya di galakkan kegiatan-kegiatan ilmiah untuk mengkaji perkembangan ilmu sosilogi, agar tidak tertinggal dalam perkambangan nya.

DAFTAR PUSTAKA

- Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern. 2007. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

- Ritzer, George. 1992., Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta. Rajawali pers.

- Sanderson, Stephen. 2000. Sosiologi Makro. Jakarta. PT Rajawali Grafindo Persada.

REVIEW BUKU SOSIOLOGI BERPARADIGMA GANDA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari realitas sosial dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, serta mempelajari berbagai ide dan pikiran manusia yang di refleksikan ke dalam pola interaksi dan perilaku yang berulang, sehingga terjadi suatu wujud aktivitas sosial. Secara konvensional sosiologi di bedakan menjadi dua bentuk yaitu sosiologi mikro dan sosiologi makro, pembagian ini lebih di dasarkan pada tiga dimensi atau asfek yang cukup mendasar yaitu batas, ruang dan waktu.

Sosiologi mikro mempelajari pikiran dan perilaku manusia dalam skala wilayah yang relatif kecil, dalam waktu yang singkat serta melibatkan sedikit orang, dan biasanya lebih menekankan pada hubungan pribadi dan interaksi personal . Sedangkan sosiologi makro mempelajari fenomena dan perilaku sosial dalam skala yang cukup luas, dan rentang waktu yang panjang serta dengan bahasan yang lebih universal dan global (Stephen Sanderson, 2000 : 36). Penjelasan ini memberikan gambaran bahwa secara substansial perbedaan antara sosiologi mikro dan makro tidak mencakup pada perbedaan bahasan, karena yang menjadi acuan yaitu besar kecilnya suatu permasalahan dan fenomena yang dikaji.

Dalam perkembangan teori sosiologi, dari masing-masing kajian tersebut baik makro maupun mikro dan juga meso, mempunyai berbagai turunan teori-teori yang lahir sebagai manifestasi dari kajian yang dilakukan mengenai realitas sosial. Perbedaan strategi serta teori-teori dalam kajian-kajian sosiologi tidaklah memberikan jarak pemisah yang cukup signifikan, karena setiap teori akan saling melengkapi baik dalam kajian realitas sosial yang luas maupun kajian realitas sosial yang sempit. Hubungan antara persfektif mikro dan makro melahirkan suatu kajian yang netral serta menyentuh kedua sisi, yang sering di sebut dengan kajian meso (sosiologi meso)

Sosiologi dalam kerangka teoritisnya di kenal sebagai ilmu yang berparadigma ganda, seperti dalam karya George Ritzer hal ini mengindikasikan akan adanya berbagai pendekatan atau sudut pandang mengenai realitas social yang ada dalam masyarakat. Suatu pandangan subjektif dan objektif juga sangat besar berpengaruh pada perkembangan ilmu sosiologi. Dalam perkambangannya teori-toeri sosiologi dibangun dari krtikan-kritikan terhadap realitas social dan juga terhadap konsep atau teori yang sudah ada, sehingga ilmu sosiologi selalu berkembang tidak satagnan seperti ilmu eksak.

Kondisi inilah yang menarik untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai ilmu sosiologi, melalui review terhadap buku sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda karya George Ritzer.

I.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam review ini yaitu pengkajian atau ulas balik mengenai paradigma sosiologi. Secara spesifik rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana gambaran umum mengenai paradigma sosiologi ?

2. Bagaimana gambaran umum mengenai Paradigma fakta sosial ?

3. Bagaimana gambaran umum mengenai paradigama definisi sosial ?

4. Bagaimana gambaran umum mengenai paradigma perilaku sosial ?

5. Bagaimana perbedaaan antar paradigma sosiologi ?

6. Bagaimana Paradigma terpadu sosilogi ?

I.3. Tujuan

I.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam review ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan paradigama dalam ilmu sosiologi.

I.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam review ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk memberikan gambaran umum mengenai perkembangan paradigma dalam ilmu sosiologi

b) Untuk mengetahui dan mengidentifikasi perkembangan serta manifestasi dari masing-masing paradigma dalam realitas sosial

c) Untuk melihat hubungan antar masing-masing paradigma yang membentuk suatu sintesa sosiologi terpadu.

I.4. Manfaat

I.4.1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan teoritis mengenai paradigma sosiologi. Serta memperkaya khasanah bagi perkembangan ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi dalam mengkaji asfek dasar dari ilmu pengetahuan yaitu paradigma dan sosiologi.

I.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah :

a) Dapat digunakan untuk pengkajian yang lebih mendalam mengenai paradigma sosiologi

b) Sebagai bahan rujukan bagi studi lanjutan dalam mengungkapkan berbagai aspek yang berkaitan dengan paradigma sosiologi dan teori-teori sosiologis.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Gambaran Umum Paradigma Sosiologi

Paradigma merupakan suatu konsep yang di gunakan oleh sesorang dalam melihat suatu realitas sosial. Seorang sosiolog melihat permasalahan sosial dari berbagai sudut pandang (paradigma) sesuai dengan situasi dan kondisi yang di hadapi. Khun memberikan penjelasan bahwa suatu ilmu pengetahuan berkembang melalui proses revolusi tidak secara komulatif seperti yang di ungkapakan oleh para pemikir metafisik pada zamannya.

Oval: Normal SC



Ilmu pengetahuan pada mulanya mimiliki satu paradigama dominan, dimana paradigama ini berfungsi dengan ideal sehingga tercipta suatu kondisi normal sciens yaitu kecocokan anatara paradigma dengan realitas masalah yang di hadapi oleh ilmu pengetahauan, sebagaimana kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan tidak stagnan, maka perkembangan masyarakat telah memberikan kekacauan dalam ilmu pangetahuan, sehingga terjadi peyimpangan terhadap paradigma awal, kondisi ini berlanjut menjadi krisis, krisis membesar menjadi revolusi, sehingga pada titik akhir revolusi di temukan paradigam baru yang akan memberikan sautu keseimbangan terhadap ilmu pengetahuan. Dan begitu juga sebaliknya kondisi ini tetap berulang dalam suatu lingkaran kemajuan masyarakat dan ilmu pengetahuan.

Konsep Khun ini menjadi inspirasi dari lahirnya tipologi paradigma menurut Masterman, yang membagi paradigma menajadi tiga yaitu :

  1. Paradigma metafisik

Paradigma ini berfungsi menunjukkan sesuatu yang ada, serta menunjukkan suatu komunitas ilmuwan tertentu

  1. Paradigma sosiologi

Pardigma sosiologi terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan nyata, keputusan-keputusan hukum yang di terima, serta hasil-hasil nyata ilmu pengetahuan yang di terima secara umum.

  1. Paradigma konstruk

Pemahaman paradigma yang paling sempit karena hanya memperhatikan satu asfek saja.

Kemajuan dan perkembangan ilmu sosiologi pada dasarnya sebagai imbas dari fleksibelnya pedekatan terhadap masyarakat, sehingga dengan kondisi yang seperti apapun ilmu sosiologi tetap berkembang dalam pergolakan pemikiran yang tidak dapat di hindarkan.

II.2. Gambaran Umum Paradigma Fakta Sosial

Sebagaimana nama paradigma ini yaitu fakta social maka tentunya yang menjadi pokok perhatian dalam paradigma berupa komponen dan unsur-unsur realitas (fakta). Durkeim sebagai tokoh utama terbentuknya fakta social dalam sosiologi melalui karyanya mngenai Suicide. Menurut paradigma ini yang menjadi di pelajari oleh ilmu sosiologi yaitu barang Sesutu yang nyata (thing).

Fakta social terdiri dari dua komponen utama yaitu :

  1. Dalam bentuk material

Sesuatu yang dapat dilihat, disimak dan di observasi atau dunia nyata

  1. Dalam bentuk non material

Sesuatu yang dianggap nyata missal opini, egoisme dan lian sebagainya

Dalam perkembangannya fakta social merambah berbagai asfek kihidupan dari kelompok-kelompok, pranata-pranata dan system yang ada dalam masyarakat (struktur social).

Paradigma fakta sosial memiliki beberapa turunan teori beserta asumsi dasarnya yaitu :

1. Teori Fungsional Struktural

Teori fungsional structural, merupakan bagian dari teori sosiologi makro, sebagaimana kita ketahui bahwa, yang manjadi ciri utama dari kajian sosiologi makro yaitu pengkajian dalam batas, ruang, waktu yang lebih luas dan lama. Fungsionalisme structural merupakan sebua teori yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan sosiologi. Teori ini masuk kedalam paradigma fakta sosial, kajian teori ini melihat masyarakat dalam kondisi keteraturan dan mengabaikan konflik hal ini menjadi acuan utama dalam pengkajian lebih mendalam mengenai masyarakat.

Secara esensial frinsip-frinsip pokok teori fungsional struktural yaitu :

1. Masyarakat merupakan system kompleks yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling ketergantungan, dan berpengaruh signifikan terhadap bagian lain.

2. Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena setiap bagian mempunyai fungsi penting dan seimbang saling memberikan pengaruh. Dan sebagai panjaga stabilitas dan eksistensi masyarakat secara keseluruhan.

3. Setiap masyarakat memiliki mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya, atau dengan kata lain adanya consensus dalam masyarakat untuk membangun kestabilan dan keteratururan dalam masyarakat.

4. Masyarakat cenderung mengarah pada kepada suatu keadaan equilibrium atau keadaan homestatis, dimana gangguan pada salah satu elemen, cenderung akan menimbulkan penyesuaian dari elemen lain untuk mencapai suatu keseimbangan.

5. Perubahan sosial merupakan sautu yang tidak biasa terjadi dalam masyarakat, kalaupun ada mempunyai konsekuensi terhadap keseimbangan dan keuntungan bagi masyarakat secara keseluruhan.

Æ Teori Fungsionalisme Struktural (Talcott Person)

Person merupakan seorang sosiolog terkemuka dan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan teori sosiologi. Pandangan Person terhadap actor dalam struktur sosial yaitu :

a) Actor yaitu seorang individu atau kelompok, masyarakat, atau Negara, disebut sebagai orang yang mempunyai suatu untuk mencapai tujuan. Serta memiliki alternative untuk mencapai tujuan tersebut.

b) Aktor di hadapkan pada beranekaragam kondisi situasional baik warisan biologis maupun berbagai kendala ekologis yang bersifat eksternal

c) Actor dilihat sebagai unsur yang dipengaruhi oleh nilai, norma dan aturan.

d) Tindakan actor mencakup pengambilan keputusan secara subjektif terhadap sarana untuk mencapai tujuan dari semua situasi dan kondisi situasional.

e) Actor selalu mencapai tujuan dalam setiap tindakan tetapi tindakan itu dilandaskan pada sarana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

f) Pilihan actor di tentukan oleh fungsionalisme dari masing-masing bagian setiap unsur.

Masyarakat menurut Person sebagai system sosial memiliki minimal dua tujuan utama yaitu pertama, mempunyai dukungan proposional pada tiap-tiap bagian, dan kedua system sosial harus memiliki kekuatan budaya untuk mencegah sedini mungkin unsur-unsur yang gagal dalam mendeteksi penyimpangan dan konflik.

Teori utama Person dalam analisis terhadap struktur sosial yaitu, empat fungsi penting yang dimiliki semua system, tindakan dikenal dengan skema “AGIL” setiap system harus memiliki empat fungsi yaitu :

1) Adaptation (adaptasi)

Sebuah system harus mampu mengatasi situai eksternal yang gawat, system harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikanlingkan terhadap kebutuhannya.

2) Goal Attainment (tujuan)

Setiap system harus mempunyai tujuan utama dan mencapainya

3) Integration (Integrasi)

Sebuah system harus mengatur hubungan yang harmonis antar elemen. System juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsinya

4) Latency (Pemeliharaan pola)

Sebuah system harus melengkapi dan memelihara baik motivasi individu maupun pola-pola cultural.

Menurut Person organisme perilaku menjalankan fungsi adaptasi serta mengubah lingkungan eksternalnya. System kepribadian melaksanakan fungsi untuk pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan serta memobilisasi kekuatan untuk mencapai tujuan, system sosial berfungsi untuk mengintegrasikan bagian-bagian dalam satu kesatuan, system cultural menyediakan seperangkat nilai, aturan untuk bertindak.

Kajian mengenai masyarakat menurut Person tidak dapat dipisahkan dari kerangka analisis “AGIL”, keterarutan dan keseimbangan menjadi tujuan utama setip system dalam masyarakat, dan perubahan hanya sebagai suatu siklus dimana terjadi sebagai akibat dari penyesuaian atau adaptasi sehingga perbahan yang terjadipun tidak akan menggoyakan system tetapi akan tetap menguatkan system masyarakat.

Æ Teori Fungsionalisme Struktural (Robert K Merton)

Merton dalam berbagai kajiannya mengecam beberapa asumsi dasar fungsional structural yang menurutnya sudah tidak relevan dan tidak dapat di pertahankan lagi.

Merton mengkritik tiga model dasar fungional structural :

1. Kritik terhadap fostulat tentang kesatuan fungsional masyarakat

Pandangan ini melihat bahwa suatu praktek dan kenyataan sosial cultural yang sudah baku dan mengikat seluruh bagian masyarakat, pandangan ini menurut Merton tidak dapat di generalisasikan untuk semua tipe masyarakat, tetapi integrasi tingkat tinggi ini dapat berlaku dalam masyarakat primitive

2. Kritik terhadap fungsionalisme universal

Melihat bahwa setiap struktur sosial budaya yang telah baku mempunyai fungsi yang positif, asumsi ini menurut Merton bertentangan dengan realitas yang ada dalam masyarakat, karena struktur yang baku tersebut juga memberikan nilai yang tidak relevan dalam perkembangan masyarakat

3. Kritik tentang indispensability

. Pandangan ini mengasumsikan bahwa struktur masyarakat yang telah baku memiliki fungsi yang positif dan sangat di perlukan oleh setiap elemen masyarakat, hal ini berarti mengecilkan peran dari unsur lain yang bias juga memberikan fungsi dan alternative dalam menyatukan masyarakat.

Dalam menjelaskan mengenai analisis fungsional merton berpendapat bahwa analisis fungsional tidak harus menyangkut masyarakat secara luas tetapi bias juga pada lingkungan system yang lebih kecil, organisasi, dan lain sebagainya. Dalam analisis fungsional struktural Merton menyatakan adany fungsional dan disfungsinal dalam setiap elemen serta fungsi manifest dan fungsi latent. Dalam suatu masyarakat suatu tindakan bias dikatakan sebagai hal ynag positif atau manifest dan juga sebaliknya bisa sebagai fungsi laten dalam masyarakat lainnya, sehingga suatu fungsi tidak dapat di generalisasikan secara umum dan lebih luas.

2. Teori Konflik

Teori konflik merupakan teori yang masuk dalam paradigma fakta sosial, sekaligus mempunyai kajian makro dan jangkauan yang hampir sama dengan teori-teori dalam fakta sosial. Teori ini merupakan suatu respon dari teori fungsional structural yang ternyata banyak mendapat kritikan terutama para sosiolog yang mempunyai pandangan revolusioner. Tokoh utama teori ini yaitu Ralf Dahrendorf dan Randoll Collins, teori ini mempunyai proposisi yang berseberangan dan bertentangan dari teori fungsional struktual, teori lahir sebagai hasil dari pertentangan kritis terhadap pengkajian terhadap masyarakat secara makro.

Teori konflik sangat erat kaitannya dengan perubahan sosial hal ini di kerenakan dalam masyarakat potensi-potensi konflik menjadi symbol dan syarat utama terjadinya perubahan, kerena masyarakat selalu dalam keadaan berkembang tidak stagnan dan stabil.

Munculnya teori konflik tidak dapat di lepaskan dari pemikiran dasar Karl Mark dan Weber mengenai masyarakat, yaitu penolakan terhadap gagasan bahwa masyarakat selalu dalam consensus dan harmoni, serta keseimbangan menjadi suatu ciri utama masyarakat. dalam perkembangannya teori konflik terbagi menajdi dua aliran yaitu neo-marxian dan neo bewerian, tetapi dalam perkembanganya tipe neo-marxian lebih mandominasi, berikut dijelaskan mengenai asumsi dasar teori konflik secara umum, yaitu :

1. Kehidupan sosial pada dasarnya merupakan arena konflik dan pertentangan antara dan didalam kelompok-kelompok yang bertentangan.

2. Kekuasaan ekonomi dan politik merupakan sumber yang penting dan banyak di perebutkan

3. Akibat pertentangan ini masyarakat terbagi ke dalam determinan secara ekonomi dan politik sehingga ada individu atau kelomok yang tersubordinasi

4. Pola-pola sosial sangat besar di pengaruhi oleh determinan ekonomi

5. Konflik dan pertentangan sosial menjadi kekuatan utama terjadinya perubahan sosial

6. Konflik dan pertentangan menjadi ciri dasar kehidupan sehingga perubahan menjadi sesuatu yang sering terjadi dalam masyarakat.

Gagasan ini lebih kental bermuatan materialis dalam kerangka dasar pandangan Mark, berikut akan di ketengahkan beberapa pemikiran dari tokoh-tokoh utama teori konflik.

Æ Teori Konflik (Ralf Dahrendorf)

Hampir sama seperti fungsionalis Ralf Dahrendorf juga berorientsi pada struktur dan institusi sosial. Ia juga mengatakan bahwa consensus dan konflik merupakan suatu yang pasti ada dalam masyarakat, dan konflik muncul sebagai respon terhadap consensus.

Menurut Dahrendorf masyarakat tunduk pada perubahan, sehingga ada suatu kecenderungan perubahan terjadi dengan cepat dalam masyarakat menggantikan situasi dan kondisi yang satu ke kondisi lainnya. Pertikaian dan konflik menjadi ciri utama system sosial, dan elemen yang ada dalam masyarakat memberikan sumbangan utama terhadap perubahan dan disintegrasi.

Menurut Dahrendorf distribusi kekuasaan ynag tidak seimbang sebagai penyebab utama teradinya konflik sosial secara sistematis. Otoritas menjadi suatu fenomena yang mendasar dalam analisis mengenai masyarakat, ia mengatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai otoritas yang berbeda secara individu serta keinginan untuk mendominasi dan menundukkan otoritas lain merupakan suatu kewajaran dalam proses perubahan masyarakat. kepentingan menjadi sumber utama pertentangan.dalam analisisnya Dahrendorf membedakan kelompok menjadi dua yaitu kelompok semu (quasi group) merupakan sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan yang sama, dan kelompok kedua yaitu kelompok kepentingan, kelompok ini merupakan kelompok yang telah terorganisir dan memiliki fungsi dan keanggotaan yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi basis utama timbulnya kelompok konflik. Hubungan kelompok konflik dengan perubahan menjadi hal utama dan sangat penting kerana munculnya kelompok tersebut menyebabkan terjadinya perubahan secara signifikan dalam masyarakat.

Æ Teori Konflik (Randall Collins)

Dalam analisisnya mengenai mengenai masyarakat Collins, lebih menekankan pada skala mikro, dengan asumsi bahwa suatu tingkat makro tidak dapat melepaskan dari analisis mikro. Ia mambangun teori konflik yang sintesis dan itegratif. Pandangan teori konlflik Collin tidak bermuatan ideologis sehingga lebih netral dari kerangka dan tekanan ideologis tertentu seperti dalam karya Marx yang sangat kental bermuatan ideologis.

Collin memusatkan perhatiannya pada stratifikasi sosial, kerena menurutnya kajian ini akan menyentuh semua lapisan masyarakat. Collin mendekati konflik dari sudut pandang individu, dia mengatakan bahwa dia memilih konflik sebagai fokus berdasarkan landasan yang realistis, yakni bahwa konflik proses sentral dalam kehidupan sosial.

Teori stratifikasi konflik, asumsi Collin yaitu orang di pandang memiliki sifat sosial, tetapi juga mudah berkonflik dalam hubungan sosial mereka, ia melihat orang mempunyai kepentingan-kepentingan yang pada dasarnya saling bertentangan, pendekatan konflik diturunkan menjadi tiga prinsip. Collin yakin bahwa orang hidup dalam dunia subjektif yang ia ciptakan sendiri, kedua orang lain mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengontrol, pengalaman subjektif seseorang, ketiga orang lain mencoba mengontrol orang yang menentang mereka, memungkinkan terjadinya konflik antar individu.

Paradigma fakta sosial dalam mengimplementasikan pendekatannya cenderung mengegunakan metode quesioner dan interviu

II.3. Gambaran Umum Paradigma Definisi Sosial

Paradigma ini berdasarkan eksemplar Max Weber yaitu analisanya mengenai tindakan sosial (sosial action). Menurut weber sepanjang tindakan manusia baik secara kolektif maupun secara pribadi merupakan fakta sosial karena hal tersebut akan memberikan pengaruh pada suatu struktur masyarakat atau juga pada pranata sosial.

Weber sebagai tokoh utama paradigma ini memberikan beberapa ciri pokok yang menjadi penelitian soaiologi yaitu :

  1. Tindakan manusia secara subjektif merupakan tindakan nyata
  2. Tindakan nyata bersifat mambatin bersifat subjektif
  3. Tindakan positif selalu memiliki pengaruh serta dilakukan berulang-ulang
  4. Tindakan ini diarahkan pada seseorang atau beberapa individu
  5. Tindakan itu memperhatikan orang lain.

Paradigma ini memiliki tiga turunan teori besar yaitu teori asksi (action theory), interaksinis simbolik, serta teori fenomenologi.

1. Teori Aksi

Teori sebagai hasil dari pengembangan karya Wiber, teori ini pada tahap perkembangan ilmu sosilogi kurang berpengaruh sebagaimana pada zaman Weber. Tetapi yang patutu diperhatikan bahwa teori ini seabagai proses dari lahirnya teori-teori berikutnya yaitu interkasionis simbolik dan, fenomenologi.

Ada beberapa asumsi teori aksi menurut Hinklie berdasarkan karya Max Iver serta Person :

  1. Tindakan manusia muncul karaena kesadaran
  2. Manusia sebagai objek bertindak dengan tujuaa-tujuan tertentu
  3. Dalam betindak manusia menggunakan cara tahnik dan prosedur
  4. keberlangsungan tindakan manusia tergantung pada kondisi internal maupun kondisi eksternal
  5. Manusia memilih menilai dan mengevaluasi terhadap sautu tindakan
  6. Adanya peranan prinsip mpral dalam pengambilan keputusan
  7. Metode verstehen atau imajinasi dalam melihat hubungan sosial

2. Teori Interaksionis Simbolik

Herbert Blumer merupakan seorang tokoh modern teori interaksionisme simbolik, menurut Blumer interaksionisme simbolik menunjuk pada sifat khas dari interaksi antar manusia, dimana manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung, tetapi didasarkan pada makna yang di berikan terhadap tindakan seseorang. Interaksi individu didasarkan pada penggunaan symbol-simbol, serta interpretasi. Teori interaksionisme simbolik dalam memahami kehidupan sosial menggunakan tiga terminology yaitu individual, interkasi dan interprestasi.

Secara umum prinsip dasar interaksionisme simbolik, dapat di simpulkan sebagai berikut :

- Manusia memiliki kemampuan berpikir yang membedakannya dengan binatang

- Manusia dalam berinteraksi mempelajari makna dan symbol dengan pemikiran logis

- Makna dan symbol memungkinkan manusia bertindak secara khusus dalam berinteraksi

- Manusia mampu merubah arti dan symbol

- Manusia mampu mengubah dan memodifikasi sebagian karena manusai dapat menguji serangkai peluang tindakan.

- Pola aksi dan interaksi akan membentuk kelompok atau masyarakat.

3. Teori Fenomenologi

Al fred Schutz sebagai tokoh utama teori ini, ia menyatakan bahwa tindakan manusia menjadi hubuangan sosial pada saat adanya makna dan arti dalam sautu tindakan manusia.

Asumsi dasar teori ini yaitu

1. Perhatian terhadap aktor

2. Memusatkan perhatian pada kenyataan yang penting

3. Memusatkan perhatian pada masalah mikro

4. Serta memperhatikan pertumbuhan

Metode yang paling dominan digunakan dalam pendekaran ini yaitu observasi, untuk melihat perbuatan manusia yang spontan dan tidak wajar.

II.4. Gambaran Umum Paradigma Perilaku Sosial

Tokoh utama pendekatan ini yaitu Skinner, dalam eksemplarnya melihat kedua paradigma yang telah di sebutkan dalam bagian terdahulu, ia melihat bahwa objek dalam pardigma tersebut bersifat mistik dan tikda dapat di jealskan secara rasional, karenanya ia mengetengahkan sebuah alterntif bahwa kajian dan objekyang realistis dan rasional yaitu perilaku manusia.

Dalam paradigma perilaku sosial ada dua teori utama yaitu :

1. Teori Behavioral Sociology

Teori ini memusatkan pada suatu tindakan aktor dipengaruhi oleh situasi eksternal aktor. Selain itu perhatian utama teori ini yaitu hubungan historis antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku yang terjadi sekarang.

2. Teori Exchange

Teori pertukaran merupakan suatu reaksi terhadap fakta sosial, tokoh utama teori ini yaitu George Homan. Menurut Homan ada dua proposisi yang mendasari teori pertukaran yaitu, pertama proposisi ini biasanya di teliti oleh seorang fsikolog, kedua proposisi ini bersifat fsikologis karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat.

Dalam analisisnya Homan mengembangkan beberapa proposisi dalam menganalisis masyarakat :

- Makin tinggi ganjaran yang di peroleh semakin besar suatu tingkah laku untuk diulang

- Makin tinggi biaya dan ancaman hukuman maka semakin kecil kemungkinan tingkah laku tersebut diulang.

- Adanya hubungan berantai antara berbagai stimulus dan berbagai tanggapan.

Dan secara luas proposisi teori pertukaran human yaitu sebagai berikut :

1. Jika tingkah laku sudah lewat dalam kontek stimulus dan situasi tertentu mendapat ganjaran maka kemungkinan tingkah laku itu akan berulang.

2. Frekuensi ganjaran yang di terima atas tanggapan atau tingkah laku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama

3. Memberikan arti dan nilai terhadap tingkah laku yang diarahkan oleh actor.

4. Makin sering orang menerima ganjaran terhadap tindakannya maka semakin berkurang nilai dari tindakan yang dilakukannya

5. makin dirugikan seseorang dari hubungan dengan orang lain maka semakin tinggi terjadinya emosi.

Homans yakin bahwa tingkah laku sosial dasar dapat dijelaskan dengan masalah-masalah dasar pertukaran, masalah itu menyangkut fsikologi dan motivasi individual, sebagian besar teori pertukaran di dasarkan pada asumsi bahwa seseorang juga menghargai kelangsungan hidup, persetujuan, dan kekuasaan yang sama-sama maduk akal dan logis.

Metode yang di gunakan dalam paradigma ini yaitu quesioner, interviu, dan observasi.

II.5. Perbedaan Paradigma Sosiologi

Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam bagian awal mengenai paradigma sosiologi dapat di lihat adanya perbedaan-perbedaan baik secara isensial maupun substansial. Indikator paling utama pebedaan ketiga paradigma ini yaitu bahwa dalam perkembangan soaiologi terbagi menjadi sosilogi makro dan mikro (lihat bab 1), dimana paradigma fakta sosial yang mendasarkan objek pada struktur dan pranata sosial masuk dalam sosiologi makro karena objek kajiannya yang cukup luas, berbeda halnya dengan paradigma defenisi sosial dan perilku soasial yang lebih menekankan objek mikro, sehingga kedua paradigma ini msuk kedalam kajian sosiologi mikro.

Berdasarkan variabel ada perbedaan antara paradigma tersebut yaitu fakta soasial variabel berupa Group, definisi sosial variabelnya individual dan group sedangkan perilaku sosial berupa individual.

II.6. Paradigma Terpadu Sosiologi

Seperti yang telah di jelaskan pada pendahuluan bahwa perkembangan paradigma dalam sosiologi di lalui melalui proses dan dalam titik akhir yaitu revolusi, sebagaimana kita ketahui bahwa dalam perkembangan ilmu sosiologi diawali dangan perang berupak kritik-kritik terhadap setiap paradigma dalam teori posmodern sering di sebut kritik ideologi, kritikan ini telah membentuk karater ilmu sasiologi sebagai ilmu yang penuh dengan pertentangan karena tidak selamanya teori-teori yang ada sesaui dengan realitas dalam kehidupan sosial.

Kondisi ini mengakibatkan tidak adanya paradigma yang mutlak dalam sosiologi karena semua paradigma akan tergeser ketika tidak mampu menjelaskan realitas, dan akan tergantikan oleh paradigma baru yang lebih realistis dan dapat digunakan untuk menganalisis masalah yang kontemporer.

Dalam kenyataannya perkembanan paradigma terpadu ini belum begitu mencolok mungkin karea ktidak seimbangan kemajuan ilmu pengetahuan masing-masing kawasan dunia global.

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Perkembangan ilmu sosiologi tidak bisa dipisahkan dari pemikir-pemikir awal berkembangnya ilmu sosilogi, seperi Emile Durkeim, Max Weber, Karl Max dan para sosiologi beikutnya sampai pada sosiolog di era posmodern. Suatu paradigma merupakan suatu keniscayaan yang harus tetap ada dalam ilmu pengetahuan begitu juga sosilogi.

Paradigma menajdi landasan dasar dari pengkajian lebih mendalam terhadap objek dalam ilmu pengetahuan, revolusi merupakan sesuatu yang tidak dapat di pisahkan dalam perkemabangan paradigma sosiologi karena tidak adanya keadaan yang stagnan dalam perkembangan ilmu pengatahuan.

Sosiologi berparadigma ganda sebagai suatu simbol dari luasnya ilmu sosiologi, pardigma akan terus berkembang sesuai dengan perkengangan kehidupan sosial manusia era modern maka soaisologi akan melahirkan paradigama baru yang labih terpadu begitu juga seterusnya.

III.2. Saran

Pentingnya pemahaman yang mendalam dan komprehensif di miliki oleh mahasiswa sosilogi sebagai calon-calon sosiolog, sudah seharusnya dan sudah semestinya banyaknya di galakkan kegiatan-kegiatan ilmiah untuk mengkaji perkembangan ilmu sosilogi, agar tidak tertinggal dalam perkambangan nya.

DAFTAR PUSTAKA

- Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern. 2007. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

- Ritzer, George. 1992., Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta. Rajawali pers.

- Sanderson, Stephen. 2000. Sosiologi Makro. Jakarta. PT Rajawali Grafindo Persada.