Rabu, 09 April 2008

Penelitian

SOLIDARITAS SOSIAL KELOMPOK PAGUYUBAN
DI KOTA PALEMBANG
( Studi Kasus Solidaritas Sosial Front Pemuda dan Mahasiswa
Besemah Bersatu ‘ FPMBB ‘ )
oleh : Abdul Kholek
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi yang memiliki penduduk dengan beranekaragam suku. Meningkatnya keanekaragaman penduduk salah satunya yang di sebabkan oleh proses urbanisasi, ini yang berkaitan dengan masalah ketidakpastian para urban dalam menjalankan kehidupan sosialnya, dan di sisi lain para urban harus menghadapi kemajuan kehidupan kota, di mana setiap suku memberikan makna kepada kehidupan dan menempatkan segala sesuatu dalam suatu tatanan, terlepas dari betapapun membingungkan keadaan tersebut pada mulanya
Setiap kelompok masyarakat memunculkan karakteristiknya sendiri namun jika terjadi keadaan yang tidak mengenakkan, karena beraneka orang saling berinteraksi, yang memungkinkan dapat membentuk karakter baru. Karakter ini merupakan bentuk atau alat untuk menyesuaikan diri dan tanpa menghilangkan karakter kelompoknya. Paguyuban (Gemeinschaft) merupakan alternative untuk mempertahankan karakter-karakter seperti nilai dan norma, pranata, budaya dan lain-lain. Hal ini disebabkan mereka merasa memiliki suatu kesamaan nasib karena berada didaerah perantauan, asal-usul daerah, maka tidak ada pilihan lain untuk tidak bersatu dengan sesamanya (common will). Sehingga mereka tetap mempertahankan nilai atau budaya yang mereka bawa dari daerah asalnya ( Edwarto Ihromi, 1984 : 56 )
Semakin majemuknya suku disuatu daerah maka dipandang sebagai suatu faktor kaburnya karakter atau ciri khas budaya yang asli. Oleh sebab itu tipe paguyuban yang paling baik bagi mereka adalah kelompok karena ikatan darah atau yang memiliki nenek moyang sama ( Soerjono Soekanto, 1990 : 134 ). Kelompok ini menyediakan sarana dan tempat dengan tujuan untuk berkumpul sebagai wadah dalam mengapresiasikan keluhan atau masalah bagi anggota. Kelompok-kelompok kekerabatan ini sudah memiliki struktur dan kepengurusan. Di tempat ini mereka berinteraksi untuk sesamanya, dengan demikian mereka akan saling memberi kepercayaan dan saling membantu karena merasa satu keluarga. Hal yang paling menonjol ialah para anggota dapat mengekspresikan potensinya pada orang yang memiliki latar belakang yang sama sehingga merasa diterima dan dihargai.
Proses-proses itu akan mempengaruhi pola interaksi kekeberabatan dengan masyarakat ditempat perantauan. Interaksi dengan orang diluar kelompoknya tersebut menggambarkan interaksi untuk menyesuaikan diri dan mengikuti pola prilaku dilingkungan masyarakat sekitarnya. Interaksi ini untuk menjalankan kehidupan sehari-sehari mereka dapat akrab tetapi masih ada batasannya, seperti halnya masyarakat yang memiliki tetangga.
Sedangkan pola interaksi yang terjadi dalam kelompok kekerabatan menunjukkan hubungan kekeluargaan yang lebih erat. Adanya persamaan latar belakang dan perasaan satu keluarga, meskipun mereka tidak dapat bertemu setiap hari. Interaksi diantara mereka selain berkaitan dengan hubungan kekeluargaan juga dalam kehidupan ekonomi tetap terjalin.
Interaksi merupakan sebuah proses terbentuknya aktivitas-aktivitas social. Interaksi dalam masyarakat tersebut lebih didasarkan pada ikatan yang muncul dari masyarakat itu sendiri dan nilai primordial yang muncul, pola interaksinya sendiri lebih di dasarkan pada kesamaan suku. Dari pola interaksi tersebut muncul solidaritas yang kuat diantara anggota. Sebagai pola interaksi yang didasarkan pada kesamaan suku. Bentuk nyata dari solidaritas tersebut akan timbul rasa persaudaraan antar anggota di dalam paguyuban tersebut, yang akhirnya membentuk sebuah ikatan yang berdasarkan ikatan primordial.
Munculnya kelompok-kelompok paguyuban di Kota Palembang memberikan realitas dan bukti nyata heterogenitas masyarakat Kota Palembang. Kelompok-kelompok paguyuban tersebut memiliki ciri khas yang berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, disesuaikan dengan asal usul daerah
Kebudayaan di bayangkan sebagai sesuatu kemutlakan, suatu ciri yang akan terus melekat pada tubuh masyarakat untuk selamanya. Kebudayaan selalu terbuka dan sifatnya dinamis. Kebudayaan membentuk sosoknya dengan mengabungkan berbagai unsur yang datang dari luar akan tetapi sekaligus mempertahankan sifat cair dan liar yang agaknya selalu melekat dalam masyarkat. ( Nat J Colletta dan Umar Kayam, 1987 : 309 ).
Front Pemuda Dan Mahasiswa Besemah Bersatu ( FPMBB ), merupakan salah satu kelompok paguyuban yang ada di Kota Palembang. Kelompok basemah ini termasuk dalam tipe paguyuban yang didasari oleh ikatan darah ( Gemeischaft by blood ) yaitu paguyuban yang merupakan ikatan berdasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Munculnya kelompok ini didasarkan pada masih kuatnya rasa solidaritas kedaerahan, seperti pada beberapa tahun yang lalu di daerah asalnya terjadi musibah kebakaran, mereka melakukan penggalangan dana untuk membantu para penduduk yang mengalami musibah. Selain itu mereka aktif dalam melakukan promosi tentang profil daerah asalnya melalui berbagai acara yang diselenggarakannya, seperti penyelenggaraan pameran-pameran kebudayaan daerahnya di kalangan para mahasiswa di berbagai perguruan tinggi yang terdapat komunitas mahasiswa basemah.
Berdasarkan fenomena tersebut, maka hal yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai solidaritas social dalam hal mempertahankan nilai-nilai budaya yang merupakan identitas suatu kelompok ,yang di realisasikan melalaui pola interaksi social. Dalam kelompok paguyuban Front Pemuda Dan Mahasisiwa Besemah Bersatu ( FPMBB ) di Kota Palembang.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah keberadaan kelompok kekerabatan (Paguyuban) Front Pemuda dan Mahasiswa Besemah Bersatu ( FPMBB ) di kota Palembang. Kelompok ini saling berinteraksi terutama berkaitan dengan nilai-nilai kedaerahan. Maka dari itu fokus permasalahan penelitian adalah: Bagaimanakah solidaritas sosial dalam kelompok paguyuban FPMBB di kota palembang ?
Adapun rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana dasar-dasar pembentukan komunitas Front Pemuda dan Mahasiswa Besemah Bersatu ( FPMBB ) di Kota Palembang ?
2. Bagaimana bentuk-bentuk manifestasi solidaritas social dalam kelompok paguyuban Front Pemuda dan Mahasisiwa Besemah Bersatu ( FPMBB ) ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami solidaritas sosial yang terjadi dalam kelompok paguyuban Front Pemuda dan Mahasiswa Besemah Bersatu ( FPMBB ) di kota Palembang

1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk memberikan gambaran umum dan memahami dasar-dasar pembentukan kelompok paguyuban Front Pemuda dan Mahasiswa Basemah bersatu khususnya interaksi dan solidaritas.
2) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk-bentuk manifestasi solidaritas sosial dan pola interaksi pada kelompok paguyuban FPMBB

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperkaya khasanah bagi perkembangan ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi dalam mengkaji dan menganalisis berbagai dimensi yang berkaitan dengan solidaritas sosial

1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah :
1) Sebagai bahan rujukan awal bagi studi lanjutan dalam mengungkapkan berbagai aspek yang berkaitan dengan solidaritas sosial kelompok primordial
2) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam usaha memajukan kebudayaan daerah

1.5 Kerangka Pemikiran
Kehadiran kelompok bukan suatu yang baru dalam kehidupan manusia. Kelompok dibentuk karena individu membutuhkan orang lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Usaha ini akan terus menerus dilakukan selama kelompok tersebut bernilai baginya. Selama dirasakan bahwa ia memerlukan kelompok untuk kemajuan dan perkembangan dirinya. Proses ini menuju pada proses sosialisasi. Proses sosialisasi tersebut merupakan proses aktif yaitu masuknya orang dalam suatu kelompok.
Pengertian kelompok dapat dirincikan dengan poin-poin sebagai berikut (Herbert G. Hicks, 1993:3);
1. Kelompok atau organisasi sering dipakai untuk memecahkan masalah ekonomi, militer dan masalah masalah lain.
2. Orang mungkin juga masuk kelompok karena kebutuhannya diterima dan mencegah kesepian dan kerenggangan. Kerenggangan famili dan kelompok-kelompok lain sering membantu kebutuhan ini.
3. Demikian kelompok juga dapat memberikan bantuan pada waktu orang menjumpai kesusahan.
4. Kelompok dapat memberikan tujuan dan nilai hidup yang lebih bernilai, norma prilaku, dan kesetiaan kelompok.
5. Kelompok social, kerja dan bermacam-macam kelompok lainnya memberikan prestice, status dan pengakuan.
6. Kelompok, dengan kehidupan mereka, memberi orang kesempatan untuk memuaskan kebutuhannya untuk mengungkapkan perasaannya dan melakukan hubungan dengan berbagai cara.
7. Perasaan keamanan seseorang sering di manfaatkan dari kelompok jika mereka mengurangi kecemasan orang dengan memberi dukungan, tertahanan dan perasaan diikut sertakan.
8. Kadang-kadang kelompok membantu memberikan terapi tatkala memecahkan masalah-masalah pribadi.
Jelas bahwa kehidupan saling pengaruh antar orang jauh lebih bermanfaat dari pada kehidupan diri. Maka dapat dikatakan kehidupan seorang diri tanpa berhubungan dengan orang lain akan nampak kekurangan dan keterbatasan seseorang. Dimana kebutuhan orang sangat beraneka coraknya. Ada kebutuhan kebendaan dan ada pula kebutuhan yang bersifat kerohanian. Disamping itu ternyata antara berbagai macam kebutuhan tersebut bagi seseorang saling berkaitan satu sama lain atau dengan kata lain bahwa seseorang pada umumnya mempunyai kebutuhan yang bersifat jamak, maksudnya pada waktu yang bersamaan menginginkan dipenuhinya lebih dari satu macam kebutuhan.
Menurut Edgar H. Schein (dalam Dasar-dasar organisasi, 1993, 11) “Organisasi sosial adalah pola-pola koordinasi yang tumbuh secara spontan atau batin merupakan saling pengaruh antar orang tanpa melibatkan koordinasi yang rasional untuk mencapai tujuan umum yang tegas”.
Jika mereka berubah menjadi tujuan mereka tegas dan ada kesepakatan resmi untuk memastikan pola-pola koordinasi agar menjamin benar-benar senang, dan jika mereka membentuk beberapa jenjang untuk menjamin koordinasi yang layak mereka menjadikan organisasi formal. Gambaran organisasi informal menunjukan pada pola-pola koordinasi yang tumbuh diantara anggota-anggota organisasi formal yang tidak dapat dicari pada rencana.
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya di ikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat kekal. Paguyuban merupakan kelompok kekerabatan yang bersifat kedaerahan, yang menekankan adanya suatu ikatan, ikatan itu sebagai ciri pokok paguyuban yaitu: a). intimate adalah hubungan yang menyeluruh yang mesra, b). private adalah hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja, c). exclusive adalah hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang-orang lain diluar “kita”,Tonnies (dalam Soerjono Soekanto, 1990, hal.134).
Menurut Tonnies (dalam Soerjono Soekamto 1990: hal.134) di dalam setiap masyarakat dapat di jumpai salah satu diantara tiga tipe paguyuban, yaitu:
a. Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by blood) yaitu Gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang berdasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
b. Paguyuban karena tempat (Gemeinschaft of place) yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal, sehingga dapat saling tolong menolong, contohnya: rukun tetangga, rukun warga, arisan.
c. Paguyuban karena jiwa/pikiran (Gemeinschaft of mind), yang merupakan suatu Gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan darah atau pun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, ideology yang sama. Paguyuban ini biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuan karena darah atau keturunan.
Berdasarkan Tiga Tipe Paguyuban yang dikemukakan oleh Tonnies tersebut, penelitian yang dilakukan oleh peneliti disini berkesimpulan bahwa objek yang diteliti termasuk dalam tipe paguyuban yang berdasarkan ikatan darah karena tipikal dari paguyubannya lebih bercirikan pada ikatan primordial yang dikarenakan pada satu keturunan atau bias disebut dengan Gemeinschaft By Blood.
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
Menurut Emile Durkeim ( M.Z. Lawang, 1994 : 180) solidaritas menunjukan pada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianaut bersama yang di perkuat oleh pengalaman emeosional bersama. Hubungan kontraktual di buat atas persetujuan rasional, karena hubungan-hubungan itu mengendalikan sekurung-kursngnya satu tingkat atau derajat consensus terhadap prinsip-prinsif moral yang menjadi dasar kontrak itu dalam solidaritas tingkatan utamnya adalah kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen moral.
Solidaritas mekanik di dasarkan pada suatu kesadaran “kolektif” bersama (collective conscisional / conscient) yang menunjukan pada “totalitas kepercayaan dan sintemen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu” itu merupakan suatu solidaritas yang tergantung pada induvidu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola normative yang sama pula karena itu individualitas tidak berkembang. Ivdividualitas itu terus menerus di lumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk konfornitas. Individu itu tidak harus menanganinya sebagai suatu tekanan yang melumpuhkan, karena kesadaran akan yang lain dari itu mungkin juga tidak berkembang, ciri khas yang penting dari solidaritas mekanik adalah bahwa solidaritas itu didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan sintimen dan sebagainya ( M.Z. Lawang, 1994 : 181)
Selanjutnya terdapat perasaan solidaritas sosial yaitu sebuah perasaan bersifat Doing Together And Thinking Together. Solidaritas merupakan satu perasaan persatuan yang baru tercapai apabila para anggota memilki pandangan yang sama tentang massa depan bersama dan dengan sadar mengetahui bahwa dalam perwujudan masa depan masing-masing memiliki tugasnya demi realisasi tujuan.
Interaksionisme simbolik yang ditengahkan oleh Blumer mengandung arti bahwa tindakan manusia bukan disebabkan oleh beberapa tindakan luar (seperti yang dikemukakan oleh kelompok fungsionalisme struktural) tidak juga disebabkan oleh kekuatan dalam. Dengan demikian manusia merupakan aktor yang sadar dan reflektif yang menyatukan obyek-obyek yang diketahuinya melalui apa yang disebut blumer sebagai “Self indication” (Blummer, 1995 : 331)
Proses kehidupan bermasyarakat terjadi menurut pandangan interaksionsme simbolik secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut, individu atau unit-unit tindakan yang terjadi diatas sekumpulan orang tertentu saling menyesuaikan atau saling mencocokkan tindakan mereka satu sama lain melalui proses interprestasi. Dalam hal ini aktor yang berbentuk kelompok , maka tindakan kelompok ini merupakan tindakan kolektif dari individu yang tergabung dalam kelompok itu.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut bahwa kelompok Front pemuda dan Mahasiswa Besemah Bersatu (FPMBB) adalah kelompok yang didasarkan pada solidaritas kelompok dan pola interaksi yang ada didalam kelompok tersebut, kerjasama dan tidakan kolektif aktor didalam kelompok tersebut merupakan sebuah bentuk nyata dari adanya sebuah perasaan solidaritas yang kuat diantara para individu didalam anggota kelompok tersebut

1.6 Asumsi-Asumsi Penelitian
1. Paguyuban terbentuk dikarenakan adanya kesamaan nilai-nilai kedaerahan. Pola interaksi dan solidaritas yang ada diantara individu di dalam kelompok paguyuban pun turut mendukung.
2. Interaksi kelompok menghasilkan sebuah kerjasama dan persatuan diantara individu didalam kelompok yang pada akhirnya menjadi sebuah solidaritas didalam kelompok tersebut sebagai sarana pencapaian tujuan kelompok.
3. Manifestasi dari solidaritas sosial kelompok paguyuban adalah mempertahankan ikatan kekeluargaan, melestarikan kebudayaan daerah, dan cendrung berorientasi kerjasama dalam kelompok tersebut.

1.7 Sistematis Penelitian
Sistematika dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I Berisi pendahuluan yang mengulas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, kerangka pemikiran, asumsi dasar penelitian dan sistematika penulisan
BAB II Merupakan Tinjauan pustaka yaitu mengulas hal-hal yang berhubungan dengan penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dalam bagian ini di bahas tentang kelebihan dan kelemahan penelitian yang di lakukan di tengah-tengah penelitian serupa lainnya
BAB III Tentang metode penelitian yang di gunakan sebagai acuan dalam penelitian, batasan penelitian, lokasi penelitian, serta subjek penelitian.
BAB IV Tentang diskripsi wilayah penelitian menguraikan tentang letak wilayah, tinjauan umum kelompok paguyuban serta keberadaan kelompok Front Pemuda dan mahasiswa Besemah bersatu
BAB V Tentang hasil dan pembahasan yang menguraikan tentang temuan-temuan di lapangan serta anaisis sosiologis terhadap permasalahan penelitian yang mencakup dasar-dasar terbentuknya kelompok paguyuban Front Pemuda dan Mahasiswa Besemah Bersatu di kota Palembang (FPMBB), serta memberikan gambaran umum solidaritas sosial dalam kelompok ( in group ), dan kesadaran kelompok serta bentuk-bentuk manifestasi solidaritas sosial dalam kelompok paguyuban Front Pemuda dan Mahasiswa Besemah Bersatu di kota Palembang
BAB VI Berisi kesimpulan yang terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Penelitian tentang kelompok primordial telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu dengan menggunakan berbagai paradigma yang berbeda. Ada beberapa penelitian yang mengkaji mengenai kelompok paguyuban diantaranya oleh Erwin ( 2004 ) dengan desertasinya yang mengkaji mengenai memudarnya solidaritas sosial pada masyarakat matrilineal Minangkabau di Sumatera Barat. Subjek penelitian ini adalah masyarakat komunal Minangkabau yang berada di wilayah Sumatera Barat.
Menurut Erwin ( 2004 ) permulaan perubahan sosial di Minangkabau terjadi karena adanya sistem monetisasi, hasil dari kebijakan ekonomi hindia belanda, melalui sistem kultifasikopi dan pengaruh agama islam. Menurut Erwin pada dasarnya kebudayaan bertujuan untuk menata kehidupan masyarakat agar lebih baik, lebih teratur dan lebih terarah.
Perubahan sosial budaya yang terjadi di Sumatera Barat akibat dari pertemuan intensif antara masyarakat prakapitalis Minangkabau dengan masyarakat kapitalis barat. Beberapa fenomena social terjadi pada masyrakat Minangkabau selama dua dasawarsa memperlihatkan sistem keluarga luas matrilineal tidak bekerja atau fungsi sosial ekonomi keluarga luas pada tingkat paruik tidak berjalan. Proses individualisasi adalah kecendurungan dari ikatan social kecil dan disintegrasi yang komplementer dari kelompok sosial yang besar. Dengan begini walaupun terjadi perubahan dalam sikap terhadap harta, kelestarian dan tradisi.
Dengan demikian apa yang dikaji oleh Erwin lebih berfokus pada pergeseran solidaritas sosial dikarenakan kepemilikan tanah komunal yang turun temurun mengalami pemindahan kepemilikan tanah komunal tersebut diluar kekerabatannya.
Sementara itu penelitian yang dilakukan Sri Gustiani ( 2004 ) mengkaji tentang in group feeling pada komunitas keturunan Arab di Palembang. Menurut Sri Gustiani ( 2004 ) kuatnya keinginan mempertahankan identitas dirinya sebagai keturunan Arab telah mendorong komunitas keturunan Arab untuk melakukan pengelompokan sosial. Hal ini erat kaitannya dengan ikatan kelompok yang kuat dalam komunitas keturunan Arab tersebut, yang didasari oleh suatu perasaan yang di sebut in group feelling yaitu perasaan yang kuat bahwa individu terikat dengan kelompok dan kebudayaan kelompok ynag bersangkutan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa In Group Feeling pada kelompok-kelompok kekerabatan seperti halnya komunitas keturunan Arab masih sangat kuat di lihat dari pengelompokan yang dilakukannya dan kuatnya keinginan untuk tetap mempertahankan identitas dirinya sebagai keturunan Arab yang dilakukan dengan cara membuat batasan dalam pemilihan pasangan dalam perkawinan. Pada penelitian ini ada tiga hal yang dibahas yaitu :
1. Proses pembentukan in group feeling mancakuap proses belajar terdiri dari tiga proses, yakni sosialisasi, internalisaasi, dan enkulturasi, proses pembentukan kelompok mencakup bentuk sistem kekerabatan, khususnya perkawinan atau pemilihan pasangan dalam perkawinan dan dasar-dasar pembentukan kelompok mencakup dasar psikologis dasar pedagogis dan dasar sosiologis.
2. Fungsi in group feeling mancakup fungsi-fungsi positif dan negative
3. Bentuk ingroup feelingnya mencakup bentuk cooperation (kerja sama) yang terlihat dalam kegiatan pengajian, arisan dan lain-lain.
Dengan demikian apa yang dikaji dalam penelitian Sri Gustiani (2004), menekankan pada ikatan kelompok yang terfokus pada hubungan interaksi kekerabatan.
Berbeda dengan penelitian yang telah ada, penelitian ini cenderung memfokuskan pada pembentukan solidaritas sosial pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam FPMBB. Penelitian ini akan memfokuskan pada kajian solidaritas yang muncul dari interaksi yang berlangsung antara individu dalam kelompok FPMBB.

BAB III
METODE PENELITIAN


3. 1. Desain Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di lorong Banten Plaju Palembang, alasan yang mendasari dipilihnya lokasi ini karena letak kesekretariatan kelompok Besemah berpusat di Plaju dan sebagain besar pemuda dan mahasiswa besemah berdomisili di lorong Banten Plaju. Berdasarkan pengamatan awal menunjukkan bahwa bentuk solidaritas sosial dalam kelompok basemah perantau di manifestasikan berdasarkan kontek sosial kultural dalam kesadaran kelompok untuk mengembangkan dan mempromosikan kebudayaan daerah mereka.dan desain yang dipilh adalah metode Studi Kasus untuk mendapatkan gambaran yang mendalam.

3.1.2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah meliputi para anggota kelompok paguyuban Front Pemuda dan Mahasiswa Basemah Bersatu yang merantau di Palembang, dan tehnik untuk menjaring subjek penelitian adalah metode di mana peneliti mengambil subjek penelitian berdasarkan petunjuk dari individu sebagai informan, kemudian individu tersebut memberitahukan siapa yang dapat diwawancarai. Jumlah informan yang didapat berdasarkan tehnik ini yaitu 9 orang, dari sembilan informan dirinci lagi menjadi 5 orang sebagai pengurus dan 4 orang sebagai staf. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
Tabel 1
Daftar Informan
NO
NAMA
UMUR (tahun)
JABATAN DALAM PAGUYUBAN
UNIVERSITAS
1
Sultan Huri
22
Bendahara Bidang Olahraga
Muhammadiyah Palembang
2
Anggie Eka Sari
21
Staf Bidang Sosial dan Budaya
Muhammadiyah Palembang
3
Ice Handayani
19
Staf Bidang Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan
PGRI Palembang
4
Andi Eko Widodo
23
Kabid Jaringan dan Mobilisasi Massa
Muhammadiyah Palembang
5
Tanti Yuliani
21
Bendahara Bidang Dana dan Usaha
Bina Dharma Palembang
6
Yuni Natalia
22
Kabid Sosial dan Budaya
Bina Dharma Palembang
7
Yeyen
21
Staf Bidang Hubungan Masyarakat
Bina Dharma Palembang
8
Buki Juanda
23
Kabid Lingkungan Hidup
Muhammadiyah Palembang
9
Weni Ariyani
20
Staf Bidang Kaderisasi dan Pengorganisasian
Bina Dharma Palembang

Informasi dapat juga melalui orang-orang yang dirasakan penting dalam struktur paguyuban tersebut, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai sikap solidaritas kelompok paguyuban diantara anggota kelompok front Pemuda dan Mahasiswa Besemah Bersatu

3.1.3 Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitik yaitu suatu penelitian yang menggambarkan dan menganalis masalah yang berkaitan dengan solidaritas social kelompok pemuda Front Pemuda dan Mahasiswa besemah Bersatu (FPMBB), dengan perspektif Interaksionisme Simbolik yang bersifat Induktif. Dan untuk memperoleh gambaran tersebut maka desain penelitian yang diambil adalah Studi Kasus, Studi Kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya.

3.2 Definisi Konsep
1. Kelompok paguyuban
Kelompok paguyuban adalah salah satu kelompok yang terbentuk karena adanya ikatan rasa primordial yang kuat dan memiliki ikatan batin diantara individu didalam kelompok paguyuban
2. Kesadaran Kelompok
Kesadaran kelompok adalah pemahaman manusia atas pengalamannya sendiri yang memungkinkan untuk mendefinisikan sendiri dan keadaannya dengan orientasi kelompoknya
3. Solidaritas Sosial
Solidaritas sosial adalah keadaan hubungan dalam suatu komunitas yang didasarkan oleh kesadaran kelompok atau individual dan dimanifestasikan dalam bentuk tindakan atau perbuatan tertentu dalam sebuah refleksi dari kesadaran kelompok .

3.3 Tehnik Pengumpulan data
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagia berikut :

3.3.1 Wawancara Mendalam
Wawancara di lakukan dengan informan untuk menggali informasi kualitatif secara lengkap dan terperinci yang sifatnya wawancara secara mendalam (indepth interview ) dengan instrument penelitian berupa pedoman wawancara berstruktur yang telah di persiapkan. Wawancara mendalam adalah metode yang selaras dan sejalan dengan perspektif interaksionisme simbolik, karena hal tersebut memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan. Maka dalam hal ini tujuan wawancara mendalam adalah untuk mendapatkan data primer.
Dalam penelitian ini, data primer digunakan untuk memberikan gambaran dan memamahami dasar-dasar pembentukan kelompok paguyuban Front Pemuda dan Mahasiswa Basemah Bersatu, serta digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis bentuk-bentuk manifestasi solidaritas sosial dan pola interaksi pada kelompok paguyuban Front Pemuda dan Mahasiswa Basemah Bersatu. Wawancara ini dilakukan dengan kontak langsung ( face to face ) dengan informan dalam situasi yang sebenarnya dan dalam situasi yang di buat atau di ciptakan ( Hadari Nawawi, 1987 : 95 )
Untuk memudahakan kegiatan wawancara dan analisis data, peneliti akan menggunakan sound recorder ( alat perekam suara ). Dalam menggunakan alat perekam ini, terledih dahulu meminta izin atau kesediaan dari informan unutk di rekam hasil suaranya.

3.3.2 Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi dan situasi, serta pola pengelompokan dan persebaran dalam kelompok paguyuban Front Pemuda dan Mahasisiwa Besemah Bersatu ( FPMBB ) di kota Palembang. Dalam hal ini observasi di lakukan untuk memperoleh data sekunder. Dalam hal ini akan terperoleh mengenai letak lokasi penelitian, struktur keorganisasian kelompok paguyuban FPMBB dan fasilitas-fasilitas umum dalam lokasi penelitian.


3.4 Tehnik Pengolahan Data
Adapun data yang diperoleh yaitu data primer maupun sekunder akan diolah terlebih dahulu agar dalam menganalisa data serta didalam pembahasan dapat dilakukan secara sistematis. Tahap yang dilakukan proses “pemeriksaan data” (editing) yang dikumpulkan untuk memastikan kesempurnaan penelitian dari setiap instumen pengumpulan data.

3.5 Tehnik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif terdapat tiga tahap dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :

3.5.1 Pemprosesan satuan (unityzing)
Dalam unityzing ada dua tahap yaitu tipologi satuan di mana tahap ini memberikan nama sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh subjek yang dikehendaki oleh latar penelitian maksudnya peneliti menulis apa yang dipikirkan atau yang dikemukakan oleh informan dalam bentuk bahasanya yang akan diartikan oleh peneliti berdasarkan pengamatannya; kedua yaitu penyusunan yang terdiri informasi kecil yang mempunyai arti yang kemudian disusun untuk memudahkan kategorisasi.

3.5.2 Kategorisasi
Adalah satu tumpukan data yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat atau kreteria tertentu.

3.5.3 Penafsiran Data
Pada tahap ini menggunakan metode deskriftif semata-mata yang menggambarkan dan menceritakan penelitian yang sesuai dengan permasalahan diatas (Moleong, 1998: 191)

BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN


Bab ini menguraikan tentang diskripsi wilayah penelitian yang terletak di lorong Banten, kecamatan Seberang Ulu II kota Palembang.

4.1. Letak wilayah
Secara administratif lorong Banten terletak di daerah paling selatan kecamatan Seberang Ulu II, dimana berbatasan langsung dengan kecamatan Seberang Ulu I kota Palembang propinsi Sumatera Selatan. Batas wilayah kecamatan Seberang Ulu II meliputi :
a) Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Ilir Timur II
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Seberang Ulu I
c) Sebelah Timur berbatasan dengan Plaju
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ilir Timur I
Lorong Banten sebagai wilayah penelitian memiliki batas-batas wilayah tersendiri ; dari arah utara terdapat bangunan masjid Nur Hidayah. Masjid tersebut memiliki fungsi sebagai tempat ibadah umat Islam warga lorong Banten dan sekitarnya. Dari arah selatan terdapat bangunan kampus utama Universitas Muhammadiyah Palembang. Dimana Universitas Muhammadiyah ini merupakan salah satu universitas swasta yang menjadi favorit di kota Palembang dengan latar belakang mahasiswa dari berbagai daerah di Sumatera Selatan maupun diluar daerah Sumatera Selatan. Dengan majemuknya latar belakang yang dimiliki mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah tersebut memunculkan adanya pembentukan berbagai kelompok-kelompok yang sifatnya kedaerahan.
Dari arah timur, berbatasan dengan jalan Ahmad Yani. Jalan tersebut merupakan jalan transfortasi utama bagi penduduk Seberang Ulu II dan sekitarnya untuk beraktivitas sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Ramainya jalan ini dengan banyaknya kendaraan yang berlalu lalang baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi menandakan tingginya aktivitas warga Seberang Ulu II dan sekitarnya. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan lorong Yaktavena. Dimana lorong tersebut terdapat bangunan perumahan yang dinilai masyarakat sekitar sebagai perumahan kelas menegah keatas atau perumahan kelas elite.

4.2. Gambaran Umum Lorong Banten
Lorong banten merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk yamg tinggi dan majemuk. Hal ini dikarenakan dominannya mahasiswa dari berbagai daerah yang berdomilisili di daerah tersebut serta banyaknya jumlah universitas yang ada di dekat daerah sebagai faktor pendorong perantau dalam menimba ilmu di universitas kota Palembang tersebut yakni universitas Muhammadiyah dan Universitas PGRI.
Selain itu juga terdapat beberapa fasilitas pendukung yang sangat membantu yang ada di seputaran daerah lorong Banten, seperti beberapa warung makan, counter pulsa selluler, warung internet, fhoto copy, serta toko serba ada, sehingga akses kebutuhan pokok serta kebutuhan akademik dapat terpenuhi dengan baik. Dengan demikian hal ini merupakan faktor pendukung lainnya yang menyebabkan para mahasiswa dapat hidup dengan nyaman dalam hal materi serta di dukung dengan kehidupan masyarakat yang mayoritas satu suku.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa mahasiswa yang berdomisili di lorong Banten yang berasal dari satu darah yang sama dapat memupuk solidaritas bersama serta rasa kekeluargaan yang sangat kental. Selain itu juga bentuk-bentuk bangunan yang terdapat di lorong banten terlihat begitu rapi tersusun seperti komplek perumahan elit, dimana mahasiswa yang menyewa atau ngekost tinggal bersama dengan ibu kostnya atau pemilik rumahnya, hanya saja dipisahkan sekat-sekat dibagian bangunan rumah.
Letak strategis yang terdapat disana sangatlah mendukung mahasiswa untuk merasa nyaman untuk menetap di kawasan lorong banten tersebut. Selain itu unutk menjangkau atau akses ke jalan raya juga menjadi faktor pendukung dengan tersediannya angkutan ojek atau pun juga beberapa becak yang dapat memudahkan untuk menjangkau beberapa tempat yang akan dituju, akan tetapi biasanya para masyarakat yang menetap disana baik mahasiswa maupun masyarakat kebanyakan menggunakan sarana alami yaitu dengan berjalan kaki untuk menuju tempat yang akan dituju.
Aktivitas masyarakat di lorong banten begitu beragam, hal ini dapat disaksikan pada pagi dan siang harinya setelah jam kerja. Dengan demikian terlihat jelas bahwa kebanyakan masyarakat yang menetap di sana merupakan orang-orang yang mayoritas memiliki kegiatan rutin seperti pergi ke sekolah, kantor, kuliah dan sebagainya. Hal ini juga diindikasikan dengan keadaan perumahan yang terlihat sepi jika dilihat pada jam-jam kerja

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan lebih fokus terhadap temuan masalah yang berkaitan dengan solidaritas sosial Front Pemuda dan Mahasiswa Basemah Bersatu (FPMBB). Hasil temuan berdasarkan observasi dan wawancara mendalam. Selanjutnya hasil temuan lapangan akan dibahas dalam beberapa uraian, pokok-pokok bahasan yang meliputi dasar-dasar pembentukan kelompok paguyuban FPMBB dan bentuk-bentuk manifestasi solidaritas sosial dalam kelompok paguyuban FPMBB tersebut. Dari observasi dan wawancara mendalam ini hasilnya kami temukan dari para informan yang realitas dialami informan dikemukakan berdasarkan dengan apa yang dirasakan.

5.1. Dasar-dasar Terbentuknya Kelompok Paguyuban Front Pemuda dan Mahasiswa Basemah Bersatu (FPMBB)
Front Pemuda dan Mahasiswa Basemah Bersatu (FPMBB) merupakan salah satu kelompok paguyuban yang ada di kota Palembang. Munculnya kelompok paguyuban ini didasarkan pada masih kuatnya rasa solidaritas dari kesamaan kedaerahan. Dari kesamaan daerah atau tanah ini dapat diturunkan sebagai adanya kesamaan adat atau kebudayaan yang sama. Ini terlihat dengan adanya kesamaan bahasa yang dimiliki yakni bahasa dari basemah.
Nama paguyuban ini mengguakan nama Basemah yang merupakan sebuah nama simbol yang diberikan kepada kota Pagaralam dan kawasan sekitarnya, karenanya anggota kelompok paguyuban FPMBB ini banyak berasal dari Pagaralam yang menggunakan basemah sebagai simbol nama kelompok paguyuban. Seperti kelompok paguyuban-paguyuban lainnya kelompok paguyuban FPMBB juga mempunyai tujuan yang ingin mereka raih, hal ini diungkapkan oleh Andi Eko Widodo selaku Kabid Jaringan dan Mobilisasi Massa. Menurutnya pernyataan ini sebagai hasil dari deklarasi pembentukan FPMBB. Bahwa adapun tujuan dan kepentingan pembentukan kelompok paguyuban FPMBB adalah sebagai berikut :
1. Untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya daerah basemah yang merupakan bagian dari budaya nasional
2. Untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Basemah di daerah perantauan
3. Menciptakan hubungan kekeluargaan yang baik, saling kenal mengenal serta mempererat kerjasama antar anggota-anggotanya dan kelompok komunitas lain
4. Untuk memajukan kesejahteraan sosial bagi seluruh anggotannya
Banyak kegiatan yang dilakukan oleh kelompok paguyuban ini salah satunya pada beberapa tahun lalu di daerah asalnya terjadi musibah kebakaran, mereka melakukan penggalangan dana untuk membantu para penduduk yang mengalami musibah.
Kuatnya rasa kedaerahan ini membuat adanya hubungan yang erat atau kuat antara sesama anggota basemah. Hal ini terbukti dengan terbentuknya iktan-ikatan sosial yang terjalin antar sesamanya baik yang terjadi di lingkungan perkuliahan maupun di lingkungan pergaulan luar perkuliahan. Selain adanaya hubungan yang erat antara sesama Basemah, juga terbentuk dengan adanya memilki kebudayaan yang sama hal ini diungkapkan oleh Sultan Huri, Mahasiswa Hukum 2003 Universitas Muhammadiyah Palembang, bahwa pembentukan kelompok paguyuban FPMBB disebabkan oleh kebudayaan basemah yang bergeser jika didaerah perantauan serta untuk menjaga solidaritas pemuda dan mahasiswa Basemah di perantauan.
Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh sesama anggota kelompok paguyuban FPMBB maupun kelompok atau komunitas lain sebagai ajang pengenalan daerah Basemah atau daearah asal kelompok paguyuban ini. Hal ini di ungkapkan oleh Anggie, Mahasiswa FKIP Matematika 2005 Universitas Muhammadiyah Palembang. Ia mengatakan :
“Karena sesama daerah maka kami sering berkumpul, kemudian kami saling membicarakan perkembangan daerah kami terutama daerah wisata, kemudian bercerita dengan teman-teman kelompok atau komunitas lain. Terkadang ada teman-teman kelompok lain itu ikut mudik bareng dengan kami untuk melihat daerah kami karena mereka penasaran dengan kondisi daerah yang kami ceritakan”.

Kota Pagaralam yang memiliki potensi alam terutama di sektor pariwisata sangatlah memiliki prospek sebagai sumber pemasukan kas daerah yang menjanjikan bagi pemerintah kota. Hal ini menjadikan keinginan bagi para pemuda dan para mahasiswa Basemah apalagi mereka berada di lingkungan perantauan merupakan posisi yang strategis dalam memunculkan profil-profil daearah asalnya mengenai kebudayaan dan daearah wisatanya. Kondisi ini juga diharapkan oleh Ice sebagai anggota kelompok paguyuban Basemah yang masih baru karena ia baru menginjak semester II di Unversitas PGRI Palembang bahwa akan peran lebih dalam paguyuban ini untuk memberikan sumbangsihnya terhadap perubahan dan kemajuan daerah asalnya.
Dalam giatnya mempromosikan daerah asalnya mereka sering mengadakan acara berkumpul atau pertemuan di tempat yang mereka sepakati sebagai ajang bertemunya semua anggota kelompok paguyuban. Di pertemuan ini mereka dapat saling mengenal sesama anggota kelompok paguyuban lebih dalam. Mereka saling bercerita mengenai kondisi daerah asalnya untuk menyusun strategi apa yang digunakan dalam rangka mempromosikan profil daerahnya. Selain itu juga mereka juga saling membantu jika mengalami kesulitan dalam pergaulan terutama dalam masalah-masalah perkuliahan. Mereka dapat saling bertukar pengalaman dan informasi mengenai kondisis perkuliahan di masing-masing perguruan tinggi tempat kuliahnya namun dalam kondisi-kondisi yang santai atau rilek.
Hal ini juga di ungkapkan oleh Andi Eko Widodo, mahasiswa Pertanian 2001 Universitas Muhammadiyah Palembang yang masih kental dengan logat Basemahnya. Ia mengatakan :
“Saya senang dengan adanya FPMBB ini karena sering berkumpul yang awalnya diantara kami satu dengan yang lain belum saling mengenal, namun seringnya berkumpul kami dapat saling mengenal dan lebih akrab. Walaupun kami satu daerah tapi letak tempat tinggal kami berjauhan, jadi kami perlu mengadakan hal ini apalagi di tanah orang lain. Kalau ada kesusahan kita Bantu, untuk itu rasa solidaritas akan tertanam didalam pribadi kami”.

Kehadiran kelompok paguyuban bukan suatu yang baru dalam kehidupan manusia. Kelompok paguyuban FPMBB ini sendiri dibentuk karena setiap individu atau anggota kelompok paguyuban ini saling membutuhkan satu sama lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Usaha ini akan terus menerus dilakukan selama bernilai bagi dirinya. Selama dirasakan bahwa ia memerlukan kelompok untuk kemajuan dan perkembangan baginya dan merasa kelompok paguyuban FPMBB ini bagian dari dirinya. Disaat proses ini menuju pada proses sosialosasi. Proses sosialisasi tersebut merupakan proses aktif yaitu masuknya orang dalam suatu kelompok.
Kondisi ini sangatlah membantu bagi seseorang yang berasal dari kota Pagaralam yang baru merantau di Palembang dan membutuhkan sosialisasi tempat yang baru, sehingga mereka dapat beradaptasi terhadap lingkungan baru. Monik dan Ice yang sama-sama mahasiswi Universitas PGRI Palembang asal Pagaralam yang baru semester II merupakan anggota yang tergolong baru di kelompok paguyuban FPMBB dan baru di kota perantauan, menceritakan pengalamannya saat pertama kali ke kota Palembang. Pada awalnya keduanya tidak mengetahui apa-apa dan baru berpisah dari orang tuanya serta merasa canggung dengan kondisi lingkungan yang baru. Namun setelah kenal adanya kelompok paguyuban dan proses sosialisasi lambat-laun keduanya terbiasa dengan kondisi lingkungan perantauan. Keduanya mengatakan ;

“Kami ini kan baru kali ini pisah dari orang tua dan juga keluarg, jadi bila sama kawan-kawan sedaerah kebetulan ada wadahnya yakni kelompok paguyuban FPMBB sudah kami anggap sebagai keluarga dewek (sendiri) dan paling tidak kami bisa mengobati rindu kami pada orang tua dan keluarga karena dapat berkomunikasi seperti kondisi di tanah asal. Komunikasinyapun kami saling terbuka, memahami dan saling mengingatkan karena pola interaksi ini didasarkan oleh hubungan batin dan agama yang lebih dominan”.

Karena itu kelompok paguyuban FPMBB ini memliki peranan yang penting dalam kehidupan perantauan dan juga bagi perubahan dan kemajuan daearah asalnya. Apalagi bagi mereka yang baru pertama kali atau baru merantau khususnya di kota Palembang bagi pemuda dan mahasiswa Basemah, kelompok paguyuban ini sebagai agen sosialisasi dan interaksi baik sesama anggota kelompok paguyuban maupun dengan kelompok lain sebagai adaptasi di lingkungan perantauan.

5.2. Bentuk-Bentuk Manifestasi Solidaritas Sosial
5.2.1. Solidaritas Pada Kelompok Paguyuban FPMBB
Bentuk solidaritas ini terjadi pada kelompok paguyuban FPMBB, yang terbentuk karena adanya kesamaan suku dan pola kekerabatan serta adanya ikatan-ikatan kedaerahan. Pola interaksi yang muncul menjadikan kuatnya solidaritas diantara anggota kelompok paguyuban ini. Solidaritas sosial ini diwujudkan dengan adanya kegiatan-kegiatan kelompok paguyuban FPMBB. Untuk mengakrapkan para kader dan mahasiswa baru misalnya, dilakukan kegiatan temu kader untuk memperkenalkan seluruh kader kepada para mahasiswa Basemah yang baru merantau ke kota Palembang. Para senior-senior atau kakak tingkat meberikan arahan-arahan tentang cara-cara beradaptasi di lingkungan perantauan baik di lingkungan perkuliahan maupun di lingkungan pergaulan masyarakat setempat. Hal ini juga diungkapkan oleh Ice yang baru semester II di Universitas PGRI Palembang dan merupakan angggota kelompok paguyuban FPMBB yang masih baru. Ia mengatakan :

“Iyo kak, kemaren kami mengadakan acara temu kader dan para anggota yang baru tentunya yang baru itu para mahasiswa baru dan baru diperantauan juga, acara itu dilakukan setiap kali ada pergantian ajaran baru atau penerimaan mahasiswa baru. Itu sekitar bulan September 2006, disitu kami bisa melihat kakak tingkat atau senior-senior kami baik di universitas PGRI, Muhammadiyah, Bina Dharma dan banyak lagi. Isinya biasalah, wejangan, arahan dan perkenalan. Arahan itu banyak berisi bagaimana kami bisa beradaptasi dengan lingkungan perantauan bisa di perkuliahan maupun dengan masyarakat tempat kos kami. Namun sebelum acara ini ketika kami mau pendaftaran di universitas kami kemarin, FPMBB ini mendirikan posko yang gunanya bisa mendata mahasiswa dari basemah. Juga bisa berlanjut memberi informasi tempat-tempat kos bagi kami. Makanya kami terbantu dengan adanya posko tersebut”.

Sesuai yang diutarakan oleh Ice yang merupakan anggota baru di kelompok paguyuban FPMBB, bahwa dalam acara temu kader tersebut merupakan agenda dasar dalam mentranformasikan nilai-nilai budaya Basemah dengan menkondisikan kehidupan diperantauan. Hal ini didukung juga dengan bagaimana strategi dalam membantu pemerintah daerah asal dalam mengembangkan daerah wisata tentunya dengan partisipasi kalangan pemuda dan mahasiswa khususnya di daerah perantauan. Seperti memunculkan profil-profil daerah dalam foto-foto khusus guna menarik perhatian diposko-posko yang mereka buat dalam acara penerimaan mahasiswa baru diberbagai Universitas yang terdapat Mahasiswa Basemah.
Seperti yang diungkapkan oleh Ice, sebelum mengadakan acara temu kader kelompok paguyuban FPMBB ini mendirikan posko-posko bagi mahasiswa baru di berbagai universitas dan sekolah tinggi di Kota Palembang. Guna dari posko ini dapat langsung mendata bagi mahasiswa baru dari basemah dan tentunya bisa membantu permasalahan-permasalahan awal perkuliahan seperti memberikan informasi dan mau mencarikannya mengenai tempat-tempat kos di lingkungan perkuliahan.
Selain itu juga dilakukan pola pembinaan mengenai keorganisasian juga dilakukan salah satunya dengan mengadakan acara up-graiding dan latihan kepemimpinan yang diadakan kelompok paguyuban ini setelah temu kader. Acara up-graiding dan pelatihan kepemimpinan ini di isi dengan adanya materi-materi mengenai kepemimpinan oleh pembicara dan dari pembicara tersebut terkadang kelompok paguyuban FPMBB ini mengundang para pejabat daerah / kota Pagaralam. Selain itu acara ini berisi penyususunan rancangan-rancangan kerja selanjutnya.
Untuk lebih mengeratkan solidaritas antara para anggota kelompok paguyuban FPMBB ini mengadakan acara yang sifatnya rilek atau santai yakni adanya acara arisan mingguan. Acara ini selain tempat berkumpul namun juga diisi dengan saling bercerita dan saling bertukar pikiran mengenai masalah-masalah yang dihadapi selama seminggu baik di lingkungan perkuliahan maupun dilingkungan luar perkuliahan. Tanti misalnya, mahasiswi Bina Dharma Palembang semester VII yang sedang mengajukan judul skripsinya, mengaku terbantunya dengan acara ini karena dengan acara ini para anggota dari universitas lain juga ikut datang jadi ia dapat mencari informasi mengenai data-data yang di butuhkan sehubungan dengan pemenuhan tugas kuliahnya. Ia mengatakan ;
”Walaupun Cuma nugumpul-ngumpul acara arisan ini bisa dimanfaatkan untuk berinteraksi dengan anggota yang lain. Anggota dari universitas lain bisa saling bertukar pendapat mengenai permasalahan yang dihadapinya, ada juga yang memang mencari informasi mengenai bahan dan data-data tugas perkuliahan. Kalau aku kemaren alhamdulillah ketemu dengan anggota dari unversitas Muhammadiyah yang kebetulan punya bahan sehubungan dengan tugas perkuliahanku, jadi aku bisa pinjam”.

Seperti yang diungkapkan oleh Tanti, bahwa bentuk tindakan sosial dari solidaritas dapat ditemui dengan adanya saling interaksi anggota kelompok paguyuban FPMBB dalam acara seperti arisan yang dimanfaatkan saling membantu dalam pemenuhan tugas-tugas perkuliahan. Masih banyak kegiatan-kegiatan yang mempertemukan para anggota kelompok paguyuban FPMBB ini baik di lingkungan perkuliahan maupun di lingkungan luar kuliah. Diantaranya dengan pembentukan kelompok-kelompok studi yang gunanya untuk membahas permasalahan-permasalan di perkuliahan pada masing-masing universitas anggota kelompok paguyuban.

5.2.2. Solidaritas Antar Kelompok
Interaksi tidak hanya terjalin dengan kelompok paguyuban FPMBB saja. Kelompok paguyuban FPMBB bersatu untuk mewujudkan kebersamaan dengan orientasi masyarakat sekitar atau mahasiswa dan pemuda yang bukan dari Basemah di Kota Palembang sebagai kelompok lain. Kebersamaan yang terjalin karena adanya rasa saling membutuhkan yang terjalin dalam wadah sebagai satu masyarakat atau mahasiswa universitas yang merupakan perkuliahan mahasiswa basemah dengan mahasiswa dalam kelompok lain. Hal yang dianggap saling membutuhkan adalah karena mahasiswa Basemah merupakan elemen masyarakat setempat atau sebagai elemen civitas di universitas mahasiswa basemah berada.
Bentuk dari manifestasi solidaritas sosial antar kelompok di lingkungan kos Mahasiswa Basemah berada, salah satu yang paling dominan adalah kegiatan-kegiatan keagamanan. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan kefahaman mengenai nilai-nilai keagamaan seperti di daerah asalnya. Sehingga pola interaksi antar kelompok terwujud dengan terbentuknya solidaritas sosial yang saling membantu dalam meningkatkan niali-nilai keagamanan. Dengan adanya saling membutuhkan tersebut, maka para mahasiswa yang aktivitasnya berada di komunitas kelompok lain cenderung saling membantu bila terjadi sesuatu di kelompok lain tersebut. Mahasiswa Basemah sering dipercaya sebagai pengerak kegiatan-kegiatan di mushola-mushola maupun di masjid sekitar lingkungan kos mahasiswa Basemah. Seperti ketika ada acara hari-hari besar agama Islam, mahasiswa basemah banyak dilibatkan dalam menyusekseskan acara tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh Yuni mahasiswi Bina Dharma 2003 yang tempat kos di lorong Banten Plaju kota Palembang. Ia mengatakan :
“Kami ini galak (mau) bantu membantu dengan warga ketika ada kegiatan-kegiatan acara hari-hari besar Islam yang juga kami sebagai umat Islam. Kami biasanya dilibatkan sebagai panitia hari besar tersebut, seperti pada bulan lalu (april) ketika hari besar Maulid Nabi Muhammad SAW di masjid Al Islam yang berada tak jauh tempat kos kami, kami banyak dilibatkan sebagai panitia, hal ini karena dianggap kami sudah terbiasa dengan kegiatan-kegiatan seperti ini. Namun kalanya kami memang membutuhkan kondisi seperti ini selain sebagai pelatihan terjun ke masyarakat langsung tapi acara ini adalah cara yang tepat dalam introsepeksi terhadap pola-pola ketauladanan Rosulullah SAW, makanya saya menilai ini hal yang dibutuhkan”.

Namun tidak hanya itu saja, para mahasiswa basemah ini di percaya untuk membina pengajian tingkat anak-anak (madrasyah diniyah), itu dilakukan disela-sela hari kegiatan perkuliahan dan kelompoknya biasanya dilakuakan secara terjadwal dengan giliran mahasiswa lain sehingga tidak mengganggu aktivitas perkuliahan. Hal ini diungkapkan oleh Yeyen mahasiswi Bina Dharma angkatan 2004. ia mengatakan :

“Iyo, kami bantu-bantu warga untuk bina adik-adik untuk ngenal agama khususnya Islam. Ini baik untuk mereka karena di bangku sekolah terkadang kurang dalam pembinaan tentang agama hal ini bisa berkaitan dengan moral anak itu. Sebab kami lihat banyak anak-anak berkaliaran tak tentu kegiatanya. Tapi kami lakukan ini sebatas yang kami bisa saja, itu pun harus disusun jadwal dengan mahasiswa lain ataupun warga yang mengisi supaya tidak tabrakan dengan kegiatan perkuliahan”.

Namun kadang kalanya kelompok paguyuban ini mengadakan kegiatan bakti sosial yang merupakan perwujudan dari tindakan sosial sebagai kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Kegiatan ini diwujudkan sebagai pemenuhan agenda program Paguyuban. Kegiatan ini juga dimanfaatkan oleh kelompok paguyuban basemah sebagai mempererat silaturahmi dengan masyarakat sekitar. Hal ini diungkapkan oleh Buki Juanda mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang yang juga menjabat sebagai Kabid lingkungan hidup, ia mengatakan :

”Kami memang mengagendakan kegiatan ini minimal tiga kali setahun, ini dilakukan sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi permasalahan masyarakat yang ada. Untuk lokasi kami pilih pada masyarakat yang banyak tempat kos mahasiswa basemah dan itu perlu kesepakatan bersama. Ini ditujukan dengan maksud agar para mahasiswa khususnya dari basemah untuk lebih erat hubungannya dengan masyarakat setempat apalagi bagi para mahasiswa yang baru bertempat kos disekitar lokasi bakti sosial, alhamdulillah selama kami mengaakan kegiatan ini, kami bisa diterima bahkan masyarakat mau mendukung kegiatan ini. Terkadang masyarakat mau mengajukan jadwal untuk koordinasi kegiatan ini, sehingga kami dengan masyarakat dapat membaur bersama”.

Di lingkungan perkuliahan juga sama mahasiswa Basemah juga hubungan kebersamaan yang saling membutuhkan. Ini dibuktikan dengan membaurnya para mahasiswa Basemah dengan para mahasiswa kelompok lain. Membaurnya mahasiswa Basemah dengan para mahasiswa kelompok lain dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam perkuliahan. Terkadang para mahasiswa ini banyak menimba pengetahuan di dalam kelompok paguyuban untuk diaplikasikan kedalam kegiatan-kegiatan perkuliahan atau sebaliknya guna untuk kemajuan kelompok paguyuban.

5.2.3. Solidaritas Antar Individu
Dasar-dasar terbentuknya kelompok paguyuban FPMBB diperlukan adanya kebersamaan, sehingga menimbulkan rasa solidaritas khususnya para pemuda dan mahasiswa Basemah di perantauan kota Palembang. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh J.S Raucek (dalam Susanto 1985:113), unsur-unsur pengintegrasian dan solidaritas adalah :
• Marga
• Pernikahan
• Persamaan Agama, magi atau upacara-upacara kepercayaan
• Persamaan bahasa dan adat
• Kesamaan tanah
• Wilayah
• Tanggung jawab atas pekerjaan sama
• Tanggung jawab dalam mempertahankan ketertiban
• Ekonomi
• Atasan yang sama
• Pertahanan yang sama
• Bantuan bersama atau kerja sama
• Penagalaman, tindakan dan kehidupan bersama

Solidaritas merupakan salah satu bentuk tindakan sosial. Dalam solidaritas kelompok ini diwarnai adanya saling membantu antar anggota kelompok paguyuban FPMBB. Dalam melihat anggota kelompok paguyuban yang lebih senior atau senioritas, anggota yang lebih muda melihat sebagai suatu Pembina bagi para anggota yang masih baru atau anggota baru. Ini berkaitan dengan kapasitas pengalaman yang dimiliki selama berada di lingkungan perantauan.
Namun hal ini tidak memberikan kecanggungan dalam berinteraksi sesama anggota kelompok paguyuban. Para anggota tetap dianggap sebagai bagian keluarga yang hidup di tanah orang atau perantauan. Ini di ungkapkan juga oleh Weni mahasiswa Universitas Bina Dharma yang baru semester IV ini, mengatakan :

“Walaupun kami sudah dianggap senior oleh adik-adik tingkat, namun kami berinteraksi tetap dalam kekeluargaan. Ini terlihat dari berbagai kegiatan yang telah kami laksaanakan, kami menganggap ini sebagai obat rindu kami terhadap keluarga di daerah asal kami karena kelompok ini memilki rasa kekeluargaan yang kuat dan adanya kebudayaan yang sama dengan kondisi lingkungan asal kami. Begitu juga kami hubungan dengan kakak-kakak tingkat yang kami annggap senior tapi kami berinteraksi dalam suasana keakrapan kekeluargaan”.

Menurut Fairchild (1983:7), bahwa solidaritas merupakan kekuatan persatuan internal dari suatu kelompok. Berdasarkan temuan-temuan di lapangan menunjukkan bahwa adanya kekuatan persatuan internal dari suatu kelompok mendorong individu untuk saling membantu dan bekerja sama. Tolong menolong dan kerjasama ini muncul manakala anggota lain mengalami masalah-masalah dalam pergaulan baik dilingkungan perkuliahan maupun di lingkungan masyarakat umum. Masalah-masalah seperti mencari bahan tugas kuliah maka anggota lain yang memiliki bahan atau data akan saling mebantu dengan meminjamkan atau memberikan informasi mengenai referensi tersebut. Atau masalah-masalah pergaulan dengan masyarakat umum luar kelompok paguyuban FPMBB, seperti intervrentasi dari kelompok lain maka dapat menghubungi anggota kelompok paguyuban FPMBB yang lain untuk segera diselesaikan agar tidak berlarut-larut dan mengganggu perkuliahan maupun hubungan dngan masyarakat umum lainya.

BAB VI
KESIMPULAN


6.1. Kesimpulan
FPMBB merupakan organisasi yang terbentuk karena persamaan yang dirasakan para pemuda Basemah yang merantau. Nama Basemah yang merupakan sebuah nama simbol yang diberikan kepada Kota Pagaralam, karenanya anggota kelompok paguyuban FPMBB ini berasal dari Pagaralam yang menggunakan basemah sebagai simbol nama kelompok paguyuban. Di daerah perantauan mereka saling berkomunikasi yang merupakan bentuk solidaritas. Solidaritas tersebut terbentuk karena mereka memiliki merupakan bentuk persaudaraan bagi para pemuda Basemah yang berada di daerah perantauan. Selain rasa persaudaraan yang muncul di antara para pemuda basemah, faktor kebudayaan turut melatar belakangi terbentuknya paguyuban ini.
Solidaritas para pemuda basemah dapat terlihat pada kesehariannya dan juga kegiatan yang mereka lakukan. Pada keseharian bisa terlihat pada tempat tinggal kontrakan yang mereka tinggali, komunikasi kepada sesama pemuda Basemah, kegiatan olah raga bersama, arisan dan lain-lain. Kegiatan lainnya antara lain kegiatan mengenalkan pariwisata yang ada di basemah serta memberi tuntutunan kepada para adik-adik mahasiswa baru yang berasal dari basemah sendiri sehingga dapat membentuk solidaritas yang berkesinambungan kepada mahasiswa yang berasal dari Basemah tersebut.

Cara mereka mempertahankan solidaritas tersebut adalah bagaimana mereka mempertahankan komunikasi yang ada diantara mereka sendiri. Dengan solidaritas yang dapat bertahan maka pengawasan kepada pemuda basemah akan mudah dilakukan.hal ini dilakukan mengingat mereka sebagai mahasiswa atau pemuda yang merantau.
Solidaritas tersebut tidak juga bermanfaat bagi pemuda Basemah saja, tapi juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar, aktivnya para pemuda Basemah pada pengurus mushola atau masjid.hal tersebut merupakan bentuk pembauran yang dilakukan oleh para pemuda Basemah tersebut kepada masyarakat.

6. 2. Saran
1. Solidaritas Yang di miliki oleh Pemuda Basemah tidak hanya pada saat merantau tapi juga setelah mereka kembali ke daerah.
2. komunitas mereka yang berada dalam satu wilayah dapat lebih berperan kepada wilayah tersebut dan juga masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarman. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia

Erwin. 2006. Tanah Komunal, Memudarnya Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Matrelineal Minangkabau. Padang : Andalas University Press

Gustiani, Sri. Skripsi. In Group Feeling pada Komunitas Keturunan Arab di Palembang. Inderalaya : Universitas Sriwijaya

Ihromi, Edwarto. 1984. Antropologi Budaya. Jakarta : PT Gramedia

J Colletta, Nat dan Umar kayam. 1987. Kebudayaan dan Pembangunan sebuah pendekatan Antropologi terapan Indonesia. Jakarta : Yayasan obor Indonesia

J. Moleong, Lexy. 1993. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Khaldun, Ibnu. 2000. Muqaddimah. Jakarta : Pustaka Firdaus

Laiya, Bambowo. 1985. Solidaritas Kekeluargaan Dalam Salah Satu Masyarakat Desa di Nias Indonesia. Jakarta : Gajah Mada University Press

M.Z. Lawang, Robert. 1994. Teori Sosial Klasik Dan Modern. Jakarta Gramedia Pustaka Utama

Ritzer, George. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta. Rajawali pers

Soekanto, Sorjono. 2001. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta : Rajawali Pers

Sutarto, 2002. Dasar-dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Susanto, Phil Astrid. 1985. Pengatar Sosiologi Dan Perubahan Sosial. Jakarta : Dina Cipta

Zeitlin, Irving. 1995. Kritikan terhadap Teori Sosiologi Kontemporer. Yogyakarta: Gajahmada Univercity Press

Tidak ada komentar: