Rabu, 09 April 2008

opini

"Demokrasi Semu, di Balik Pemilihan Rektor UNSRI"
Oleh : Abdul Kholek


“sebagus apapun sebuah birokrasi pemerintahan yang di rancang, ia tidak bisa di anggap demokratis kecuali para pejabat yang memimpin birokrasi pemerintahan itu dipilih secara bebas oleh segenap warga masyarakat dalam suatu cara yang terbuka jujur untuk semuanya”(Democracy Magazine )

Pemilihan rektor Universitas Sriwijaya 30 mei 2007 tinggal hitungan hari ada harapan dan kecemasan dari masing-masing zona, pemilihan kali ini sangat berbeda dengan pemilihan beberapa tahun yang lalu, terlihat banyak konsfirasi politik bermain dalam pemilihan ini, tapi ini merupakan suatu kewajaran karena memang manusia sebagai insan politik, yang selalu mempunyai keinginan akan kedudukan dan kekuasaan. Pertarungan antar elit politik fakultas dari Zona Eksaks dan Zona Sosial pun tak terelakkan, suatu kemajuan demokrasi yang besar dalam persfektif pejabat birokrasi kampus unsri, tetapi tidak dalam persfektif mahasiswa karena keterlibatan mahasiswa dalam pemilihan rektor masih sangat minim sekali.

Pertarungan terbuka antar elit politik masing-masing fakultas, tidak lepas dari perubahan dalam system pemilihan rektor dimana setiap dosen mempunyai hak untuk mencalonkan diri dan di calonkan, serta pihak mahasiswa serta karyawan mempunyai hak untuk memilih bakal calon rektor melalui penjaringan bakal calon rektor.

Komentar dan pendapat banyak menyebar baik dari kalangan mahasiswa, kalangan dosen, maupun karyawan mengenai bagaimana unsri kedepan. Hal yang paling mendasar yang disoroti menurut kaca mata mahasiswa dari pemilihan rektor unsri yaitu menyikapi ada apa dibalik perubahan dalam proses pemilihan rektor ?. Walaupun perubahan tersebut hanya menyentuh kalangan pejabat birokrasi kampus khususnya dosen, tetapi kita tidak dapat menutup mata bahwa telah ada langkah awal yang baik untuk perubahan positif bagi kemajuan dan perkembangan Universitas Sriwijaya kedepan.

Kingsley Davis, mengatakan bahwa perubahan social merupakan perubahan-perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat. Asumsi mengenai perubahan di atas setidaknya sudah memberikan gambaran akan adanya perubahan dalam sistem pemilihan rektor dalam birokrasi kampus.

Komentar mahasiswa pun semakin berkembang munculnya opini publik di kalangan mahasiswa bahwa pemilihan rektor kali ini, hanyalah sebuah demokrasi semu, mengapa dikatakan demokrasi semu ?

Demokrasi semu merupakan suatu demokrasi yang hanya dimiliki kalangan tertentu dalam artian bahwa bukan dari rakyat untuk rakyat, tetapi telah bergeser pada suatu paradigma baru yang jauh melenceng dari pokok-pokok demokrasi, yaitu dari penguasa untuk penguasa
Hal ini bisa dilihat dengan masih kuatnya peranan senat dalam pemilihan rektor, tentunya semua ini di karenakan masih kuat berdiri kokoh dan angkuhnya undang-undang pemilihan rektor yang sebenarnya sudah tidak relevan lagi di era sekarang ini dan dalam usaha pembangunan demokrasi yang sesungguhnya. Mahasiswa dan karyawan hanya di libatkan dalam pemilihan bakal calon ini pun tidak berarti, di karenakan hasil dari penjaringan hanya sebagai pembanding dan memunculkan nama saja, buktinya tidak semua lima besar hasil penjaringan punya suara signifikan di tingkat senat ( mahdhor syatri dalam sumeks 23 april 2007 ). suatu pengkebiran dalam demokrasi karena seluruh elemen dalam system belum semuanya di libatan dengan proporsi yang sama.

Pelibatan karyawan dan mahasiswa hanya merupakan suatu trik dan strategi politik untuk meminimalisir adanya konflik, karena memang potensi-potensi konflik atau konflik laten memang sudah ada dan mengakar di dalam setiap masyarakat kampus, semua ini tidak terlepas dari fakta yang ada bahwa kelompok-kelompok kepentingan dan ideologi-ideologi berkembang pesat dalam setiap pergerakan mahasiswa di kampus (baca : Pergerakan kampus). Tidak salah kalau ada rekan mahasiswa mengatakan bahwa birokrasi kampus menggunakan pendekatan structural fungsional, dimana dikedepankan suatu keharmonisan dan keseimbangan system dan mencoba meminimalisir konflik untuk mempertahan status qou, lain halnya pendekatan yang digunakan mahasiswa mungkin karena mereka lebih mengedepankan suatu tatanan yang ideal maka pendekatan konflik adalah alternative yang terbaik, dimana suatu bentuk-bentuk perlawanan, protes, aksi dianggap sebagai suatu hal yang wajar dalam masyarakat yang mulai demokratis, pendekatan ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Louis D Brandels (1927), seharusnya dalam masyarakat demokratis tidak ada tedeng aling, dan harus terbuka lebar serta boleh saja memasukkan peringatan keras, pedas, dan terkadang serangan tajam yang tidak mengenakkan para eksekutif dan pejabat publik. Serta Sebagus apapun sebuah birokrasi pemerintahan yang di rancang, ia tidak bisa di anggap demokratis kecuali para pejabat yang memimipin birokrasi pemerintahan itu di pilih secara bebas oleh warga masyarakat dalam cara yang terbuka jujur untuk semuanya, tetapi kenyataan yang berkembang, demokrasi yang ada di kampus unsri khususnya hanya sebuah demokrasi yang semu.

Protes mengenai pemilihan rektor tidak hanya di unsri saja, rekan-rekan mahasiswa di UGM juga menentang proses pemilihan oleh senat yang sebenarnya merupakan suatu demokrasi semu di balik bingkai negara yang katanya demokrasi ( 27 April 2007 )

Terlepas dari kebobrokan pejabat birokrasi dan undang-undang pemilihan rektor, yang membuat demokrasi menjadi semu. Satu hal yang perlu dicatat dalam memori kita, bahwa pemilihan rektor kali ini mungkin lebih baik dari pemilihan beberapa tahun yang lalu, semua ini tidak hanya karena semakin profesionalnya birokrasi kampus dalam mengelolah konflik, tetapi yang menjadi titik tolak perubahan proses pemilihan ini yaitu karena adanya mahasiswa yang terus memperjuangkan suatu tatanan ideal yang terbaik bagi berkembangnya demokrasi di tataran masyarakat kampus.
Tidak banyak yang kita harapakan !!!
Tidak banyak yang kita impikan !!!
Tidak banyak yang kita inginkan !!!
Tapi satu hal yang pasti yaitu unsri kedepan dipimpin oleh sosok pemimpin yang benar-benar bisa memahami dan mewakili semua elemen yang ada dalam masyarakat kampus khususnya dan masyarakat luas umumnya.

Tidak ada komentar: