Rabu, 09 April 2008


(Kajian Komfrehensip Teori Sosiologi)
BAB I
SOSIOLOGI MIKRO DAN SOSIOLOGI MAKRO

1. Gambaran Umum
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari realitas sosial dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, serta mempelajari berbagai ide dan pikiran manusia yang di refleksikan ke dalam pola interaksi dan perilaku yang berulang, sehingga terjadi suatu wujud aktivitas sosial. Secara konvensional sosiologi di bedakan menjadi dua bentuk yaitu sosiologi mikro dan sosiologi makro, pembagian ini lebih di dasarkan pada tiga dimensi atau asfek yang cukup mendasar yaitu batas, ruang dan waktu.
Sosiologi mikro mempelajari pikiran dan perilaku manusia dalam skala wilayah yang relatif kecil, dalam waktu yang singkat serta melibatkan sedikit orang, dan biasanya lebih menekankan pada hubungan pribadi dan interaksi personal . Sedangkan sosiologi makro mempelajari fenomena dan perilaku sosial dalam skala yang cukup luas, dan rentang waktu yang panjang serta dengan bahasan yang lebih universal dan global. Penjelasan ini memberikan gambaran bahwa secara substansial perbedaan antara sosiologi mikro dan makro tidak mencakup pada perbedaan bahasan, karena yang menjadi acuan yaitu besar kecilnya suatu permasalahan dan fenomena yang dikaji.
Dalam perkembangan teori sosiologi, dari masing-masing kajian tersebut baik makro maupun mikro dan juga meso, mempunyai berbagai turunan teori-teori yang lahir sebagai manifestasi dari kajian yang dilakukan mengenai realitas sosial. Perbedaan strategi serta teori-teori dalam kajian-kajian sosiologi tidaklah memberikan jarak pemisah yang cukup signifikan, karena setiap teori akan saling melengkapi baik dalam kajian realitas sosial yang luas maupun kajian realitas sosial yang sempit. Hubungan antara persfektif mikro dan makro melahirkan suatu kajian yang netral serta menyentuh kedua sisi, yang sering di sebut dengan kajian meso (sosiologi meso)


BAB II
TEORI MAKRO SOSIOLOGI

II.1. Teori Evolusi
Tokoh utama teori evolusi yaitu Aguste Comte dan Harbert Spencer, kedua tokoh evolusionis ini merupakan ilmuan dari bidang eksakta dimana Spencer sebagai insinyur tehnik dan Comte ilmuan fisika, kedua tokoh ini mempunyai pandangan yang konservatif dalam berbagai gagasan pemikirannya. Teori evolusi dalam ilmu sosial menjadi suatu jargon dari pemikiran konservatif dari kedua tokoh ini. Pandangan mereka hampir sama melihat kehidupan individu atau juga masyarakat berkembang secara progres menuju kekeadaan yang lebih baik, dan serta campur tangan hanya akan memperburuk konsisi sosial masyarakat.
Dengan terinspirasi dari teori Darwin pada saat itu sangat besar berpengaruh, memunculkan pandangan evolusi terhadap kehidupan sosial masyarakat, seleksi sosial merupakan suatu yang ada dalam kehidupan sehingga suatu individu atau juga masyarakat yang tidak layak akan akan hilang, dan sebaliknya individu yang layak akan tetap bertahan. Yang menjadi perbedaan dasar anatara Spencer dan Comte yaitu pada objek evolusi dimana Spencer memfokuskan pada individu dan Comte melihat struktur masyarakat seperti keluarga.
Pandangan teori evolusi sosial spencer menekankan pada kondisi material dan fisik atau dunia nyata sedangkan Comte menekankan teori evolusi pada suatu ide atau pemikiran dalam realitas semu, sebagaimana hukum tiga tahap perkembangan masyarakat yang ia ketengahkan.

II.1.1. Teori Evolusi Sosial (Aguste Comte)
Sebagai seorang ilmuan yang konservatif Comte sangat menentang revolusi sosial yang menurutnya akan merusak tatanan masyarakat. Pandangan evolusionisnya melahirkan teori evolusi sosial, pada tahap intelektual bukan pada suatu realitas yang riil. Tahapan evolusi intelektual masyarakat dibagi menjadi tiga tingkatan perkembangan yaitu :
Tahap teologis
Tahapan ini dimana pengaruh nilai-nilai serta ide-ide dogmatis sangat besar, manusia tidak berdaya tetapi di kendalikan oleh kepercayaan mereka sendiri.
Tahap metafisik
Kemajuan pola intelaktual masayarakat sehingga kepercayaan terhadap sesuatu yang tidak nyata semakin lemah dan digantikan dengan kepercayaan pada sesuatu yang abstrak.
Tahap positivistik
Tahapan ini merupakan perkembangan termaju dari ilmu pengetahuan, dimana semua unsur yang berkaitan dengan sesuatu yang ilmiah, menjadi dasar kehidupan masyarakat.
Pandangan evolusi Comte, menitikberatkan pada perkembangan ide atau intelaktualitas masyarakat, hal ini karena kekacauan dalam realitas sosial di sebabkan kekacauan intelaktual masyarakat. Penekanan pada perkembangan intelektual sebagai wujud dari kemajuan suatu perkembangan masyarakat.
Selain hukum evolusi tiga tahap Comte juga membuat klasifikasi ilmu pengetahuan. Sebagai seorang evolusionis Comte mengklasifikasian tingkatan ilmu di dasarkan pada pendekatan evolusionir. Pembagian ilmu tersebut yaitu :
a) Ilmu pasti matematika dan ilmu perbintangan
b) Ilmu alam fisika dan ilmu kimia
c) Ilmu hayati fisiologi atau biologi
d) Dan ilmu sosial yaitu sosiologi
Khusus ilmu sosiologi Comte membaginya menjadi dua kajian yaitu :
1. Sosial Statik
Mempelajari hukum-hukum aksi dan reaksi bagi system sosial terhadap unsur-unsur dasar dalam bangunan masyarakat, unsur-unsur tersebut yaitu :
Ø Individu, merupakan mahluk sosial yang cenderung untuk membentuk dan hidup dalam kelompok
Ø Keluarga, merupakan kelompok sosial yang paling dasar dimana terdapat ayah, ibu dan anak dalam satu kesatuan yang memiliki fungsi dan kewajiban yang berbeda.
Ø Masyarakat, merupakan suatu tempat bagi individu untuk berinteraksi dan melakukan hungan sosial lainnya dengan individu yang lebih luas dan konfleks
Ø Negara, sebagai suatu bentuk masyarakat luas yang menyatu dalam suatu wadah atau oeganisasi formal yang memiliki hokum dan aturan yang biasanya mengikat setiap individu atau masyarakat di dalamnya.
Dalam kajian sosiologi mengenai sosial static di gunakan tiga doktrin analisis yaitu,
a) Doktrin individual, individu merupakan produk dalam kehidupan kelompok dalam hal ini hungan antara kelompok dengan individu sangat erat sekali yaitu sebagai perkembangan dari evolusioner kehidupan manusia. Setiap penyimpangan yang ada merupakan hasil dari pembawaan individu secara biologis, sehingga hukum seleksi sosial juga berperan dalam perkembangan masyarakat.
b) Doktrin Society, merupakan suatu acuan dalam perkembangan masyarakat secara luas dan global, di mana terdapatnya pembagian kerja (devision of labor)
c) Doktrin state, yaitu melihat fungsi dari masyarakat yang telah terorganisir sebagai penjaga kesatuan dan persatuan bangsa, dalam cakupan yang lebih luas di banding tingkatan sebelumnya.
2. Dinamika Sosial (sosial dynamic)
Dinamika sosial melihat bagaimana suatu perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat serta adanya hokum umum yang mengatur kehidupan masyarakat untuk mencapai suatu kemajuan, serta adanya hubungan antara kemajuan dengan keterlibatan.

II.1.2. Teori Evolusi Sosial (Herbert Spencer)
Gagasan teori evolusi sosial menurut Spencer melihat masyarakat bergerak secara evolusi dari suatu kondisi sederhana ke kondisi yang lebih baik, dimana perkembangan yang dilihat yaitu ukuran (size) masyarakat, perkembangan masyarakat mencapai perekembangan dua kali sampai tiga kali lipat dari kondisi awal. Gagasan kedua yaitu melihat perekembangan masyarakat militian menjadi masyarakat industri.
Masyarakat militan merupakan suatu masyarakat sederhana yang terstruktur untuk melakukan perang, dengan invansi militer membentuk suatu masyarakat baru yang terstruktur dan mendukung terbentuknya masyarakat industri, perkembangan progres masyarakat menuju titik akhir yaitu masyarakat industri modern, yang di identifikasiskan dalam pandangan evolusioner fungsinalis, dimana masyarakat barat sebagai suatu titik yang di tuju dalam evolusi masyarakat. Seleksi sosial menjadi suatu rintangan yang selalu ada dalam setiap perkembangan masyarakat, seleksi alam merupakan suatu realitas yang ada dalam masyarakat (factor internal) dan juga berada diluar masyarakat (factor eksternal), individu yang mampu bertahan akan membentuk suatu masyarakat dengan tingkat peradaban yang lebih maju yaitu masyarakat industri.
Pandangan evolusi Spencer menyatakan bahwa evolusi dapat terjadi di mana saja tanpa ada perbedaan antar daerah yang satu dengan daera yang lainnya, menurutnya ada tiga jenis atau bentuk dari evolusi yaitu :
a) Evolusi In Organik, terjadi terhadap benda mati misalnya geologi dan kajian antropologi
b) Evolusi Organik, terjadi dalam kehidupan hayati misal dalam kajian biologi dan fsikologi
c) Evolusi Super Organik, terjadi dalam kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam kajian ilmu sosiologi.
Menurut Spencer system evolusi meliputi empat pokok dasar yang utama yaitu, pertama ketidak stabilan yang homogen, kedua berkembangnya factor yang berbeda dalam rasio tertentu, ketiga kecenderungan terhadap adanya bagian yang berbeda-beda, dan yang terakhir yaitu adanya batas final dari semua proses evolusi.
Secara umum teori evolusi sosial mempunyai tiga konsep dasar yaitu : pertama, pembagian tipologi berdasarkan tahapan-tahapan, kedua tiap tahapan menunjukkan tingkat kemajuan, dan ketiga adanya mekanisme sosial yang menagntarkan perkembangan dari masing-masing tahapan.

II.2. Teori Fungsionalisme Structural (system)
Teori fungsional structural, merupakan bagian dari teori sosiologi makro, sebagaimana kita ketahui bahwa, yang manjadi ciri utama dari kajian sosiologi makro yaitu pengkajian dalam batas, ruang, waktu yang lebih luas dan lama. Fungsionalisme structural merupakan sebua teori yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan sosiologi. Teori ini masuk kedalam paradigma fakta sosial, kajian teori ini melihat masyarakat dalam kondisi keteraturan dan mengabaikan konflik hal ini menjadi acuan utama dalam pengkajian lebih mendalam mengenai masyarakat.
Secara esensial frinsip-frinsip pokok teori fungsional struktural yaitu :
1. Masyarakat merupakan system kompleks yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling ketergantungan, dan berpengaruh signifikan terhadap bagian lain.
2. Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena setiap bagian mempunyai fungsi penting dan seimbang saling memberikan pengaruh. Dan sebagai panjaga stabilitas dan eksistensi masyarakat secara keseluruhan.
3. Setiap masyarakat memiliki mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya, atau dengan kata lain adanya consensus dalam masyarakat untuk membangun kestabilan dan keteratururan dalam masyarakat.
4. Masyarakat cenderung mengarah pada kepada suatu keadaan equilibrium atau keadaan homestatis, dimana gangguan pada salah satu elemen, cenderung akan menimbulkan penyesuaian dari elemen lain untuk mencapai suatu keseimbangan.
5. Perubahan sosial merupakan sautu yang tidak biasa terjadi dalam masyarakat, kalaupun ada mempunyai konsekuensi terhadap keseimbangan dan keuntungan bagi masyarakat secara keseluruhan.
Dalam pendangan fungsionalisme, istilah structural dan fungsional tidak harus selalu di hubungkan. Kita dapat mempelajri struktur masyarakat tanpa harus memperhatikan fungsinya, sasaran utama teori ini yaitu pada struktur sosial, dan institusi masyarakat yang berskala luas, serta hubungan dan pengaruhnya terhadap actor. Dalam perkembangan teori ini ada dua sosiolog yang berpengaruh yaitu, Tallcont Person dan Robert K Merton, yang mempunyai pandangan yang agak berbeda tetapi secara esensial meiliki kesamaan sacara dalam pengkajian.

II.1.1. Teori Fungsionalisme Struktural (Talcott Person)
Person merupakan seorang sosiolog terkemuka dan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan teori sosiologi. Pandangan Person terhadap actor dalam struktur sosial yaitu :
a) Actor yaitu seorang individu atau kelompok, masyarakat, atau Negara, disebut sebagai orang yang mempunyai suatu untuk mencapai tujuan. Serta memiliki alternative untuk mencapai tujuan tersebut.
b) Aktor di hadapkan pada beranekaragam kondisi situasional baik warisan biologis maupun berbagai kendala ekologis yang bersifat eksternal
c) Actor dilihat sebagai unsur yang dipengaruhi oleh nilai, norma dan aturan.
d) Tindakan actor mencakup pengambilan keputusan secara subjektif terhadap sarana untuk mencapai tujuan dari semua situasi dan kondisi situasional.
e) Actor selalu mencapai tujuan dalam setiap tindakan tetapi tindakan itu dilandaskan pada sarana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
f) Pilihan actor di tentukan oleh fungsionalisme dari masing-masing bagian setiap unsur.
Masyarakat menurut Person sebagai system sosial memiliki minimal dua tujuan utama yaitu pertama, mempunyai dukungan proposional pada tiap-tiap bagian, dan kedua system sosial harus memiliki kekuatan budaya untuk mencegah sedini mungkin unsur-unsur yang gagal dalam mendeteksi penyimpangan dan konflik.
Teori utama Person dalam analisis terhadap struktur sosial yaitu, empat fungsi penting yang dimiliki semua system, tindakan dikenal dengan skema “AGIL” setiap system harus memiliki empat fungsi yaitu :
1) Adaptation (adaptasi)
Sebuah system harus mampu mengatasi situai eksternal yang gawat, system harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikanlingkan terhadap kebutuhannya.
2) Goal Attainment (tujuan)
Setiap system harus mempunyai tujuan utama dan mencapainya
3) Integration (Integrasi)
Sebuah system harus mengatur hubungan yang harmonis antar elemen. System juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsinya
4) Latency (Pemeliharaan pola)
Sebuah system harus melengkapi dan memelihara baik motivasi individu maupun pola-pola cultural.
Menurut Person organisme perilaku menjalankan fungsi adaptasi serta mengubah lingkungan eksternalnya. System kepribadian melaksanakan fungsi untuk pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan serta memobilisasi kekuatan untuk mencapai tujuan, system sosial berfungsi untuk mengintegrasikan bagian-bagian dalam satu kesatuan, system cultural menyediakan seperangkat nilai, aturan untuk bertindak.
Kajian mengenai masyarakat menurut Person tidak dapat dipisahkan dari kerangka analisis “AGIL”, keterarutan dan keseimbangan menjadi tujuan utama setip system dalam masyarakat, dan perubahan hanya sebagai suatu siklus dimana terjadi sebagai akibat dari penyesuaian atau adaptasi sehingga perbahan yang terjadipun tidak akan menggoyakan system tetapi akan tetap menguatkan system masyarakat.

II.1.2. Teori Fungsionalisme Struktural (Robert K Merton)
Merton dalam berbagai kajiannya mengecam beberapa asumsi dasar fungsional structural yang menurutnya sudah tidak relevan dan tidak dapat di pertahankan lagi.
Merton mengkritik tiga model dasar fungional structural :
1. Kritik terhadap fostulat tentang kesatuan fungsional masyarakat
Pandangan ini melihat bahwa suatu praktek dan kenyataan sosial cultural yang sudah baku dan mengikat seluruh bagian masyarakat, pandangan ini menurut Merton tidak dapat di generalisasikan untuk semua tipe masyarakat, tetapi integrasi tingkat tinggi ini dapat berlaku dalam masyarakat primitive
2. Kritik terhadap fungsionalisme universal
Melihat bahwa setiap struktur sosial budaya yang telah baku mempunyai fungsi yang positif, asumsi ini menurut Merton bertentangan dengan realitas yang ada dalam masyarakat, karena struktur yang baku tersebut juga memberikan nilai yang tidak relevan dalam perkembangan masyarakat
3. Kritik tentang indispensability
. Pandangan ini mengasumsikan bahwa struktur masyarakat yang telah baku memiliki fungsi yang positif dan sangat di perlukan oleh setiap elemen masyarakat, hal ini berarti mengecilkan peran dari unsur lain yang bias juga memberikan fungsi dan alternative dalam menyatukan masyarakat.
Dalam menjelaskan mengenai analisis fungsional merton berpendapat bahwa analisis fungsional tidak harus menyangkut masyarakat secara luas tetapi bias juga pada lingkungan system yang lebih kecil, organisasi, dan lain sebagainya. Dalam analisis fungsional struktural Merton menyatakan adany fungsional dan disfungsinal dalam setiap elemen serta fungsi manifest dan fungsi latent. Dalam suatu masyarakat suatu tindakan bias dikatakan sebagai hal ynag positif atau manifest dan juga sebaliknya bisa sebagai fungsi laten dalam masyarakat lainnya, sehingga suatu fungsi tidak dapat di generalisasikan secara umum dan lebih luas.

II.3. Teori Konflik dan Perubahan Sosial
Teori konflik merupakan teori yang masuk dalam paradigma fakta sosial, sekaligus mempunyai kajian makro dan jangkauan yang hampir sama dengan teori-teori dalam fakta sosial. Teori ini merupakan suatu respon dari teori fungsional structural yang ternyata banyak mendapat kritikan terutama para sosiolog yang mempunyai pandangan revolusioner. Tokoh utama teori ini yaitu Ralf Dahrendorf dan Randoll Collins, teori ini mempunyai proposisi yang berseberangan dan bertentangan dari teori fungsional struktual, teori lahir sebagai hasil dari pertentangan kritis terhadap pengkajian terhadap masyarakat secara makro.
Teori konflik sangat erat kaitannya dengan perubahan sosial hal ini di kerenakan dalam masyarakat potensi-potensi konflik menjadi symbol dan syarat utama terjadinya perubahan, kerena masyarakat selalu dalam keadaan berkembang tidak stagnan dan stabil.
Munculnya teori konflik tidak dapat di lepaskan dari pemikiran dasar Karl Mark dan Weber mengenai masyarakat, yaitu penolakan terhadap gagasan bahwa masyarakat selalu dalam consensus dan harmoni, serta keseimbangan menjadi suatu ciri utama masyarakat. dalam perkembangannya teori konflik terbagi menajdi dua aliran yaitu neo-marxian dan neo bewerian, tetapi dalam perkembanganya tipe neo-marxian lebih mandominasi, berikut dijelaskan mengenai asumsi dasar teori konflik secara umum, yaitu :
1. Kehidupan sosial pada dasarnya merupakan arena konflik dan pertentangan antara dan didalam kelompok-kelompok yang bertentangan.
2. Kekuasaan ekonomi dan politik merupakan sumber yang penting dan banyak di perebutkan
3. Akibat pertentangan ini masyarakat terbagi ke dalam determinan secara ekonomi dan politik sehingga ada individu atau kelomok yang tersubordinasi
4. Pola-pola sosial sangat besar di pengaruhi oleh determinan ekonomi
5. Konflik dan pertentangan sosial menjadi kekuatan utama terjadinya perubahan sosial
6. Konflik dan pertentangan menjadi ciri dasar kehidupan sehingga perubahan menjadi sesuatu yang sering terjadi dalam masyarakat.
Gagasan ini lebih kental bermuatan materialis dalam kerangka dasar pandangan Mark, berikut akan di ketengahkan beberapa pemikiran dari tokoh-tokoh utama teori konflik.

II.3.1. Teori Konflik (Ralf Dahrendorf)
Hampir sama seperti fungsionalis Ralf Dahrendorf juga berorientsi pada struktur dan institusi sosial. Ia juga mengatakan bahwa consensus dan konflik merupakan suatu yang pasti ada dalam masyarakat, dan konflik muncul sebagai respon terhadap consensus.
Menurut Dahrendorf masyarakat tunduk pada perubahan, sehingga ada suatu kecenderungan perubahan terjadi dengan cepat dalam masyarakat menggantikan situasi dan kondisi yang satu ke kondisi lainnya. Pertikaian dan konflik menjadi ciri utama system sosial, dan elemen yang ada dalam masyarakat memberikan sumbangan utama terhadap perubahan dan disintegrasi.
Menurut Dahrendorf distribusi kekuasaan ynag tidak seimbang sebagai penyebab utama teradinya konflik sosial secara sistematis. Otoritas menjadi suatu fenomena yang mendasar dalam analisis mengenai masyarakat, ia mengatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai otoritas yang berbeda secara individu serta keinginan untuk mendominasi dan menundukkan otoritas lain merupakan suatu kewajaran dalam proses perubahan masyarakat. kepentingan menjadi sumber utama pertentangan.dalam analisisnya Dahrendorf membedakan kelompok menjadi dua yaitu kelompok semu (quasi group) merupakan sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan yang sama, dan kelompok kedua yaitu kelompok kepentingan, kelompok ini merupakan kelompok yang telah terorganisir dan memiliki fungsi dan keanggotaan yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi basis utama timbulnya kelompok konflik. Hubungan kelompok konflik dengan perubahan menjadi hal utama dan sangat penting kerana munculnya kelompok tersebut menyebabkan terjadinya perubahan secara signifikan dalam masyarakat.

II.3.2. Teori Konflik (Randall Collins)
Dalam analisisnya mengenai mengenai masyarakat Collins, lebih menekankan pada skala mikro, dengan asumsi bahwa suatu tingkat makro tidak dapat melepaskan dari analisis mikro. Ia mambangun teori konflik yang sintesis dan itegratif. Pandangan teori konlflik Collin tidak bermuatan ideologis sehingga lebih netral dari kerangka dan tekanan ideologis tertentu seperti dalam karya Marx yang sangat kental bermuatan ideologis.
Collin memusatkan perhatiannya pada stratifikasi sosial, kerena menurutnya kajian ini akan menyentuh semua lapisan masyarakat. Collin mendekati konflik dari sudut pandang individu, dia mengatakan bahwa dia memilih konflik sebagai fokus berdasarkan landasan yang realistis, yakni bahwa konflik proses sentral dalam kehidupan sosial.
Teori stratifikasi konflik, asumsi Collin yaitu orang di pandang memiliki sifat sosial, tetapi juga mudah berkonflik dalam hubungan sosial mereka, ia melihat orang mempunyai kepentingan-kepentingan yang pada dasarnya saling bertentangan, pendekatan konflik diturunkan menjadi tiga prinsip. Collin yakin bahwa orang hidup dalam dunia subjektif yang ia ciptakan sendiri, kedua orang lain mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengontrol, pengalaman subjektif seseorang, ketiga orang lain mencoba mengontrol orang yang menentang mereka. Memungkinkan terjadinya konflik antar individu.

Tabel 1.1
Strategi Teoritis Sosiologi Makro

No
Strategi Teoritis
Karakteristik Utama
1
Materialisme
Bahwa kondisi-kondisi material dari eksistensi manusia merupakan penyebab pengorganisasian masyarakat, dan berbagai perubahan penting yang terjadi di dalamnya.

2
Idealisme
Menegaskan sigifikansi pikiran manusia dapat menciptakan realitas kehidupan dan perubahan sosial.

3
Fungsionalisme
Mengasumsikan bahwa bagian-bagian yang ada dalam masyarakat memberikan kontribusi yang penting dalam mempertahankan hidup dan kesejahteraan seluruh masyarakat atau subsitem induknya.

4
Strategi konflik
Memandang masyarakat sebagai arena tempat bertarung untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginannya. Konflik dan pertentangan menimbulkan dominasi dan subordinasi.

5
Evolusioner
Memusatkan perhatian kepada upaya mendeskripsikan transpormasi sosial jangka panjang dengan kemajuan sosial yang semakin meningkat secara fungsional

6
Elektisisme
Memberikan toleransi bagi seluruh sudut pandang yang ada, dengan strategi yang ada untuk menjelaskan setiap bagian dalam masyarakat.


BAB II
TEORI MIKRO SOSIOLOGI

Sosiologi mikro merupakan sosiologi yang menyelidiki berbagai pola pikiran dan perilaku yang muncul dalam kelompok yang relatif berskala kecil, kajian ini lebih tertarik pada barbagai gaya komunikasi verbal dan nonverbal dalam hubungan face to face, pengembilan keputusan oleh para hakim, dan integrasi kelompok perkawanan, dan pengaruh keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok terhadap pandangan dunianya. Teori-teori sosiologi mikro akan dijelaskan dalam pembahasan di bawah ini :

II.1. Teori Interaksionisme Simbolik
Tokoh utama teori ini yaitu George Herbert Mead, perkembangan teori interaksionisme simbolik, merupakan suatu respon dari mandegnya teori aksi. Karya besar dari Mead yaitu mengenai filsafat pragmatisme dan behaviorisme fsikologi.
a) Filsafat Pragmatisme
Pragmatisme merupakan pemikiran filsafat yang meliputi banyak hal, ada beberapa hal yang menjadi landasan utama dalam pandangan pragmatisme Mead, yaitu pertama realitas sebenarnya tidak berada di luar dunia nyata, realitas di ciptakan secara aktif saat kita bertindak di dalam dan terhadap dunia nyata. Kedua, manusia mendasarkan pengetahuan mereka mengenai dunia nyata pada apa yang telah terbukti berguna bagi mereka. Ketiga manusia mendefinisikan apa yang di temuinya sesuai dangan asfek kegunaan bagi dirinya. Keempat pemahaman mengenai actor harus di sesuaikan dengan apa yang ia lakukan dalam dunia realitas.
Tiga hal penting dalam interaksionisme simbolik :
a) Memusatkan perhatian pada interaksi antar actor dan dunia nyata
b) Memandang baik actor maupun dunia nyata sebagai proses dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis
c) Arti penting yang di hubungkan kepa kemapuan actor untuk menafsirkan kehidupan sosial.
b) Behaviorisme
Mead sangat besar di pengaruhi oleh behavoirisme fsikologis, Watson memusatkan perhatian pada perilaku individu yang dapat diamati sasaran perhatiannya yaitu pada stimuli atau perilaku yang mendatangkan respon.
Tokoh dan pemikirannya tentang interaksionisme simbolik :
a). Ide-ide George Herbert Mead
Dalam memahami pengalaman sosial Mead mendasarkan pada kehidupan sosial, menurutnya kehidupan sosial mendahului pemikiran dan ide-ide pribadi baik secara logika maupun secara temporer. Mead mempelajari tindakan sosial dengan menggunakan tehnik instrofeksi untuk mengetahui barang sesuatu yang melatarbelakangi tindakan sosial dalam sudut actor. Mead mamandanag bahasa dan symbol-simbol menjadi dasar terjadinya interaksi, yang membedakan manusia dengan binatang. Mead memandang tindakan sebagai unit primitive, dalam teorinya Mead memusatkan pada rangsangan (stimulus) dan tenggapan (responaa)
Empat tahap tindakan menurut Mead dalam alur dialektis, yaitu :
· Impuls
Dorangan hati atau impuls yang meliputi stimulus dan rangsangan yang menjadi kebutuhan dalam interaksi sebagai respon dari actor.
· Persepsi
Actor menyiapkan dan bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls.
· Manipulasi
Mengambil tindakan terhadap objek setelah impuls dan persepsi telah muncul dan dilalui
· Konsumasi
Mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya
Gagasan ini menjadi suatu gambaran tindakan atau hubungan manusia dangan actor lain, tatapi alur ini merupakan suatu tahapan yang ideal dan pada kenyataannya tindakan trial and error dapat merentas tahapan ini.
b) Gagasan Blumer dalam teori interaksionisme simbolik
Herbert Blumer merupakan seorang tokoh modern teori interaksionisme simbolik, menurut Blumer interaksionisme simbolik menunjuk pada sifat khas dari interaksi antar manusia, dimana manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung, tetapi didasarkan pada makna yang di berikan terhadap tindakan seseorang. Interaksi individu didasarkan pada penggunaan symbol-simbol, serta interpretasi. Teori interaksionisme simbolik dalam memahami kehidupan sosial menggunakan tiga terminology yaitu individual, interkasi dan interprestasi.
Secara umum prinsip dasar interaksionisme simbolik, dapat di simpulkan sebagai berikut :
- Manusia memiliki kemampuan berpikir yang membedakannya dengan binatang
- Manusia dalam berinteraksi mempelajari makna dan symbol dengan pemikiran logis
- Makna dan symbol memungkinkan manusia bertindak secara khusus dalam berinteraksi
- Manusia mampu merubah arti dan symbol
- Manusia mampu mengubah dan memodifikasi sebagian karena manusai dapat menguji serangkai peluang tindakan.
- Pola aksi dan interaksi akan membentuk kelompok atau masyarakat.

c) Interaksionisme simbolik Erving Goffman
Diri (self) atau kedirian adalah konsep yang sangat penting bagi teoritisi interaksionisme simbolik, colley mendefinisikan konsep cermin diri sebagai :
”Imajinasi yang agak defenitif mengenai bagaimana diri seseorang yakni gagasan yang disediakan, yang muuncul dalam pikiran tertentu dan semacam perasaan diri seseorang yang ditentukan oleh sikap terhadap hubungan pikiran dan perasaan dengan pikiran orang lain”.
Gagasan cermin diri dapat dirinci menjadi tiga bagian komponen yaitu :
1. Kita membayangkan bagaimana penampilan di mata orang lain
2. Kita membayangkan apa yang seharusnya mereka nilai berkenaan dengan penampilan kita
3. Kita membayangkan semacam perasaan diri tertentu seperti rasa harga diri atau rasa malu.
Karya Erving Goffman, karya terpenting dari Goffman dalam interaksionisme simbolik yaitu “Presentation of Self In Everyday Life” konsep diri Goffman sangat besar dipengaruhi oleh Mead, terutama mengenai ketegangan antara diri spontan. Ketegangan menurutnya sebagai suatu kondisi ketidaksesuaian antara diri manusiawi dengan diri kita sebagai hasil proses sosialisasi.
Goffman membangun konsep kehidpan social sebagai sebuah pertunjukan drama, atau dramaturgi. Menurut Goffman diri merupakan “ bukan sesuatu yang bersifat organic yang mempunyai tempat khusus dalam menganalisis diri, kita mengambilnya dari pemiliknya dari orang yang akan sangat diuntungkan atau dirugikan olehnya, karena ia dan tubuhnya semata hanya menyediakan patokan bagi sesuatu yang menghasilkan kerja sama yang akan tergantung untuk sementara” menurut Goffman diri bukan merupakan milik actor tetapi lebih sebagai hasil interaksi antara actor dan audien. Diri adalah pengaruh dramatis yang muncul suasana yang ditampilkan. Konsep-konsep yang dipakai dalam dramatrgis :
Front Stage (panggung depan)
Merupakan bagian pertunjukan yang umumnya berfungsi secara pasti dan umum untuk mendefinisikan situasi bagi orang yang menyksikan pertunjukan. Actor sering mencoba menyampaikan kesan bahwa mereka lebih akrab dengan audien ketimbang dalam keadaan sebenarnya.
Setting
Pemandangan fisik yang biasanya harus ada di situ jika actor memainkan perannya. Tanpa itu biasanya actor tidak dapat memainkan perannnya.

Front Personal
Front personal terdiri atas berbagai macam barang perlngkapan yang bersifat menyatakan perasaan yang memoerkenalkan penonton ddenegan actor dan perlengkapan ituu diharapkan penonton dipunyai oleh actor.
- Penampilan
Meliputi berbagai jenis barang yang mengenalkan kepada kita status social actor.
- Gaya
Gaya mengenalkan pada penonton, peran macam apa yang di harapkan actor untuk dimainkan dalam situasi tertentu.
Pengelolaan Kesan.
- Sekumpulan metode yang bertujuan menciptakan loyalitas dramaturgis, memupuk kesetiakawanan dalam tim atau kelompok
- Menjaga kesadaran untuk menjaga untuk menghindari kekeliruan, mempertahankan pengendalian diri dan mengelola ekspresi muka dan suara
- Merencanakan untuk keadaan darurat, memilih teman tim dan yang setia dan memilih audien yang baik.
Perhatian utama Goffman terletak pada interaksi, pandangan tersebut mencakup beberapa asfek sebagai berikut :
Aktor mungkin ingin menyenbunyikan kesenangan rahasia yang kegemaran dimasa lalu yang bertentangan dangan prestasi mereka
Aktor mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang telah ia lakukan dalam menyiapkan langkah-langkah yang telah diambil untuk memperbaiki kesalahan
Aktor menunjukkan hasil akhir yang maksimal, tanpa memperlihatkan proses yang terlibat dalam pencapaian hasil
Aktor menyembunyikan perbuatan kotor dalam menghasilkan suatu produk akhir
Aktor dalam bertindak dan menghasilkan suatu produk dengan standar tertentu
Aktor menyembunyikan penghinaan tertentu yang pernah terjadi
Role Distance Gaffman memusatkan perhatian pada derajat pelaksanaan peran tertentu oleh seorang individu atau actor, karena banyaknya peran maka sedikit individu yang benar-benar terlibat dalam peran tertentu. Salah satu pemikiran kunci Goffman adalah bahwa jarak peran adalah fungsi status social seseorang, orang yang berstatus social tinggi lebih sering menunjukkan jarak sosil kerena alasan yanga berbeda dengan orang yang berada pada posisi yang lebih rendah.
Stigma merupakan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang (identitas social virtual) dan apa yang sebenarnya dilakukan seseorang (identistas social actual). Stigma discredit, yaitu perbedaan telah diketahui oleh penonton. Dan stigma diskreditabel merupakan stigma yang sebenarnya tidak diketahui oleh penonton.

II.2. Teori Etnometodelogi
Etnometodelogi merupakan cara actor mendeskripsikan, mengkritik, serta mengidealisasikan suatu situasi tertentu. Salain itu etnometodelogi juga di definisikan sebagai kumpulan pemikiran yang logis dan berdasarakan metode yang mengenai realitas sosial sehingga individu menemukan dirinya sendiri.
Pendiri teori ini yaitu Horald Garfinkel, ia mengenalkan konsep praktek penjelasan, yang diasumsikan bahwa penjelasan tidak menilai sifat dasar penjelasan tetapi lebih melihat bagaimana realitasnya dalam tindakan praktis.
Dalam perkembangannya etnometodelogi terbagai menjadi dua jenis yaitu
Studi Setting Institusional
Pada awalnya studi ini hanya pada ruang lingkup yang kecil, tetapi setelah dalam perkembangannya studi ini meluas ke institusi sosial, kantor, rumah sakit, sidang pengadilan, kantor polisi dan lain sebaginya. Tujuan utama analisis ini untuk melihat bagaimana pegawai melakukan aktivitasnya, bertindak serta situasi setting sosial individu dalam institusi.


Analisis Percakapan
Tujuan analisis ini yaitu untuk melihat bagaimana memahami struktur fundamental melalui percakapan. Percakapan merupakan suatu aktivitas sosial impersonal yang terjadi secara teratur dan stabil.
Dalam analisis percakapan ada lima prinsip dasar yang harus di perhatikan yaitu :
· Pengumpulan data yang rinci dan lengkap
· Percakapan yang rinci juga menjadi sebagai pencapaian yang teratur
· Interaksi dan percakapan mempunyai proses yang teratur dan stabil
· Kerangka percakapan yang fundamental adalah organisasi yang teratur
Analisis percakapan merupakan landasan dari bentuk-bentuk hubungan personal dalam kehidupan masyarakat.

BAB I
SOSIOLOGI MIKRO DAN SOSIOLOGI MAKRO

1. Gambaran Umum
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari realitas sosial dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, serta mempelajari berbagai ide dan pikiran manusia yang di refleksikan ke dalam pola interaksi dan perilaku yang berulang, sehingga terjadi suatu wujud aktivitas sosial. Secara konvensional sosiologi di bedakan menjadi dua bentuk yaitu sosiologi mikro dan sosiologi makro, pembagian ini lebih di dasarkan pada tiga dimensi atau asfek yang cukup mendasar yaitu batas, ruang dan waktu.
Sosiologi mikro mempelajari pikiran dan perilaku manusia dalam skala wilayah yang relatif kecil, dalam waktu yang singkat serta melibatkan sedikit orang, dan biasanya lebih menekankan pada hubungan pribadi dan interaksi personal . Sedangkan sosiologi makro mempelajari fenomena dan perilaku sosial dalam skala yang cukup luas, dan rentang waktu yang panjang serta dengan bahasan yang lebih universal dan global. Penjelasan ini memberikan gambaran bahwa secara substansial perbedaan antara sosiologi mikro dan makro tidak mencakup pada perbedaan bahasan, karena yang menjadi acuan yaitu besar kecilnya suatu permasalahan dan fenomena yang dikaji.
Dalam perkembangan teori sosiologi, dari masing-masing kajian tersebut baik makro maupun mikro dan juga meso, mempunyai berbagai turunan teori-teori yang lahir sebagai manifestasi dari kajian yang dilakukan mengenai realitas sosial. Perbedaan strategi serta teori-teori dalam kajian-kajian sosiologi tidaklah memberikan jarak pemisah yang cukup signifikan, karena setiap teori akan saling melengkapi baik dalam kajian realitas sosial yang luas maupun kajian realitas sosial yang sempit. Hubungan antara persfektif mikro dan makro melahirkan suatu kajian yang netral serta menyentuh kedua sisi, yang sering di sebut dengan kajian meso (sosiologi meso)


BAB II
TEORI MAKRO SOSIOLOGI

II.1. Teori Evolusi
Tokoh utama teori evolusi yaitu Aguste Comte dan Harbert Spencer, kedua tokoh evolusionis ini merupakan ilmuan dari bidang eksakta dimana Spencer sebagai insinyur tehnik dan Comte ilmuan fisika, kedua tokoh ini mempunyai pandangan yang konservatif dalam berbagai gagasan pemikirannya. Teori evolusi dalam ilmu sosial menjadi suatu jargon dari pemikiran konservatif dari kedua tokoh ini. Pandangan mereka hampir sama melihat kehidupan individu atau juga masyarakat berkembang secara progres menuju kekeadaan yang lebih baik, dan serta campur tangan hanya akan memperburuk konsisi sosial masyarakat.
Dengan terinspirasi dari teori Darwin pada saat itu sangat besar berpengaruh, memunculkan pandangan evolusi terhadap kehidupan sosial masyarakat, seleksi sosial merupakan suatu yang ada dalam kehidupan sehingga suatu individu atau juga masyarakat yang tidak layak akan akan hilang, dan sebaliknya individu yang layak akan tetap bertahan. Yang menjadi perbedaan dasar anatara Spencer dan Comte yaitu pada objek evolusi dimana Spencer memfokuskan pada individu dan Comte melihat struktur masyarakat seperti keluarga.
Pandangan teori evolusi sosial spencer menekankan pada kondisi material dan fisik atau dunia nyata sedangkan Comte menekankan teori evolusi pada suatu ide atau pemikiran dalam realitas semu, sebagaimana hukum tiga tahap perkembangan masyarakat yang ia ketengahkan.

II.1.1. Teori Evolusi Sosial (Aguste Comte)
Sebagai seorang ilmuan yang konservatif Comte sangat menentang revolusi sosial yang menurutnya akan merusak tatanan masyarakat. Pandangan evolusionisnya melahirkan teori evolusi sosial, pada tahap intelektual bukan pada suatu realitas yang riil. Tahapan evolusi intelektual masyarakat dibagi menjadi tiga tingkatan perkembangan yaitu :
Tahap teologis
Tahapan ini dimana pengaruh nilai-nilai serta ide-ide dogmatis sangat besar, manusia tidak berdaya tetapi di kendalikan oleh kepercayaan mereka sendiri.
Tahap metafisik
Kemajuan pola intelaktual masayarakat sehingga kepercayaan terhadap sesuatu yang tidak nyata semakin lemah dan digantikan dengan kepercayaan pada sesuatu yang abstrak.
Tahap positivistik
Tahapan ini merupakan perkembangan termaju dari ilmu pengetahuan, dimana semua unsur yang berkaitan dengan sesuatu yang ilmiah, menjadi dasar kehidupan masyarakat.
Pandangan evolusi Comte, menitikberatkan pada perkembangan ide atau intelaktualitas masyarakat, hal ini karena kekacauan dalam realitas sosial di sebabkan kekacauan intelaktual masyarakat. Penekanan pada perkembangan intelektual sebagai wujud dari kemajuan suatu perkembangan masyarakat.
Selain hukum evolusi tiga tahap Comte juga membuat klasifikasi ilmu pengetahuan. Sebagai seorang evolusionis Comte mengklasifikasian tingkatan ilmu di dasarkan pada pendekatan evolusionir. Pembagian ilmu tersebut yaitu :
a) Ilmu pasti matematika dan ilmu perbintangan
b) Ilmu alam fisika dan ilmu kimia
c) Ilmu hayati fisiologi atau biologi
d) Dan ilmu sosial yaitu sosiologi
Khusus ilmu sosiologi Comte membaginya menjadi dua kajian yaitu :
1. Sosial Statik
Mempelajari hukum-hukum aksi dan reaksi bagi system sosial terhadap unsur-unsur dasar dalam bangunan masyarakat, unsur-unsur tersebut yaitu :
Ø Individu, merupakan mahluk sosial yang cenderung untuk membentuk dan hidup dalam kelompok
Ø Keluarga, merupakan kelompok sosial yang paling dasar dimana terdapat ayah, ibu dan anak dalam satu kesatuan yang memiliki fungsi dan kewajiban yang berbeda.
Ø Masyarakat, merupakan suatu tempat bagi individu untuk berinteraksi dan melakukan hungan sosial lainnya dengan individu yang lebih luas dan konfleks
Ø Negara, sebagai suatu bentuk masyarakat luas yang menyatu dalam suatu wadah atau oeganisasi formal yang memiliki hokum dan aturan yang biasanya mengikat setiap individu atau masyarakat di dalamnya.
Dalam kajian sosiologi mengenai sosial static di gunakan tiga doktrin analisis yaitu,
a) Doktrin individual, individu merupakan produk dalam kehidupan kelompok dalam hal ini hungan antara kelompok dengan individu sangat erat sekali yaitu sebagai perkembangan dari evolusioner kehidupan manusia. Setiap penyimpangan yang ada merupakan hasil dari pembawaan individu secara biologis, sehingga hukum seleksi sosial juga berperan dalam perkembangan masyarakat.
b) Doktrin Society, merupakan suatu acuan dalam perkembangan masyarakat secara luas dan global, di mana terdapatnya pembagian kerja (devision of labor)
c) Doktrin state, yaitu melihat fungsi dari masyarakat yang telah terorganisir sebagai penjaga kesatuan dan persatuan bangsa, dalam cakupan yang lebih luas di banding tingkatan sebelumnya.
2. Dinamika Sosial (sosial dynamic)
Dinamika sosial melihat bagaimana suatu perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat serta adanya hokum umum yang mengatur kehidupan masyarakat untuk mencapai suatu kemajuan, serta adanya hubungan antara kemajuan dengan keterlibatan.



II.1.2. Teori Evolusi Sosial (Herbert Spencer)
Gagasan teori evolusi sosial menurut Spencer melihat masyarakat bergerak secara evolusi dari suatu kondisi sederhana ke kondisi yang lebih baik, dimana perkembangan yang dilihat yaitu ukuran (size) masyarakat, perkembangan masyarakat mencapai perekembangan dua kali sampai tiga kali lipat dari kondisi awal. Gagasan kedua yaitu melihat perekembangan masyarakat militian menjadi masyarakat industri , dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.1

Masyarakat Militan
Masyarakat Industri progres


Seleksi Sosial
Factor internal
Faktor Eksternal





Masyarakat militan merupakan suatu masyarakat sederhana yang terstruktur untuk melakukan perang, dengan invansi militer membentuk suatu masyarakat baru yang terstruktur dan mendukung terbentuknya masyarakat industri, perkembangan progres masyarakat menuju titik akhir yaitu masyarakat industri modern, yang di identifikasiskan dalam pandangan evolusioner fungsinalis, dimana masyarakat barat sebagai suatu titik yang di tuju dalam evolusi masyarakat. Seleksi sosial menjadi suatu rintangan yang selalu ada dalam setiap perkembangan masyarakat, seleksi alam merupakan suatu realitas yang ada dalam masyarakat (factor internal) dan juga berada diluar masyarakat (factor eksternal), individu yang mampu bertahan akan membentuk suatu masyarakat dengan tingkat peradaban yang lebih maju yaitu masyarakat industri.
Pandangan evolusi Spencer menyatakan bahwa evolusi dapat terjadi di mana saja tanpa ada perbedaan antar daerah yang satu dengan daera yang lainnya, menurutnya ada tiga jenis atau bentuk dari evolusi yaitu :
a) Evolusi In Organik, terjadi terhadap benda mati misalnya geologi dan kajian antropologi
b) Evolusi Organik, terjadi dalam kehidupan hayati misal dalam kajian biologi dan fsikologi
c) Evolusi Super Organik, terjadi dalam kehidupan manusia dalam masyarakat, dalam kajian ilmu sosiologi.
Menurut Spencer system evolusi meliputi empat pokok dasar yang utama yaitu, pertama ketidak stabilan yang homogen, kedua berkembangnya factor yang berbeda dalam rasio tertentu, ketiga kecenderungan terhadap adanya bagian yang berbeda-beda, dan yang terakhir yaitu adanya batas final dari semua proses evolusi.
Secara umum teori evolusi sosial mempunyai tiga konsep dasar yaitu : pertama, pembagian tipologi berdasarkan tahapan-tahapan, kedua tiap tahapan menunjukkan tingkat kemajuan, dan ketiga adanya mekanisme sosial yang menagntarkan perkembangan dari masing-masing tahapan.

II.2. Teori Fungsionalisme Structural (system)
Teori fungsional structural, merupakan bagian dari teori sosiologi makro, sebagaimana kita ketahui bahwa, yang manjadi ciri utama dari kajian sosiologi makro yaitu pengkajian dalam batas, ruang, waktu yang lebih luas dan lama. Fungsionalisme structural merupakan sebua teori yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan sosiologi. Teori ini masuk kedalam paradigma fakta sosial, kajian teori ini melihat masyarakat dalam kondisi keteraturan dan mengabaikan konflik hal ini menjadi acuan utama dalam pengkajian lebih mendalam mengenai masyarakat.



Secara esensial frinsip-frinsip pokok teori fungsional struktural yaitu :
1. Masyarakat merupakan system kompleks yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling ketergantungan, dan berpengaruh signifikan terhadap bagian lain.
2. Setiap bagian dari sebuah masyarakat eksis karena setiap bagian mempunyai fungsi penting dan seimbang saling memberikan pengaruh. Dan sebagai panjaga stabilitas dan eksistensi masyarakat secara keseluruhan.
3. Setiap masyarakat memiliki mekanisme untuk mengintegrasikan dirinya, atau dengan kata lain adanya consensus dalam masyarakat untuk membangun kestabilan dan keteratururan dalam masyarakat.
4. Masyarakat cenderung mengarah pada kepada suatu keadaan equilibrium atau keadaan homestatis, dimana gangguan pada salah satu elemen, cenderung akan menimbulkan penyesuaian dari elemen lain untuk mencapai suatu keseimbangan.
5. Perubahan sosial merupakan sautu yang tidak biasa terjadi dalam masyarakat, kalaupun ada mempunyai konsekuensi terhadap keseimbangan dan keuntungan bagi masyarakat secara keseluruhan.
Dalam pendangan fungsionalisme, istilah structural dan fungsional tidak harus selalu di hubungkan. Kita dapat mempelajri struktur masyarakat tanpa harus memperhatikan fungsinya, sasaran utama teori ini yaitu pada struktur sosial, dan institusi masyarakat yang berskala luas, serta hubungan dan pengaruhnya terhadap actor. Dalam perkembangan teori ini ada dua sosiolog yang berpengaruh yaitu, Tallcont Person dan Robert K Merton, yang mempunyai pandangan yang agak berbeda tetapi secara esensial meiliki kesamaan sacara dalam pengkajian.
II.1.1. Teori Fungsionalisme Struktural (Talcott Person)
Person merupakan seorang sosiolog terkemuka dan mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam perkembangan teori sosiologi. Pandangan Person terhadap actor dalam struktur sosial yaitu :
a) Actor yaitu seorang individu atau kelompok, masyarakat, atau Negara, disebut sebagai orang yang mempunyai suatu untuk mencapai tujuan. Serta memiliki alternative untuk mencapai tujuan tersebut.
b) Aktor di hadapkan pada beranekaragam kondisi situasional baik warisan biologis maupun berbagai kendala ekologis yang bersifat eksternal
c) Actor dilihat sebagai unsur yang dipengaruhi oleh nilai, norma dan aturan.
d) Tindakan actor mencakup pengambilan keputusan secara subjektif terhadap sarana untuk mencapai tujuan dari semua situasi dan kondisi situasional.
e) Actor selalu mencapai tujuan dalam setiap tindakan tetapi tindakan itu dilandaskan pada sarana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
f) Pilihan actor di tentukan oleh fungsionalisme dari masing-masing bagian setiap unsur.
Masyarakat menurut Person sebagai system sosial memiliki minimal dua tujuan utama yaitu pertama, mempunyai dukungan proposional pada tiap-tiap bagian, dan kedua system sosial harus memiliki kekuatan budaya untuk mencegah sedini mungkin unsur-unsur yang gagal dalam mendeteksi penyimpangan dan konflik.
Teori utama Person dalam analisis terhadap struktur sosial yaitu, empat fungsi penting yang dimiliki semua system, tindakan dikenal dengan skema “AGIL” setiap system harus memiliki empat fungsi yaitu :
1) Adaptation (adaptasi)
Sebuah system harus mampu mengatasi situai eksternal yang gawat, system harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikanlingkan terhadap kebutuhannya.
2) Goal Attainment (tujuan)
Setiap system harus mempunyai tujuan utama dan mencapainya
3) Integration (Integrasi)
Sebuah system harus mengatur hubungan yang harmonis antar elemen. System juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsinya
4) Latency (Pemeliharaan pola)
Sebuah system harus melengkapi dan memelihara baik motivasi individu maupun pola-pola cultural.
Menurut Person organisme perilaku menjalankan fungsi adaptasi serta mengubah lingkungan eksternalnya. System kepribadian melaksanakan fungsi untuk pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan serta memobilisasi kekuatan untuk mencapai tujuan, system sosial berfungsi untuk mengintegrasikan bagian-bagian dalam satu kesatuan, system cultural menyediakan seperangkat nilai, aturan untuk bertindak.
Kajian mengenai masyarakat menurut Person tidak dapat dipisahkan dari kerangka analisis “AGIL”, keterarutan dan keseimbangan menjadi tujuan utama setip system dalam masyarakat, dan perubahan hanya sebagai suatu siklus dimana terjadi sebagai akibat dari penyesuaian atau adaptasi sehingga perbahan yang terjadipun tidak akan menggoyakan system tetapi akan tetap menguatkan system masyarakat.
II.1.2. Teori Fungsionalisme Struktural (Robert K Merton)
Merton dalam berbagai kajiannya mengecam beberapa asumsi dasar fungsional structural yang menurutnya sudah tidak relevan dan tidak dapat di pertahankan lagi.
Merton mengkritik tiga model dasar fungional structural :
1. Kritik terhadap fostulat tentang kesatuan fungsional masyarakat
Pandangan ini melihat bahwa suatu praktek dan kenyataan sosial cultural yang sudah baku dan mengikat seluruh bagian masyarakat, pandangan ini menurut Merton tidak dapat di generalisasikan untuk semua tipe masyarakat, tetapi integrasi tingkat tinggi ini dapat berlaku dalam masyarakat primitive
2. Kritik terhadap fungsionalisme universal
Melihat bahwa setiap struktur sosial budaya yang telah baku mempunyai fungsi yang positif, asumsi ini menurut Merton bertentangan dengan realitas yang ada dalam masyarakat, karena struktur yang baku tersebut juga memberikan nilai yang tidak relevan dalam perkembangan masyarakat
3. Kritik tentang indispensability
. Pandangan ini mengasumsikan bahwa struktur masyarakat yang telah baku memiliki fungsi yang positif dan sangat di perlukan oleh setiap elemen masyarakat, hal ini berarti mengecilkan peran dari unsur lain yang bias juga memberikan fungsi dan alternative dalam menyatukan masyarakat.
Dalam menjelaskan mengenai analisis fungsional merton berpendapat bahwa analisis fungsional tidak harus menyangkut masyarakat secara luas tetapi bias juga pada lingkungan system yang lebih kecil, organisasi, dan lain sebagainya. Dalam analisis fungsional struktural Merton menyatakan adany fungsional dan disfungsinal dalam setiap elemen serta fungsi manifest dan fungsi latent. Dalam suatu masyarakat suatu tindakan bias dikatakan sebagai hal ynag positif atau manifest dan juga sebaliknya bisa sebagai fungsi laten dalam masyarakat lainnya, sehingga suatu fungsi tidak dapat di generalisasikan secara umum dan lebih luas.

II.3. Teori Konflik dan Perubahan Sosial
Teori konflik merupakan teori yang masuk dalam paradigma fakta sosial, sekaligus mempunyai kajian makro dan jangkauan yang hampir sama dengan teori-teori dalam fakta sosial. Teori ini merupakan suatu respon dari teori fungsional structural yang ternyata banyak mendapat kritikan terutama para sosiolog yang mempunyai pandangan revolusioner. Tokoh utama teori ini yaitu Ralf Dahrendorf dan Randoll Collins, teori ini mempunyai proposisi yang berseberangan dan bertentangan dari teori fungsional struktual, teori lahir sebagai hasil dari pertentangan kritis terhadap pengkajian terhadap masyarakat secara makro.
Teori konflik sangat erat kaitannya dengan perubahan sosial hal ini di kerenakan dalam masyarakat potensi-potensi konflik menjadi symbol dan syarat utama terjadinya perubahan, kerena masyarakat selalu dalam keadaan berkembang tidak stagnan dan stabil.
Munculnya teori konflik tidak dapat di lepaskan dari pemikiran dasar Karl Mark dan Weber mengenai masyarakat, yaitu penolakan terhadap gagasan bahwa masyarakat selalu dalam consensus dan harmoni, serta keseimbangan menjadi suatu ciri utama masyarakat. dalam perkembangannya teori konflik terbagi menajdi dua aliran yaitu neo-marxian dan neo bewerian, tetapi dalam perkembanganya tipe neo-marxian lebih mandominasi, berikut dijelaskan mengenai asumsi dasar teori konflik secara umum, yaitu :
1. Kehidupan sosial pada dasarnya merupakan arena konflik dan pertentangan antara dan didalam kelompok-kelompok yang bertentangan.
2. Kekuasaan ekonomi dan politik merupakan sumber yang penting dan banyak di perebutkan
3. Akibat pertentangan ini masyarakat terbagi ke dalam determinan secara ekonomi dan politik sehingga ada individu atau kelomok yang tersubordinasi
4. Pola-pola sosial sangat besar di pengaruhi oleh determinan ekonomi
5. Konflik dan pertentangan sosial menjadi kekuatan utama terjadinya perubahan sosial
6. Konflik dan pertentangan menjadi ciri dasar kehidupan sehingga perubahan menjadi sesuatu yang sering terjadi dalam masyarakat.
Gagasan ini lebih kental bermuatan materialis dalam kerangka dasar pandangan Mark, berikut akan di ketengahkan beberapa pemikiran dari tokoh-tokoh utama teori konflik.
II.3.1. Teori Konflik (Ralf Dahrendorf)
Hampir sama seperti fungsionalis Ralf Dahrendorf juga berorientsi pada struktur dan institusi sosial. Ia juga mengatakan bahwa consensus dan konflik merupakan suatu yang pasti ada dalam masyarakat, dan konflik muncul sebagai respon terhadap consensus.
Menurut Dahrendorf masyarakat tunduk pada perubahan, sehingga ada suatu kecenderungan perubahan terjadi dengan cepat dalam masyarakat menggantikan situasi dan kondisi yang satu ke kondisi lainnya. Pertikaian dan konflik menjadi ciri utama system sosial, dan elemen yang ada dalam masyarakat memberikan sumbangan utama terhadap perubahan dan disintegrasi.
Menurut Dahrendorf distribusi kekuasaan ynag tidak seimbang sebagai penyebab utama teradinya konflik sosial secara sistematis. Otoritas menjadi suatu fenomena yang mendasar dalam analisis mengenai masyarakat, ia mengatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai otoritas yang berbeda secara individu serta keinginan untuk mendominasi dan menundukkan otoritas lain merupakan suatu kewajaran dalam proses perubahan masyarakat. kepentingan menjadi sumber utama pertentangan.dalam analisisnya Dahrendorf membedakan kelompok menjadi dua yaitu kelompok semu (quasi group) merupakan sejumlah pemegang posisi dengan kepentingan yang sama, dan kelompok kedua yaitu kelompok kepentingan, kelompok ini merupakan kelompok yang telah terorganisir dan memiliki fungsi dan keanggotaan yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi basis utama timbulnya kelompok konflik. Hubungan kelompok konflik dengan perubahan menjadi hal utama dan sangat penting kerana munculnya kelompok tersebut menyebabkan terjadinya perubahan secara signifikan dalam masyarakat.
II.3.2. Teori Konflik (Randall Collins)
Dalam analisisnya mengenai mengenai masyarakat Collins, lebih menekankan pada skala mikro, dengan asumsi bahwa suatu tingkat makro tidak dapat melepaskan dari analisis mikro. Ia mambangun teori konflik yang sintesis dan itegratif. Pandangan teori konlflik Collin tidak bermuatan ideologis sehingga lebih netral dari kerangka dan tekanan ideologis tertentu seperti dalam karya Marx yang sangat kental bermuatan ideologis.
Collin memusatkan perhatiannya pada stratifikasi sosial, kerena menurutnya kajian ini akan menyentuh semua lapisan masyarakat. Collin mendekati konflik dari sudut pandang individu, dia mengatakan bahwa dia memilih konflik sebagai fokus berdasarkan landasan yang realistis, yakni bahwa konflik proses sentral dalam kehidupan sosial.
Teori stratifikasi konflik, asumsi Collin yaitu orang di pandang memiliki sifat sosial, tetapi juga mudah berkonflik dalam hubungan sosial mereka, ia melihat orang mempunyai kepentingan-kepentingan yang pada dasarnya saling bertentangan, pendekatan konflik diturunkan menjadi tiga prinsip. Collin yakin bahwa orang hidup dalam dunia subjektif yang ia ciptakan sendiri, kedua orang lain mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengontrol, pengalaman subjektif seseorang, ketiga orang lain mencoba mengontrol orang yang menentang mereka. Memungkinkan terjadinya konflik antar individu.

Tabel 1.1
Strategi Teoritis Sosiologi Makro

No
Strategi Teoritis
Karakteristik Utama
1
Materialisme
Bahwa kondisi-kondisi material dari eksistensi manusia merupakan penyebab pengorganisasian masyarakat, dan berbagai perubahan penting yang terjadi di dalamnya.

2
Idealisme
Menegaskan sigifikansi pikiran manusia dapat menciptakan realitas kehidupan dan perubahan sosial.

3
Fungsionalisme
Mengasumsikan bahwa bagian-bagian yang ada dalam masyarakat memberikan kontribusi yang penting dalam mempertahankan hidup dan kesejahteraan seluruh masyarakat atau subsitem induknya.

4
Strategi konflik
Memandang masyarakat sebagai arena tempat bertarung untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginannya. Konflik dan pertentangan menimbulkan dominasi dan subordinasi.

5
Evolusioner
Memusatkan perhatian kepada upaya mendeskripsikan transpormasi sosial jangka panjang dengan kemajuan sosial yang semakin meningkat secara fungsional

6
Elektisisme
Memberikan toleransi bagi seluruh sudut pandang yang ada, dengan strategi yang ada untuk menjelaskan setiap bagian dalam masyarakat.


BAB II
TEORI MIKRO SOSIOLOGI

Sosiologi mikro merupakan sosiologi yang menyelidiki berbagai pola pikiran dan perilaku yang muncul dalam kelompok yang relatif berskala kecil, kajian ini lebih tertarik pada barbagai gaya komunikasi verbal dan nonverbal dalam hubungan face to face, pengembilan keputusan oleh para hakim, dan integrasi kelompok perkawanan, dan pengaruh keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok terhadap pandangan dunianya. Teori-teori sosiologi mikro akan dijelaskan dalam pembahasan di bawah ini :

II.1. Teori Interaksionisme Simbolik
Tokoh utama teori ini yaitu George Herbert Mead, perkembangan teori interaksionisme simbolik, merupakan suatu respon dari mandegnya teori aksi. Karya besar dari Mead yaitu mengenai filsafat pragmatisme dan behaviorisme fsikologi.
a) Filsafat Pragmatisme
Pragmatisme merupakan pemikiran filsafat yang meliputi banyak hal, ada beberapa hal yang menjadi landasan utama dalam pandangan pragmatisme Mead, yaitu pertama realitas sebenarnya tidak berada di luar dunia nyata, realitas di ciptakan secara aktif saat kita bertindak di dalam dan terhadap dunia nyata. Kedua, manusia mendasarkan pengetahuan mereka mengenai dunia nyata pada apa yang telah terbukti berguna bagi mereka. Ketiga manusia mendefinisikan apa yang di temuinya sesuai dangan asfek kegunaan bagi dirinya. Keempat pemahaman mengenai actor harus di sesuaikan dengan apa yang ia lakukan dalam dunia realitas.
Tiga hal penting dalam interaksionisme simbolik :
a) Memusatkan perhatian pada interaksi antar actor dan dunia nyata
b) Memandang baik actor maupun dunia nyata sebagai proses dinamis dan bukan sebagai struktur yang statis
c) Arti penting yang di hubungkan kepa kemapuan actor untuk menafsirkan kehidupan sosial.
b) Behaviorisme
Mead sangat besar di pengaruhi oleh behavoirisme fsikologis, Watson memusatkan perhatian pada perilaku individu yang dapat diamati sasaran perhatiannya yaitu pada stimuli atau perilaku yang mendatangkan respon.
Tokoh dan pemikirannya tentang interaksionisme simbolik :
a). Ide-ide George Herbert Mead
Dalam memahami pengalaman sosial Mead mendasarkan pada kehidupan sosial, menurutnya kehidupan sosial mendahului pemikiran dan ide-ide pribadi baik secara logika maupun secara temporer. Mead mempelajari tindakan sosial dengan menggunakan tehnik instrofeksi untuk mengetahui barang sesuatu yang melatarbelakangi tindakan sosial dalam sudut actor. Mead mamandanag bahasa dan symbol-simbol menjadi dasar terjadinya interaksi, yang membedakan manusia dengan binatang. Mead memandang tindakan sebagai unit primitive, dalam teorinya Mead memusatkan pada rangsangan (stimulus) dan tenggapan (responaa)
Empat tahap tindakan menurut Mead dalam alur dialektis, yaitu :
· Impuls
Dorangan hati atau impuls yang meliputi stimulus dan rangsangan yang menjadi kebutuhan dalam interaksi sebagai respon dari actor.
· Persepsi
Actor menyiapkan dan bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls.
· Manipulasi
Mengambil tindakan terhadap objek setelah impuls dan persepsi telah muncul dan dilalui
· Konsumasi
Mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya
Gagasan ini menjadi suatu gambaran tindakan atau hubungan manusia dangan actor lain, tatapi alur ini merupakan suatu tahapan yang ideal dan pada kenyataannya tindakan trial and error dapat merentas tahapan ini.
b) Gagasan Blumer dalam teori interaksionisme simbolik
Herbert Blumer merupakan seorang tokoh modern teori interaksionisme simbolik, menurut Blumer interaksionisme simbolik menunjuk pada sifat khas dari interaksi antar manusia, dimana manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung, tetapi didasarkan pada makna yang di berikan terhadap tindakan seseorang. Interaksi individu didasarkan pada penggunaan symbol-simbol, serta interpretasi. Teori interaksionisme simbolik dalam memahami kehidupan sosial menggunakan tiga terminology yaitu individual, interkasi dan interprestasi.
Secara umum prinsip dasar interaksionisme simbolik, dapat di simpulkan sebagai berikut :
- Manusia memiliki kemampuan berpikir yang membedakannya dengan binatang
- Manusia dalam berinteraksi mempelajari makna dan symbol dengan pemikiran logis
- Makna dan symbol memungkinkan manusia bertindak secara khusus dalam berinteraksi
- Manusia mampu merubah arti dan symbol
- Manusia mampu mengubah dan memodifikasi sebagian karena manusai dapat menguji serangkai peluang tindakan.
- Pola aksi dan interaksi akan membentuk kelompok atau masyarakat.
c) Interaksionisme simbolik Erving Goffman
Diri (self) atau kedirian adalah konsep yang sangat penting bagi teoritisi interaksionisme simbolik, colley mendefinisikan konsep cermin diri sebagai :
”Imajinasi yang agak defenitif mengenai bagaimana diri seseorang yakni gagasan yang disediakan, yang muuncul dalam pikiran tertentu dan semacam perasaan diri seseorang yang ditentukan oleh sikap terhadap hubungan pikiran dan perasaan dengan pikiran orang lain”.



Gagasan cermin diri dapat dirinci menjadi tiga bagian komponen yaitu :
1. Kita membayangkan bagaimana penampilan di mata orang lain
2. Kita membayangkan apa yang seharusnya mereka nilai berkenaan dengan penampilan kita
3. Kita membayangkan semacam perasaan diri tertentu seperti rasa harga diri atau rasa malu.
Karya Erving Goffman, karya terpenting dari Goffman dalam interaksionisme simbolik yaitu “Presentation of Self In Everyday Life” konsep diri Goffman sangat besar dipengaruhi oleh Mead, terutama mengenai ketegangan antara diri spontan. Ketegangan menurutnya sebagai suatu kondisi ketidaksesuaian antara diri manusiawi dengan diri kita sebagai hasil proses sosialisasi.
Goffman membangun konsep kehidpan social sebagai sebuah pertunjukan drama, atau dramaturgi. Menurut Goffman diri merupakan “ bukan sesuatu yang bersifat organic yang mempunyai tempat khusus dalam menganalisis diri, kita mengambilnya dari pemiliknya dari orang yang akan sangat diuntungkan atau dirugikan olehnya, karena ia dan tubuhnya semata hanya menyediakan patokan bagi sesuatu yang menghasilkan kerja sama yang akan tergantung untuk sementara” menurut Goffman diri bukan merupakan milik actor tetapi lebih sebagai hasil interaksi antara actor dan audien. Diri adalah pengaruh dramatis yang muncul suasana yang ditampilkan. Konsep-konsep yang dipakai dalam dramatrgis :
Front Stage (panggung depan)
Merupakan bagian pertunjukan yang umumnya berfungsi secara pasti dan umum untuk mendefinisikan situasi bagi orang yang menyksikan pertunjukan. Actor sering mencoba menyampaikan kesan bahwa mereka lebih akrab dengan audien ketimbang dalam keadaan sebenarnya.
Setting
Pemandangan fisik yang biasanya harus ada di situ jika actor memainkan perannya. Tanpa itu biasanya actor tidak dapat memainkan perannnya.

Front Personal
Front personal terdiri atas berbagai macam barang perlngkapan yang bersifat menyatakan perasaan yang memoerkenalkan penonton ddenegan actor dan perlengkapan ituu diharapkan penonton dipunyai oleh actor.
- Penampilan
Meliputi berbagai jenis barang yang mengenalkan kepada kita status social actor.
- Gaya
Gaya mengenalkan pada penonton, peran macam apa yang di harapkan actor untuk dimainkan dalam situasi tertentu.
Pengelolaan Kesan.
- Sekumpulan metode yang bertujuan menciptakan loyalitas dramaturgis, memupuk kesetiakawanan dalam tim atau kelompok
- Menjaga kesadaran untuk menjaga untuk menghindari kekeliruan, mempertahankan pengendalian diri dan mengelola ekspresi muka dan suara
- Merencanakan untuk keadaan darurat, memilih teman tim dan yang setia dan memilih audien yang baik.
Perhatian utama Goffman terletak pada interaksi, pandangan tersebut mencakup beberapa asfek sebagai berikut :
Aktor mungkin ingin menyenbunyikan kesenangan rahasia yang kegemaran dimasa lalu yang bertentangan dangan prestasi mereka
Aktor mungkin ingin menyembunyikan kesalahan yang telah ia lakukan dalam menyiapkan langkah-langkah yang telah diambil untuk memperbaiki kesalahan
Aktor menunjukkan hasil akhir yang maksimal, tanpa memperlihatkan proses yang terlibat dalam pencapaian hasil
Aktor menyembunyikan perbuatan kotor dalam menghasilkan suatu produk akhir
Aktor dalam bertindak dan menghasilkan suatu produk dengan standar tertentu
Aktor menyembunyikan penghinaan tertentu yang pernah terjadi
Role Distance Gaffman memusatkan perhatian pada derajat pelaksanaan peran tertentu oleh seorang individu atau actor, karena banyaknya peran maka sedikit individu yang benar-benar terlibat dalam peran tertentu. Salah satu pemikiran kunci Goffman adalah bahwa jarak peran adalah fungsi status social seseorang, orang yang berstatus social tinggi lebih sering menunjukkan jarak sosil kerena alasan yanga berbeda dengan orang yang berada pada posisi yang lebih rendah.
Stigma merupakan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang (identitas social virtual) dan apa yang sebenarnya dilakukan seseorang (identistas social actual). Stigma discredit, yaitu perbedaan telah diketahui oleh penonton. Dan stigma diskreditabel merupakan stigma yang sebenarnya tidak diketahui oleh penonton.

II.2. Teori Etnometodelogi
Etnometodelogi merupakan cara actor mendeskripsikan, mengkritik, serta mengidealisasikan suatu situasi tertentu. Salain itu etnometodelogi juga di definisikan sebagai kumpulan pemikiran yang logis dan berdasarakan metode yang mengenai realitas sosial sehingga individu menemukan dirinya sendiri.
Pendiri teori ini yaitu Horald Garfinkel, ia mengenalkan konsep praktek penjelasan, yang diasumsikan bahwa penjelasan tidak menilai sifat dasar penjelasan tetapi lebih melihat bagaimana realitasnya dalam tindakan praktis.
Dalam perkembangannya etnometodelogi terbagai menjadi dua jenis yaitu
Studi Setting Institusional
Pada awalnya studi ini hanya pada ruang lingkup yang kecil, tetapi setelah dalam perkembangannya studi ini meluas ke institusi sosial, kantor, rumah sakit, sidang pengadilan, kantor polisi dan lain sebaginya. Tujuan utama analisis ini untuk melihat bagaimana pegawai melakukan aktivitasnya, bertindak serta situasi setting sosial individu dalam institusi.


Analisis Percakapan
Tujuan analisis ini yaitu untuk melihat bagaimana memahami struktur fundamental melalui percakapan. Percakapan merupakan suatu aktivitas sosial impersonal yang terjadi secara teratur dan stabil.
Dalam analisis percakapan ada lima prinsip dasar yang harus di perhatikan yaitu :
· Pengumpulan data yang rinci dan lengkap
· Percakapan yang rinci juga menjadi sebagai pencapaian yang teratur
· Interaksi dan percakapan mempunyai proses yang teratur dan stabil
· Kerangka percakapan yang fundamental adalah organisasi yang teratur
Analisis percakapan merupakan landasan dari bentuk-bentuk hubungan personal dalam kehidupan masyarakat.

II.3. Teori Strukturalisme
Strukturalisme meneliti mangenai struktur tetapi bukan struktur sosial seperti pendekatan fungsional strukturalisme, karena yang di bahas dalam strukturalisme yaitu struktur bahasa atau struktur linguistic. Strukturallisme melahirkan ilmu bahasa (langue), langue merupakan system tata bahasa formal, yang hubungannya di tentukan oleh hokum yang tepat. Parole adalah percakapan yang sebenarnya, sehingga adanya langue memastikan lahirnya parole.
Langue dapat di lihat sebagai system tanda, dari struktur dan arti setiap tanda, di ciptakan oleh tanda-tanda dalam system. Fenomena sosial yang terjadi dapat di simbolkan dengan tanda-tanda, atau symbol bahasa.
a). Strukturalisme Antropologi
tokoh sental strukturalisme antropologi yaitu Claude Levi Strauss, dalam analisis mengenai hubungan komunikasi personal dikatakan bahwa yang menjadi dasar yaitu sederetan fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat, dianalisis sama dengan analisis pertukaran kata-kata, serta pertukaran sosial dapat di kaji melalui antropologi structural.


b). Marxisme Struktural
Perkembangan strukturalisme juga dianggap sebagai hasil dari analisis marxisme mengenai struktur, teapai pada perekembangannya yang menjadi acuan utama secara substansial bersumber dari ilmu bahasa, sedangkanyang di anlisis dalam strukturalime yaitu realitas yang tidak hanya berbentuk materi, karena realitas yang tampak teala menyembunyikan relaitas yang lain, sehingga kejiannya akan tumpang tindih.

II.4. Teori Pertukaran
Teori pertukaran merupakan suatu reaksi terhadap fakta sosial, tokoh utama teori ini yaitu George Homan. Menurut Homan ada dua proposisi yang mendasari teori pertukaran yaitu, pertama proposisi ini biasanya di teliti oleh seorang fsikolog, kedua proposisi ini bersifat fsikologis karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat.
Dalam analisisnya Homan mengembangkan beberapa proposisi dalam menganalisis masyarakat :
- Makin tinggi ganjaran yang di peroleh semakin besar suatu tingkah laku untuk diulang
- Makin tinggi biaya dan ancaman hukuman maka semakin kecil kemungkinan tingkah laku tersebut diulang.
- Adanya hubungan berantai antara berbagai stimulus dan berbagai tanggapan.
Dan secara luas proposisi teori pertukaran human yaitu sebagai berikut :
1. Jika tingkah laku sudah lewat dalam kontek stimulus dan situasi tertentu mendapat ganjaran maka kemungkinan tingkah laku itu akan berulang.
2. Frekuensi ganjaran yang di terima atas tanggapan atau tingkah laku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama
3. Memberikan arti dan nilai terhadap tingkah laku yang diarahkan oleh actor.
4. Makin sering orang menerima ganjaran terhadap tindakannya maka semakin berkurang nilai dari tindakan yang dilakukannya
5. makin dirugikan seseorang dari hubungan dengan orang lain maka semakin tinggi terjadinya emosi.
Homans yakin bahwa tingkah laku sosial dasar dapat dijelaskan dengan masalah-masalah dasar pertukaran, masalah itu menyangkut fsikologi dan motivasi individual, sebagian besar teori pertukaran di dasarkan pada asumsi bahwa seseorang juga menghargai kelangsungan hidup, persetujuan, dan kekuasaan yang sama-sama maduk akal dan logis.

II.5. Teori Pilihan Rasional
Tokoh utama teori ini yaitu James S Coleman, teori ini melihat system sosial makro dengan pendektan mikro, misalnya analisisnya mengenai kebijakan terhadap penyekit AIDS, merupakan analisis dari mikro tetapi mempengaruhi system yang makrosckopik.
Gagasan utama teori ini yaitu bahwa tindakan seseorang berdasarkan tujuan dengan berlandaskan pada nilai dan pilihan yang rasional. Ada dua unsure utama dalam teori ini yaitu actor dan sumber daya. Sumber daya merupakan suatu yang menarik dan dapat di control oleh actor.
1. Perilaku kolektif
Perilaku kolektif sering dianggap tidak pernah stabil, sehingga control sepihak merupakan suatu usaha untuk memaksimalkan kepentingan mereka. Usaha untuk memaksimalkan kepentingan pribadi tak mesti menyebabkan keseimbangan sistem
2. Norma
Yang dilihat disini yaitu bagaimana suatu norma di bentuk dan di pertahankan oleh sekelompok actor. Norma dipertahankan oleh individu atau actor rasional yang memiliki kepentingan serta keuntungan dari norma yang ada, serta memberikan batasan bagi penyimpangan.
3. Aktor Korporat
Seroang actor tidak boleh bertindak sesuai dangan keinginannya tetapi harus berdasarkan kepentingan kolektif. Dalam analisis pilihan rasional coleman menjadikan suatu peristiwa sebagai otonom individu, karena kepentingan individu menjadi landasan kegiatan individu dalam lingkungan sosial, baik yang kolektif maupun dalam kehidupan individual.

BAB III
TEORI MESO SOSIOLOGI


III.1. Mikro-Makro Lingkage
Pada periode awal teori-teori sosiologi klasik yang di pelopori oleh tokoh-tokoh utama seperti Durkeim, Weber, Mark, juga Simmel, membangun teori sosiologis dari perpaduan antara kajian mikro dan juga mikro, Durkeim memfokuskan pada fakta sosial dengan melihat fakta dalam realitas makro dan sekaligus melihat pengaruhnya terhadap individu secara personal, begitu juga Marx yang melihat dampak kapitalisme yang menyebabkan teralienisasinya individu yang menjadi buruh.
Kenyataan ini memberikan gambaran pertentangan antar microskopik dan makroskopik terlihat menyimpang dari gagasan awal pemikiran teori-teori sosiologi secara lebih general. Pada tahun 1980-an perkembangan teori sosiologi mulai menjauhkan dari kajian secara parsial yaitu mikro atau makro, tetapi lebih pada pendekatan baru yaitu suatu consensus yang lebih luas, serta integrasi antara mikro dan makro yang juga dikenal dengan paradigma integrasi sosilogi. Kajian ini menjembatani dua pendekatan yang sering di pertentangkan.
Ritzer merupakan salah seorang sosiolog yang memperhatikan dan mengkaji integrasi mikro dan makro, ia sangat besar termotivasi dari pemikiran Gurvith. Fenomena sosial mikro dan makro merupakan kajian yang cukup luas mengenai realitas sosial, sehingga sosiolog harus memusatkan pada dialektika, dari keempat kajian uatama yaitu makro-subjektif, makro-objektif, mikro-subjektif, dan mikro-objektif.
Sosiologi multidimensional
Alexander mengenalkan logika teoritis baru yaitu integrasi makro dan mikro, ia menggunakan berbagai istilah yaitu problem tindakan, mencerminkan suatu tindakan individu mempengaruhi kehidupan kolektif, begitu juga sebaliknya. Problem keteraturan melihat keteraturan lahir dari konsesus masyarakat begitu juga, individu melahirkan consensus dalamkesseimbangan masyarakat secara kolektif.
Model dari mikro ke makro
Penggagas utama model integrasi mikro ke makro yaitu Coleman dan Liska, kedua sosiolog ini memberikan perhatian pada suatu pandangan mengenai masyarakat kapitalis, atau industri dimana kemunculan suatu system makro merupakan perkembangan dari suatu kehiduapan atau juga fenomena mikro. Liska mempunyai pandangan yang lebih konfrehensif dengan mengasumsikan bahwa penyatuan propeti individu menyebabkan berkembangnya systems atau truktur kolektif dalam masyarakat.

III.2. Organization

III.3. Teori dan Metodologi
III.3.1. Teori
Pengertian dan fungsi
Teori merupakan suatu seperangkat proposisi yang terintegrasi dengan dengan metode dan konsep dasar yang jelas dan realistis, serta dapat meramalkan dan menjelaskan suatu fenomena dalam realitas sosial.
Fungsi teori yaitu menjadi acuan dalam merumuskan hipotesisi, menjadi acuan dalam menganalisis suatu permasalahan, serta dapat memberikan pandangan dasar bagi pengguna teori dalam tataran praktis.
Teori Substantif dan Teori Formal
Teori substantif merupakan teori yang dikembangkan untuk keperluan empiris dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sedangkan teori formal merupakan teori yang digunakan untuk membahas suatu masalah konseptual
Unsur-Unsur Teori
Unsur teori meliputi kategori konseptual dan kawasannya, hipotesis dan integrasi.
III.3.2.Metodologi


Daftar Pustaka


- Dahrendorf, Ralf. 1986. Konflik dan Konflik Dalam Masyarakat Industri, Sebuah Analisis Kritik. Jakarta : CV Rajawali

- Moleong, J. Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

- Ritzer, George. 1992., Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta. Rajawali pers.

- Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern. 2007. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

- Sanderson, Stephen. 2000. Sosiologi Makro. Jakarta. PT Rajawali Grafindo Persada.

- Soekanto, Sorjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :: Rajawali Pers

- Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media


Strukturalisme meneliti mangenai struktur tetapi bukan struktur sosial seperti pendekatan fungsional strukturalisme, karena yang di bahas dalam strukturalisme yaitu struktur bahasa atau struktur linguistic. Strukturallisme melahirkan ilmu bahasa (langue), langue merupakan system tata bahasa formal, yang hubungannya di tentukan oleh hokum yang tepat. Parole adalah percakapan yang sebenarnya, sehingga adanya langue memastikan lahirnya parole.
Langue dapat di lihat sebagai system tanda, dari struktur dan arti setiap tanda, di ciptakan oleh tanda-tanda dalam system. Fenomena sosial yang terjadi dapat di simbolkan dengan tanda-tanda, atau symbol bahasa.
a). Strukturalisme Antropologi
tokoh sental strukturalisme antropologi yaitu Claude Levi Strauss, dalam analisis mengenai hubungan komunikasi personal dikatakan bahwa yang menjadi dasar yaitu sederetan fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat, dianalisis sama dengan analisis pertukaran kata-kata, serta pertukaran sosial dapat di kaji melalui antropologi structural.


b). Marxisme Struktural
Perkembangan strukturalisme juga dianggap sebagai hasil dari analisis marxisme mengenai struktur, teapai pada perekembangannya yang menjadi acuan utama secara substansial bersumber dari ilmu bahasa, sedangkanyang di anlisis dalam strukturalime yaitu realitas yang tidak hanya berbentuk materi, karena realitas yang tampak teala menyembunyikan relaitas yang lain, sehingga kejiannya akan tumpang tindih.

II.4. Teori Pertukaran
Teori pertukaran merupakan suatu reaksi terhadap fakta sosial, tokoh utama teori ini yaitu George Homan. Menurut Homan ada dua proposisi yang mendasari teori pertukaran yaitu, pertama proposisi ini biasanya di teliti oleh seorang fsikolog, kedua proposisi ini bersifat fsikologis karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat.
Dalam analisisnya Homan mengembangkan beberapa proposisi dalam menganalisis masyarakat :
- Makin tinggi ganjaran yang di peroleh semakin besar suatu tingkah laku untuk diulang
- Makin tinggi biaya dan ancaman hukuman maka semakin kecil kemungkinan tingkah laku tersebut diulang.
- Adanya hubungan berantai antara berbagai stimulus dan berbagai tanggapan.
Dan secara luas proposisi teori pertukaran human yaitu sebagai berikut :
1. Jika tingkah laku sudah lewat dalam kontek stimulus dan situasi tertentu mendapat ganjaran maka kemungkinan tingkah laku itu akan berulang.
2. Frekuensi ganjaran yang di terima atas tanggapan atau tingkah laku tertentu dan kemungkinan terjadinya peristiwa yang sama
3. Memberikan arti dan nilai terhadap tingkah laku yang diarahkan oleh actor.
4. Makin sering orang menerima ganjaran terhadap tindakannya maka semakin berkurang nilai dari tindakan yang dilakukannya
5. makin dirugikan seseorang dari hubungan dengan orang lain maka semakin tinggi terjadinya emosi.
Homans yakin bahwa tingkah laku sosial dasar dapat dijelaskan dengan masalah-masalah dasar pertukaran, masalah itu menyangkut fsikologi dan motivasi individual, sebagian besar teori pertukaran di dasarkan pada asumsi bahwa seseorang juga menghargai kelangsungan hidup, persetujuan, dan kekuasaan yang sama-sama maduk akal dan logis.

II.5. Teori Pilihan Rasional
Tokoh utama teori ini yaitu James S Coleman, teori ini melihat system sosial makro dengan pendektan mikro, misalnya analisisnya mengenai kebijakan terhadap penyekit AIDS, merupakan analisis dari mikro tetapi mempengaruhi system yang makrosckopik.
Gagasan utama teori ini yaitu bahwa tindakan seseorang berdasarkan tujuan dengan berlandaskan pada nilai dan pilihan yang rasional. Ada dua unsure utama dalam teori ini yaitu actor dan sumber daya. Sumber daya merupakan suatu yang menarik dan dapat di control oleh actor.
1. Perilaku kolektif
Perilaku kolektif sering dianggap tidak pernah stabil, sehingga control sepihak merupakan suatu usaha untuk memaksimalkan kepentingan mereka. Usaha untuk memaksimalkan kepentingan pribadi tak mesti menyebabkan keseimbangan sistem
2. Norma
Yang dilihat disini yaitu bagaimana suatu norma di bentuk dan di pertahankan oleh sekelompok actor. Norma dipertahankan oleh individu atau actor rasional yang memiliki kepentingan serta keuntungan dari norma yang ada, serta memberikan batasan bagi penyimpangan.
3. Aktor Korporat
Seroang actor tidak boleh bertindak sesuai dangan keinginannya tetapi harus berdasarkan kepentingan kolektif. Dalam analisis pilihan rasional coleman menjadikan suatu peristiwa sebagai otonom individu, karena kepentingan individu menjadi landasan kegiatan individu dalam lingkungan sosial, baik yang kolektif maupun dalam kehidupan individual.

BAB III
TEORI MESO SOSIOLOGI

III.1. Mikro-Makro Lingkage
Pada periode awal teori-teori sosiologi klasik yang di pelopori oleh tokoh-tokoh utama seperti Durkeim, Weber, Mark, juga Simmel, membangun teori sosiologis dari perpaduan antara kajian mikro dan juga mikro, Durkeim memfokuskan pada fakta sosial dengan melihat fakta dalam realitas makro dan sekaligus melihat pengaruhnya terhadap individu secara personal, begitu juga Marx yang melihat dampak kapitalisme yang menyebabkan teralienisasinya individu yang menjadi buruh.
Kenyataan ini memberikan gambaran pertentangan antar microskopik dan makroskopik terlihat menyimpang dari gagasan awal pemikiran teori-teori sosiologi secara lebih general. Pada tahun 1980-an perkembangan teori sosiologi mulai menjauhkan dari kajian secara parsial yaitu mikro atau makro, tetapi lebih pada pendekatan baru yaitu suatu consensus yang lebih luas, serta integrasi antara mikro dan makro yang juga dikenal dengan paradigma integrasi sosilogi. Kajian ini menjembatani dua pendekatan yang sering di pertentangkan.
Ritzer merupakan salah seorang sosiolog yang memperhatikan dan mengkaji integrasi mikro dan makro, ia sangat besar termotivasi dari pemikiran Gurvith. Fenomena sosial mikro dan makro merupakan kajian yang cukup luas mengenai realitas sosial, sehingga sosiolog harus memusatkan pada dialektika, dari keempat kajian uatama yaitu makro-subjektif, makro-objektif, mikro-subjektif, dan mikro-objektif.
Sosiologi multidimensional
Alexander mengenalkan logika teoritis baru yaitu integrasi makro dan mikro, ia menggunakan berbagai istilah yaitu problem tindakan, mencerminkan suatu tindakan individu mempengaruhi kehidupan kolektif, begitu juga sebaliknya. Problem keteraturan melihat keteraturan lahir dari konsesus masyarakat begitu juga, individu melahirkan consensus dalamkesseimbangan masyarakat secara kolektif.
Model dari mikro ke makro
Penggagas utama model integrasi mikro ke makro yaitu Coleman dan Liska, kedua sosiolog ini memberikan perhatian pada suatu pandangan mengenai masyarakat kapitalis, atau industri dimana kemunculan suatu system makro merupakan perkembangan dari suatu kehiduapan atau juga fenomena mikro. Liska mempunyai pandangan yang lebih konfrehensif dengan mengasumsikan bahwa penyatuan propeti individu menyebabkan berkembangnya systems atau truktur kolektif dalam masyarakat.

III.2. Organization

III.3. Teori dan Metodologi
III.3.1. Teori
Pengertian dan fungsi
Teori merupakan suatu seperangkat proposisi yang terintegrasi dengan dengan metode dan konsep dasar yang jelas dan realistis, serta dapat meramalkan dan menjelaskan suatu fenomena dalam realitas sosial.
Fungsi teori yaitu menjadi acuan dalam merumuskan hipotesisi, menjadi acuan dalam menganalisis suatu permasalahan, serta dapat memberikan pandangan dasar bagi pengguna teori dalam tataran praktis.
Teori Substantif dan Teori Formal
Teori substantif merupakan teori yang dikembangkan untuk keperluan empiris dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sedangkan teori formal merupakan teori yang digunakan untuk membahas suatu masalah konseptual
Unsur-Unsur Teori
Unsur teori meliputi kategori konseptual dan kawasannya, hipotesis dan integrasi.
III.3.2.Metodologi


Daftar Pustaka


- Dahrendorf, Ralf. 1986. Konflik dan Konflik Dalam Masyarakat Industri, Sebuah Analisis Kritik. Jakarta : CV Rajawali

- Moleong, J. Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

- Ritzer, George. 1992., Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta. Rajawali pers.

- Ritzer, George dan Douglas J Goodman. Teori Sosiologi Modern. 2007. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

- Sanderson, Stephen. 2000. Sosiologi Makro. Jakarta. PT Rajawali Grafindo Persada.

- Soekanto, Sorjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :: Rajawali Pers

- Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media

Tidak ada komentar: