Rabu, 09 April 2008

perencanaan sosial

PERENCANAAN SOSIAL
“Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat Pedesaan, di Kota Pagar Alam”
(oleh : Abdul Kholek)


1. Pengenalan Masalah, Masyarakat dan Wilayah
1.1. Pengenalan Masalah
Kemiskinan merupakan masalah fenomenal yang selalu mewarnai peradaban hidup manusia, sejak awal peradaban manusia yang masih sangat sederhana sampai memasuki peradaban yang modern sekarang ini. Fenomena kemiskinan selalu hadir dalam masyarakat, mungkin benar apa yang dikatakan oleh rekan-rekan mahasiswa dalam forum-forum diskusi baik formal ataupun diskusi jalanan (non formal ) bahwa dimana ada masyarakat pasti ada kemiskinan, kemiskinan dan masyarakat ibarat mata uang logam, dimana kedua sisi tersebut tidak mungkin untuk dapat dipisahkan. Pendapat ini lama menjadi acuan dalam pelaksanan program-program penanggulangan kemiskinan, paradigma inilah yang membuat sebagian besar negara berkembang tidak berhasil dalam menanggulangi kemiskinan masyarakatnya.
Kemiskinan menjadi permasalahan berat yang dihadapi terutama bagi Negara dunia ke tiga termasuk didalamnya bangsa Indonesia, bangsa Indonesia merupakan Negara yang mempunyai komposisi penduduk miskin yang relative besar kemiskinan tersebut lebih dominant terdapat pada masyarakat pedesaan, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 1
Jumlah dan persentase penduduk miskin tahun 2000 – 2004
Tahun
Jumlah Penduduk Miskin
Persentase Penduduk Miskin
Perkotaan
Pedesaan
Desa + kota
Perkotaan
Pedesaan
Desa + kota
2000
12,3
26,4
38,7
14,60
22,38
19,14
2001
8,6
29,3
37,9
9,76
24,84
18,41
2002
13,3
25.1
38,4
14,46
21,10
18,20
2003
12,2
25,1
37,3
13,57
20,23
17,42
2004
11,4
24,8
36,2
12,13
20,11
16,66
Sumber : Data statistik tahun 2005
Dari tabel diatas terlihat jelas akan besarnya perbedaan jurang kemiskinan antara desa dan kota (kemiskinan relatif), dimana kemiskinan di pedesaan lebih lebih besar daripada di perkotaan, sebanyak 7,93 % pada tahun 2004. Dalam hal ini sudah sepatutnya semua elemen yang bersangkutan terutama pemerintah dan unsur yang lainnya, untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap masyarakat desa yang sebagian besar bermata pencaraian sebagai petani, dengan membuat perencanaan yang benar-benar urgen dan bermanfaat bagi masyarakat pedesaaan serta dapat melihat berbagai potensi yang dimiliki masyarakat desa untuk di kembangkan dan di berdayakan, sehingga kebangkitan masyarakat desa dari jurang kemiskinan menjadi suatu gerakan yang tangguh bukan sebagai suatu gerakan yang instant, yang akan mudah goyah kembali setelah tantangan datang kembali.
Ketidak mampuan semua elemen negara dalam menaggulangi kemiskinan merupakan suatau kenaifan yang sangat memprihatikanan. Kemiskinan dianggap sebagai suatu budaya, kemiskinan dianggap sebagai ketidak berdayaan masyarakat dan yang paling memprihatikan sekali yaitu bahwa kemiskinan dianggap sebagai murni sebagai masalah ekonomi sehingga penanggulangan hanya dalam bentuk materi dan materi, tanpa melihat akan adanya potensi besar dari masyakat miskin untuk bangkit dari tepian jurang kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah yang komplek dan kronis, sehingga penangulangan kemiskinan pun membutuhakan analisis yang tepat melibatkan semua komponen permasalahan dan diperlukan strategi yang tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Semua variabel (lingkungan social dan budaya) harus di perhatikan dengan proporsi yang sama sehingga hasil perencanaan sosial akan lebih maksimal
Tawwey menggambarkan mayarakat desa seperti kutipan berikut “Ada desa-desa dimana posisi penduduk ibarat orang yang selamanya berdiri terendam air sampai keleher, sehingga ombak yang kecil sekalipun sudah cukup menenggelamkan mereka (tawwey : 1993)
Apa yang diungkapkan oleh tawey diatas merupakan suatu refleksi dari keprihatinan yang sangat mendalam dari fenomena multi dimensi kemiskinan masyarakat desa.
Kemiskinan masyarakat desa memiliki dua pola utama yaitu sebagai kemiskinan structural, yaitu kemiskinan yang disandang oleh sekelompok masyarakat yang menjadi bagian tetap dalam struktur suatu masyarakat, dan pola kedua yaitu kemiskinan budaya, dimana kemiskinan yang terdapat oleh suatu masyarakat di tengah-tengah lingkungan alam yang mengandung kekayaan yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki tarap hidup mereka.

1.2. Gambaran Umum Masyarakat Dan Wilayah Desa, Di Kota Pagar Alam
Menurut Peraturan Pemerintah No 57 Tahun 2005 tentang desa, disebutkan bahwa desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sisitem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masyarakat pedesaan merupakan tatanan kondisi masyarakat yang ideal dan masih sangat sederhana sekali. Masyarakat pedesaan pada dasarnya mempunyai hubungan yang erat dan mendalam terhadap warga desanya (in-group), system kehidupan biasanya berkelompok atas dasar system kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa pada umumnya hidup dari sektor pertanian, namun demikian tidak berarti bahwa setiap warga desa memiliki tanah. System pertanian yang masih sangat tradisional menjadikan masyarakat desa menganut etika subsistensi, dimana pertanian mereka hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, sehingga perubahan dan perkembangan masyarakat desa sangat lambat bahkan seakan stagnan atau tidak ada perubahan.
Kota Pagar Alam merupakan daerah yang baru di mekarkan, setelah bergulirnya otonomi daerah pada tahun 2002 yang lalu. Penduduk Kota Pagar Alam Tahun 2003 mencapai 118.909 jiwa dan pahun 2005 meningkat menjadi 122.330 jiwa. Dari jumlah tesebut tercatat 31.14 % sebagai penduduk miskin. Penduduk tersebut menyebar keseluruh wilayah, dari jumlah penduduk tersebut sebagian besar penduduk tinggal di wilayah pedesaan yaitu 88.758 jiwa dan sebagian besar bermata pencariaan sebagai petani (petani kopi).
Desa-desa di wilayah Kota Pagar Alam mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan desa-desa di daerah lainnya, dimana hubungan kekerabatan masih sangat erat, dan sebagian besar penduduk adalah petani kopi, system pertanian yang dilakukan masih sangat sederhana walupun ada sebagian kecil sudah menggunakan peralatan dan teknologi modern tetapi biasanya yang menggunakan teknologi adalah petani yang memiliki lahan dan modal yang cukup besar (kaum elit tani). Pertanian sederhana yang dilakukan oleh sebagian besar warga desa sering memberikan efek negative yang tidak bisa dielakkan, mereka terjerat pada lingkaran ketidak berdayaan terutama setelah beberpa bulan pasca panen kopi.
Permasalahan yang di hadapi kaum petani desa di kota Pagar Alam, tidak hanya karena hasil panen kopi hanya sekali dalam setahun, tetapi permasalahan yang sangat urgen yaitu budaya konsumtif yang tinggi dalam masyarakat, mereka biasanya akan cepat menghabiskan uang hasil pertanian dengan membelanjakan uang yang didapat dengan berbagai kebutuhan sekunder yang sebenarnya tidak begitu penting. Permasalahan lain rendahnya harga hasil pertanian kopi, dan permasalahan yang juga sangat krusial yaitu semakin sempitnya lahan pertanian yang mereka miliki di akibatkan pertambahan penduduk yang cepat dan banyaknya penjualan lahan yang dilakukan petani kepada kaum elit pertanian.
Kemiskinan masyarakat pedesaan dalam wilayah Kota Pagar Alam sebenarnya tidak banyak dipengaruhi oleh factor sumber daya alam (SDA), karena daerah ini termasuk dataran tinggi yang subur dan sangat cocok untuk pertanian, tetapi yang menjadi masalah yaitu kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas untuk mengelolah lahan pertanian tersebut.
Puncak dari kegoncangan dan kegelisahan masyarakat miskin pedesaan di wilayah Pagar Alam biasanya antara bulan oktober dan april , atau sekitar 6-7 bulan sering di sebut musim pecaklik

2. Prioritas
Perencanaan merupakan suatu usaha sadar, terorganisir, logis dan konsisten di lakukan guna untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada untuk mancapai tujuan tertentu, perencanaan selalu ada dalam masyarakat perencanaan mempunyai kaitan yang erat terhadap perubahan social.
Perubahan -perubahan dan perkembangan peradaban manusia menandakan adanya perencanaan dalam masyarakat.
Perencanaan sosial menekankan pada bagaimana suatu asfek masyarakat di kedepankan dalam setiap program pembangunan. Setiap perencanaan pembangunan seharusnya memberikan proporsi yang dominan terhadap aspirasi masyarakat dalam setiap pembangun, perencanaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria dasar yaitu :
a) Perencanaan ditujukan tidak hanya pada bidang ekonomi tetapi lebih di tingkatkan pada pelayanan social
b) Memperhitungkan skala prioritas sosial yang berkembang dalam masyarakat sesuai dengan lingungan social budaya suatu masyakat
c) Adanya partisipasi sosial yang luas
Ketiga unsur diatas merupakan suatu kesatuan ynag tidak dapat di pisahkan semakin berimbangnya ketiga unsur tersebut maka targetan perencanaan akan mudah tercapai.
Berdasarkan penjelasan mengenai perencanaan sosial dan latar belakang diatas, maka ada beberapa hal yang menjadi prioritas utama dalam perencanaan sosial “Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat Desa, Di Kota Pagar Alam” yaitu, sebagai berikut :

a) Prioritas internal
Dalam prioritas internal yang dikedepankan yaitu mengembangkan potensi sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat desa melalui program pengoptimalan lahan pertanian
b) Prioritas eksternal
Dalam prioritas eksternal lebih menekankan pada usaha pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat miskin terutama pada bulan-bulan yang rawan pangan, yaitu antara bulan oktober dan april.
Kedua prioritas tersebut dianggap lebih urgen untuk di utamakan dalam penanggulangan kemiskinan dan dalam usaha mengantisipasi timbulnya masalah baru sebagai akibat dari kemiskinan.

3. Tujuan
Dalam setiap program perencanaan, tujuan harus di rumuskan secara jelas sehingga memudahkan dalam pencapaiannya, tujuan harus menjiwai suatu program atau setidaknya merupakan suatu wujud abstrak dari tujuan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang kontemporer.
Tujuan perencanaa sosial “Penaggulangan Kemiskinan Masyarakat Desa di Kota Pagar Alam” berorientasi pada output yaitu secara kuantitatif dapat mengurangi angka kemiskinan masyarakat desa.
Tujuan tersebut dapat di rinci sebagai berikut :
Tercapainya pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat miskin terutamapada saat terjadi kerawanan pangan (jangka pendek)
Memunculkan sistem pengolahan pertanian yang professional (jangka menengah dan panjang), dan memaksimal pengolahan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat miskin pedesaan

4. Kelompok Sasaran
Sasaran merupakan individu atau kelompok yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan masalah yang akan di tanggulangi. Dalam perencanaan “Penanggulangan kemiskinan masyarakat desa di kota Pagar Alam” yang menjadi kelompok sasaran disesuaikan dengan tujuan dan strategi perencanaan. Berdasarkan tujuan diatas yang menjadi kelompok sasaran yaitu keluarga miskin pedesaan.
Kelompok sasaran tersebut sacara rinci di bagi menjadi kelompok sasaran langsung dan kelompok sasaran tidak langsung, dalam hal ini yang menjadi keolompok sasaran langsung yaitu kepala keluarga dan kelompok sasaran tidak langsung yaitu anak remaja laki-laki yang sudah terlibat dalam dalam pengolahan pertanian.

5. Isi Perencanaan
Isi atau substansi dari perencaanaan sosial “penanggulangan kemiskinan masyakarat desa“ di landasi dari ruang lingkup dan pola dasar dari kemiskinan desa tersebut yiatu pola kemiskinan struktural dan kemiskinan budaya. Isi tersebut di konkritkan kedalam suatu program.
Program merupakan suatu penuangan dari unsur-unsur yang terdapat dalam masyarakat yang di konstruksikan sedemikian rupa sehingga menjadi lebih sistematis dan selanjutnya di laksanakan yang biasanya melalui proyek
Berdasarkan uraian pendahuluan maka yang menjadi agenda utama dalam program penanggulangan kemiskinan masyarakat desa akan di jabarkan sebagai berikut berdasarkan skala prioritas :
1. Program pengembangan potensi yang dimiliki masyarakat desa
2. Program penyediaan kebutuhan dasar
Program pertama berisiskan pada pemahaman dan penyuluhan di bidang pengolahan sumber daya yang dimiliki khususnya lahan pertanian, di tujukan kepada kepala keluarga, dengan menggunkan bahasa penyampaian yang di sesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat desa.
Program kedua dalam bentuk material yaitu penyedian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin, dengan penyaluran secara selektif dan melalui stan-stand yang di sediakan di desa-desa atau di kecamatan.

6. Metode
Metode merupakan cara yang digunakan untuk mangatasi masalah. Metode yang digunakan dalam perencanaan “Penanggulangan kemiskinan masyarakat desa di kota Pagar Alam” yaitu melalui Penyuluhan dan Penyediaan Kebutuhan Pokok

7. Alat dan Media
Media dan alat sangat di butuhkan dalam usaha untuk menjalankan dan melaksanakan suatu program, ketepatan menggunakan alat dan media akan memudahkan dalam pencapaian tujuan.
Alat dan media dalam perencanaan ini yaitu di sesuaikan dengan program , untuk program pengembangan potensi masyarakat desa melalui penyuluhan, menggunakan famflet dan juga poster di letakkan pada tempat yang strategis. Dan untuk program penyediaan kebutuhan pokok menggunakan alat berupa bantuan dan penyediaan modal dan melakukakan operasi pasar.

8. Rencana Pelaksanaan (implementasi)
Pelaksanaan perancanaan ini akan dilaksanakan berdasarkan pertimbangan lingkungan social budaya setempat, sehingga program yang akan dilaksanakan benar-benar akan melibatkan semua pihak terutama kelompok sasaran dengan keterlibatan yang maksimal kelompok sasaran, dalam usaha menanggulangi kemiskinan maka akan memudahkan pelaksanaan serta pencapaian tujuan yang telah di targetkan sebelumnya.
Pelaksanaan perencanaan ini akan menggunakan limit waktu satu tahun anggaran. Dan yang menjadi pokok perhatian lainnya dalam pelaksanaan yaitu mendata tokoh-tokoh masyarakat, agama, adat dalam rangka mendukung program penyuluhan untuk mengoptimalkan sumber daya yang tersedia.

9. Rencana Evaluasi (penilaian)
Evaluasi merupakan suatu usaha yang di lakukan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang jalannya pelaksanaan suatu perencanaan. Evaluasi di laksanakan untuk mencegah kegagalan dan mengeliminir pemborosan uang material, tenaga, dan waktu.
Evaluasi dalam perencanaan ”Penanggulangan Kemiskinan Masyarkat Desa Di Kota Pagar Alam” akan di lakukan secara berkala yaitu dilakukana evaluasi bulanan dan evaluasi yang di sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang sedang di hadapi.

10. Landasan Perencanaan
Landasan dalam perencanaan ini yaitu :
1. Pancasila sila ke- 2 ( Kemanusiaan yang adil dan beradab )
2. Pancasila sila ke- 5 ( Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia )
3. UUD Pasal 27 dan 28
4. UUD pasal, 34
5. Serta Peraturan Daerah (PERDA) mengenai penanggulangan dan pemberdayaan masyarakat miskin di Kota Pagar Alam.


ANALISIS SWOT
”Dalam Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat Desa, di Kota Pagar Alam”
( Rencana Kerja Pemerintah Daerah )

Analisis SWOT merupakan salah satu alat analisis dalam perencanaan. Analisis ini melihat dua realitas masalah dari dua sudut pandang, yaitu :
Lingkungan Internal (kekauatan dan kelemahan)
Melihat kondisi daerah dengan tiga dikotomi
Ø Aspirasi, berupa : masyarakat, LSM, Dunia Usaha, PT
Ø Sumber Daya, berupa : keuangan, SDM, SDA, Infrastruktur
Ø Kajian kinerja, berupa : fungsional dan unit kerja
Lingkungan eksternal (peluang dan ancaman)
Lingkungan eksternal melihat permasalahan masyarakat dari beberapa unusur yaitu : politik, ekonomi, sosial dan teknologi

” BAGAN ANALISIS SWOT ”

FAKTOR
INTERNAL
KEKUATAN
1. Adanya PERDA yang mengatur mengenai masyarakat miskin desa
2. Sumber daya manusia (pegawai) yang ada di dinas kesra PEMDA pagar alam
3. Sumber daya alam yang ada, yang di miliki petani
4. Adanya LSM yang peduli terhadap para petani
5. Komitmen PEMDA dalam penanggulangan kemiskinan.
KELEMAHAN
1. belum intensifnya pengawasan terhadap program
2. kemiskinan masyarakat desa sebagai budaya
3. kurangnya infrastruktur di desa
FAKTOR EKSTERNAL

PELUANG
1. kemajuan teknologi bidang pertanian, mulai di kenal dan digunakan oleh masyarakat desa
2. semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa
3. Semakin kuatnya system kekeluargaan dalam masyarakat desa
4. Mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat desa

(STRATEGI I)
MENGGUNAKAN KEKUATAN UNTUK MEMANFAATKAN PELUANG
1. sosialisasi penggunaan teknologi dalam maysarakat, sehingga dapat meningkatkan produksi terutama kebutuhan pokok
2. Dengan bantuan LSM, dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa

(STRATEGI II)
UPAYA MENANGGULANGI KELEMAHAN DENGAN MEMANFAATKAN PELUANG
1. Melaksanakan komitmen agar pelaksanaan tugas dan fungsi menjadi konsisten.
2. mengadakan penyuluhan untuk merubah paradigma masyarakat terhadap kemiskinan
3. Meningkatkan kerjasama melalui pelaksanaan rencana strategis.
ANCAMAN
1. masih kuatnya tradisi melekat pada masyarakat desa
2. adanya pihak yang berkepentingan terhadap masyarakat miskin
3. Belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam mendukung program pemerintah
4. komfrehensifnya masalah kemiskinan, tumpang tindih program sering terjadi
5. Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah daerah
6. kekurangan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat.
(STRATEGI III)
UPAYAMEMAKAI KEKUATAN UNTUK MENGATASI ANCAMAN
1. Melaksanakan koordinasi yang efektif dan efisien untuk mengoptimalkan partisipasi instansi terkait dan masyarakat.
2. Sistem informasi yang ada dapat diakses oleh lembaga sosial lain dalam peningkatan kesejahteraan rakyat.
3. Memaksimalkan peran perda dalam masayrakat
4. Melaksanakan peran pengwasan tehadap pembangunan masyarakat desa
5. Mengoptimalkan pelayanan terhadap masyarakat miskin.

(SRATEGI IV)
UPAYA MEMPERKECIL KELEMAHAN DAN MENGATASI TANTANGAN
1. Mengintensifkan koordinasi internal guna konsistensi dan mantapnya pelaksanaan tugas dan fungsi.
2. Memantapkan pelaksanaan tugas dan fungsi melalui kegiatan sosialisasi dan pembinaan masyarakat secara intensif.
3. Menyelenggarakan pertemuan secara berkala dengan masayarakat sasaran.

Dari analisis SWOT diatas yang menjadi indikasi utama dalam kebijakan program yaitu :
Memberdayaan potensi yang di miliki oleh masyarakat miskin
Meningkatkan peran ”Lembaga Swadaya Masayrakat”
Pengoptimalan pelayanan
penyediaan kebutuhan pokok masyarakat miskin desa.



DAFTAR PUSTAKA

Muhajir, Noeng. 2000. Kebijakan Dan Perencanaan Sosial, PSDM, Telaah Croos Discipline. Yogyakarta : Rake Sarasin.

Soeharto, Bohar. 1991. Perencanaan Sosial, Analisis Perencanaan Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers

Soekanto, Soerjono. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Susongko, Tri Hadiyanto. 2006. Jurnal Analisis Sosial. Bandung : Akatiga

Sumber Data :

Pagar Alam dalam angka tahun 2005 – 2006. BPS Sumatera Selatan

Pagar Alam Online. 2005. www.pemkot pagar alam.com.

Tidak ada komentar: